Pada tanggal 28 Rajab tahun 60 Hijrah Imam Husain a.s. bersama pengikut dan keluarganya meninggalkan Madinah menuju Mekah, dan tiba pada tanggal 3 Syakban.
Rombongan terdiri dari 222 orang, meliputi saudara-saudara beliau, sepupu, anak-anak beliau dan anak-anak Imam Hasan a.s., para budak laki-laki, para istri dan anak perempuan Amirul Mukminin a.s., istri-istri Imam Husain a.s., istri-istri Imam Hasan a.s., budak-budak perempuan, dan banyak dari kaum kerabat yang membawa serta anak-anak mereka yang masih menyusui.
Tunggangan yang mereka bawa ke Karbala ialah: 250 kuda dan 250 unta, dengan perincian: 70 unta khusus untuk membawa kemah-kemah, 40 unta untuk membawa wadah, periuk, dan alat-alat memasak, 30 unta untuk membawa kantong-kantong air, 12 unta untuk membawa uang dirham dan dinar, pakaian, minyak wangi, dan lain sebagainya, beserta 50 naungan untuk membawa wanita-wanita suci dan anak-anak. Unta sisanya adalah untuk mengangkat barang-barang yang berat.
Baca: Muharram: Parade Kepala Suci dan Para Tawanan Keluarga Imam Husein
Ketika rombongan beserta barang bawaan sudah berada di atas tunggangannya dan siap berangkat, Imam Husain a.s. mengucapkan salam perpisahan kepada makam kakeknya Rasulullah Saw, makam saudaranya Imam Hasan a.s. dan makam neneknya Fathimah binti Asad dan makam-makam kaum kerabatnya.
Tiga malam sebelum bulan Rajah berakhir, Imam Husain bergerak menuju Mekah. Beliau membawa kuda Rasulullah Saw yang bernama Murtajaz, yang dinaiki Rasulullah Saw pada perang Uhud, kemudian berpindah kepada Imam Ali a.s., dan dinaikinya pada perang Shiffin. Begitu juga beliau membawa pedang Rasulullah Saw yang bernama Battar dan mengenakan baju besi Rasulullah Saw yang bernama Dzatul Fudhul. Serta mengenakan sorban Rasulullah Saw yang bernama Sahal yang terbuat dari sutera. (Ma’aki as-Sibthain, 1/134)
Untuk menjalankan misi kebangkitannya, Imam Husain mengirim Muslim bin Aqil dari Mekkah ke Kufah untuk menjadi dutanya. Banyak sekali surat yang sampai ke tangan Imam Husain dari Kufah, sehingga dalam sehari tidak kurang dari 600 surat yang sampai kepada beliau. 91 Keseluruhan surat berjumlah 12.000 pucuk surat. Pembawa surat terakhir yang membawa surat-surat penduduk Kufah adalah Hani bin Hani dan Said bin Abdullah Hanafi.
Dalam menjawab surat-surat yang dibawa kedua pembawa surat ini, Imam Husain menulis sebuah surat dan memberikannya kepada Muslim bin Aqil. Pada pertengahan Ramadan, Muslim bin Aqil pergi membawa surat Imam menuju Kufah bersama dua orang penunjuk jalan. Kedua orang penunjuk jalan yang menyertai Muslim bin Aqil tersesat, dan meninggal dunia karena kehausan. Pada saat sekarat, dengan isyarat mereka menunjukkan jalan kepada Muslim bin Aqil. (Syekh Mufid, al-Irsyad, 2/40)
Sayid Thawus bertutur: “Imam Husain a.s. mengerjakan salat dua rakaat di antara rukun dan maqam Ibrahim, lalu memohon kebaikan kepada Allah Swt. Kemudian beliau memanggil Muslim bin Aqil dan memberitahukan kepadanya apa yang terjadi.” (al-Luhuf, hal. 52)
Selanjutnya, beliau memberikan surat kepadanya dan memerintahkannya pergi ke Kufah. Isi surat Imam Husain a.s. ialah:
“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Husain bin Ali kepada para pemimpin kaum Muslim dan Mukmin. Hani dan Said telah datang kepadaku dengan membawa surat-surat kalian. Mereka adalah orang terakhir yang membawa surat-surat kalian. Aku mengerti bahwa kalian tidak memiliki pemimpin. Aku mengirim ke hadapanmu saudara sepupuku yang aku percaya, Muslim bin Aqil, yang mempunyai keutamaan di kalangan keluargaku. Jika ia menulis kepadaku bahwa pandangan para pemimpin dan orang-orang terpandang engkau adalah persis sebagaimana yang telah engkau tulis dan aku baca, maka dengan segera aku akan datang ke hadapanmu. Wassalam.” (Syekh Mufid, al-Irsyad, 2/40)
Muslim bin Aqil berangkat bersama Qais bin Mushar Shaidari dan sekelompok orang Kufah. Imam Husain as memerintahkan Muslim untuk bertakwa dan menyimpan rahasia. Pada saat mengucapkan salam perpisahan kepada Imam Husain a.s., Muslim bin Aqil mencium tangan dan kaki Imam sambil berkata: “Aku menjadi tebusanmu. Ini adalah pertemuan terakhir. Pertemuan berikutnya kelak di hari Kiamat.” Muslim menangis dan Imam Husain as pun menangis. Lalu Imam Husain memeluk Muslim ke dadanya untuk menghiburnya.
Baca: Pergerakan Imam Husein as Sebuah Taklif
Pada tanggal lima Syawal, Muslim bin Aqil tiba di Kufah. Muslim pergi ke rumah Mukhtar bin Abu Ubaid ats-Tsaqafi. Sebanyak 18.000 orang berbaiat kepada Muslim. Dalam suratnya, Muslim melaporkan hal itu kepada Imam Husain a.s. (Syekh Mufid, al-Irsyad, 2/41)
Dari Kufah Muslim bin Aqil menulis surat kepada Imam Husain a.s. Kemudian surat itu diantar melalui Abbas bin Syubaib. Dalam surat itu, Muslim menulis supaya Imam Husain a.s. segera datang ke Kufah. 27 hari setelah menulis surat ini, Muslim bin Aqil gugur sebagai syahid karena warga Kufah berkhianat dan ingkar atas baiatnya kepada Imam Husain. Imam Husain mengurungkan niatnya ke Kufah, hingga akhirnya menjadikan Karbala sebagai tujuan Akhirnya.
*Disarikan dari buku Mega Tragedi – Syekh Ibnu Rais Kermani