Di antara sifat mulia yang dimiliki oleh putri agung Rasulullah Saw yang bergelar Shiddiqah Thahirah adalah kesederhanaanya dalam masalah duniawi dan kemewahan hidup. Dalam masalah ini ia sebagaimana ayahnya yang lebih memilih untuk zuhud dan sederhana dalam seluruh dimensi duniawi, sebagaimana juga suaminya yaitu Amirul Mukminin a.s. yang telah menalak tiga dunia ini.
Berikut adalah sebagian kezuhudan Fathimah Zahra a.s.
“Sesungguhnya jahanam itu benar-benar tempat yang telah dijanjikan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka.” [QS. Al-Hijr: 43 – 44]
Baca: Proses Pernikahan Imam Ali a.s dan Sayidah Fatimah a.s
Saat ayat ini diturunkan kepada Rasulullah Saw, beliau menangis dengan keras hingga para sahabat ikut menangis tanpa mengetahui apa yang menyebabkan beliau menangis. Salah satu dari sahabat mendekati Fathimah Zahra a.s. untuk memberitahukan apa yang terjadi. Saat itu Fathimah a.s. tengah menggiling gandum sembari bergumam, “Sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.” [QS. Al-Qashash: 60]
Sahabat tersebut mengucapkan salam dan menyampaikan tangisan Rasulullah Saw, Fathimah Zahra a.s. berdiri dan menutupi tubuhnya dengan jubah lawas yang terbuat dari bulu domba.
Begitu melihat Fathimah Zahra a.s. datang, Salman ra pun menangis, dan berkata, “Betapa sedihnya aku menyaksikan putri putri Kaisar dan Kisra mengenakan busana-busana yang lembut dari sutra, tetapi putri Rasulullah Saw hanya mengenakan jubah lawas dari bulu domba.”
Fathimah Zahra a.s. segera mendekati Rasulullah Saw dan memberitahukan apa yang telah dikatakan oleh Salman itu kepadanya, kemudian berkata, “Demi Dia yang telah mengutus Anda dengan kebenaran! Sudah lima tahun lamanya aku dan Ali tidak memiliki apa pun kecuali selembar kulit domba usang yang setiap harinya aku gunakan untuk alas makan bagi untaku dan di malam harinya aku pergunakan untuk alas tidurku dan bantal kami terbuat dari kulit binatang yang berisi kulit pohon kurma.”
Baca: Aktivitas Sosial Sayidah Fatimah
Rasulullah Saw berterima kasih kepada putrinya, kemudian Fathimah a.s. menanyakan apa yang menyebabkan Rasulullah Saw menangis. Rasulullah saw menceritakan tentang turunnya ayat tersebut di atas. Mendengar itu, Fathimah segera menundukkan wajahnya dan berkata, “Celakalah, celakalah bagi siapa saja yang masuk neraka.” [I’lamu Anni Fathimah, jil. 2, hal. 16]
Mengenai kezuhudan dan kesederhanaan Fathimah Zahra as terhadap dunia ini, sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas yang mengatakan, “Suatu hari Fathimah a.s. mendekati Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah! Aku dan Ali tidak memiliki alas tidur kecuali selembar kulit domba usang, yang pada malam harinya kami tidur di atasnya dan pada siang harinya kami hamparkan rerumputan unta di atasnya.”
Rasulullah saw bersabda, “Bersabarlah, wahai putriku! Musa bin Imran mengarungi kehidupannya dengan istrinya selama sepuluh tahun sementara mereka tidak memiliki alas tidur kecuali sebuah Jubah yang terbuat dari katun. [Fathimah al-Zahra as Bahjatu Qalbi al-Mushthafa, hal.374]
Sahabat agung Jabir bin Abdillah Anshari ra meriwayatkan, “Saat melihat putrinya yang mengenakan jubah tengah menggiling gandum dan menyusul anaknya, mata Rasulullah saw berkaca-kaca dan bersabda, “Wahal putriku! Cicipilah getirnya dunia untuk manisnya akhirat.”
Fathimah a.s. pun memperlihatkan kerelaannya dan berkata, “Segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmat-Nya dan aku bersyukur kepada Allah atas segala karunia-Nya.” [Safinah al-Bihar, jil.1, hal. 571]
Baca: Sayidah Fatimah Harus Diagungkan dan Diteladani
Penghulu para perempuan sejagat ini mengarungi kehidupannya dengan sederhana dan tidak menampakkan sedikit pun atas kelezatan dan keindahan dunia. la melukiskan hakikat Islam dengan perilaku dan mengajarkan nilai-nilai dari kesederhanaan dan kerelaan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Sayyidah Fathimah Zahra a.s. telah mengikat seluruh keinginan-keinginan kehidupan dalam masalah sandang dan pangan dan menggantikannya dengan jiwa spiritual ke arah-Nya dan keridhaan-Nya dalam segala hal.
*Dikutip dari buku Fathimah Zahra, Biografi, Kehidupan, dan Perjuangannya karya Bagir Syarif Qarasyi