Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

103 Sifat Orang Mukmin Menurut Lisan Suci Rasulullah Saw

Kitab Bihar al-Anwar dan Mustadrak al-Wasa’il, menukil dari kitab at-Tamhish, karya Muhammad bin Hammam, yang meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Tidak sempurna iman seorang Mukmin kecuali dia memiliki seratus tiga sifat yang berupa sifat tindakan, perbuatan, niat, sifat zahir dan sifat batin.”

Amirul Mukminin as. berkata, “Wahai Rasulullah, apakah keseratus tiga sifat itu?”

Rasulullah Saw bersabda, “Banyak berpikir, bersuara lantang, ilmunya banyak, bersikap santun dalam bertengkar, tidak mempersulit dalam memeriksa, paling lapang dada, rendah hati, tertawanya berupa senyum, kecerdasannya digunakan untuk belajar, mengingatkan orang yang lalai, mengajari orang yang bodoh, tidak menyakiti orang yang menyakitinya, tidak menyelami sesuatu yang bukan urusannya, tidak gembira atas musibah yang menimpa orang lain, tidak mengumpat, menjauhi segala sesuatu yang diharamkan, berhenti dari segala sesuatu yang syubhat, banyak memberi, sangat sedikit menyakiti, menolong orang asing, menjadi bapak bagi anak yatim.

Kegembiraannya terpancar di wajahnya, kesedihannya tersimpan di hatinya, menyembunyikan kefakirannya, lebih manis dari madu, lebih keras dari besi, tidak membuka rahasia, tidak mengoyak tirai penutup, lembut gerakannya, kehadirannya menyenangkan, banyak beribadah, berwibawa, ramah, banyak diam, sabar saat diremehkan, bersikap sabar kepada orang yang berbuat buruk kepadanya.

Baca: Pengaruh Rasulullah Saw dalam Sejarah yang Tak Terbantahkan

Menghormati orang tua dan menyayangi yang muda, bersikap amanah dalam memegang amanat, jauh dari sikap khianat, kegemarannya adalah takwa, sekutunya adalah rasa malu, sangat hati-hati dan hanya sedikit tergelincir pada kesalahan. Perilakunya sopan, perkataannya mengagumkan, memaafkan kesalahan dan tidak mencari-cari aib orang lain. Berwibawa, sabar, ridha, dan bersyukur. Sedikit berbicara, benar ucapannya, terjaga dari noda dan kesalahan. Murah hati, ramah, suci, dan terhormat.

Bukan pelaknat, bukan pengadu domba, bukan pendusta, bukan pengumpat, dan bukan pencaci. Tidak hasud, tidak kikir, riang gembira, dan berseri-seri wajahnya. Bukan orang yang sensitif dan bukan orang yang suka memata-matai.

Dalam hal urusan, dia mencari urusan yang paling tinggi, dan dalam akhlak, dia mencari akhlak yang paling baik. Dia diliputi penjagaan dari Allah dan didukung oleh pertolongan dari-Nya. Mempunyai kekuatan dan sekaligus kelembutan, dan tekadnya dipenuhi keyakinan. Tidak menganiaya orang yang membencinya dan tidak melakukan dosa berkenaan dengan orang yang mencintainya.

Sabar dalam menghadapi berbagai kesulitan. Tidak bertindak zalim dan sewenang-wenang. Tidak berbuat berdasarkan apa yang disukainya. Kemiskinan menjadi slogannya, sabar menjadi selimutnya, kebutuhannya sedikit, pertolongannya banyak, banyak berpuasa, berlama-lama dalam mengerjakan salat malam, dan sedikit tidurnya.

Ilmunya berkembang. Saat mampu membalas justru memaafkan, jika berjanji selalu menepati janjinya. Berpuasa karena mengharapkan ridha-Nya, dan salat karena takut siksa-Nya. Memperbagus amalnya seolah-olah dia melihat-Nya. Menundukkan pandangannya, membuka telapak tangannya (dermawan), tidak menolak orang yang meminta, dan tidak kikir dalam memberi. Suka mengunjungi saudara, bantu-membantu dalam kebaikan. Selalu menimbang perkataannya, dan membisukan lidahnya. Tidak tenggelam dalam kebencian dan tidak karam dalam cinta.

Baca: Alquran, Mukjizat Rasulullah Saw yang Abadi

Tidak menerima kebatilan meski itu dari temannya, dan tidak menolak kebenaran meski itu dari musuh. Tidak belajar kecuali untuk tahu, dan tidak tahu kecuali untuk mengamalkan. Sedikit dengkinya dan banyak rasa terima kasihnya.

Mencari penghidupan di siang hari dan menangisi kesalahan-kesalahannya di malam hari. Jika berjalan bersama para pecinta dunia, dia yang paling dermawan, jika berjalan bersama para pecinta akhirat, dia yang paling warak. Tidak menerima ada barang syubhat dalam perniagaannya. Tidak mengerjakan urusan dunianya dengan keringanan. Merasa iba atas kesalahan saudaranya, dan memaafkan apa yang telah lalu dari teman lamanya.”

*Disadur dari kitab Madinah Balaghah – Syaikh Musa Zanjani

No comments

LEAVE A COMMENT