Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Masalah Palestina dan Janji Allah

Dua perkara yang ingin penulis ketengahkan di ruang terbatas ini, yaitu masalah Palestina dan janji Allah. Saya melihat relasi antara keduanya di dalam masalah-masalah mendasar seperti keagamaan dan kemanusiaan. Nyatanya:
Pertama, Palestina yakni al-Quds atau Baitul Maqdis di dalam agama Islam adalah kiblat pertama muslimin, tanah suci dan salah satu dari syiar-syiar Allah, yang harus diagungkan dan disucikan. Hal ini menjadi tugas keagamaan bagi setiap muslim, dan janji Allah adalah pahala bagi yang melaksanakannya.
Kedua, Palestina yang bangsanya ditindas oleh Israel yang sampai kini membutuhkan pengakuan dunia sebagai yang berdaulat di wilayah jajahannya, di dalam kemanusiaan, juga menjadi tugas kemanusiaan bagi setiap manusia bahwa yang ditindas harus dibela dan yang menindas harus dilawan. Hal inipun adalah bagian dari ajaran agama, bahwa penindasan adalah kezaliman dan pelakunya dikutuk oleh agama dalam kalimatnya, lanatullah alazh zhâlimîn. Demikian merupakan janji Allah dalam arti ancaman-Nya, bahwa Dia akan membalas orang-orang yang lalim.

Makna Janji Allah
Allah swt berfirman: إِنَّ اللهَ لا يُخْلِفُ الْميعادَ; “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS: Al Imran 9)
Janji atau di dalam agama terdapat istilah wad yang berarti kabar gembira akan pahala, dan waîd yang berarti ancaman akan siksaan. Yang pertama, tentunya janji Allah adalah bagi orang-orang saleh, yang adil, bahwa Dia akan menepatinya dengan memberi mereka pahala sebagai penghargaan dari-Nya. Sedangkan yang kedua, ancaman Allah adalah terhadap orang-orang fasiq, yang lalim, bahwa Dia akan menepatinya dengan menurunkan siksaan kepada mereka sebagai balasan dari-Nya atas pelanggaran-pelanggaran mereka.
Dalam ayat itu, Allah swt takkan menyalahi janji, dan mustahil menentang janji. Hal ini disepakati dan merupakan ijma muslimin.
Di dalam kajian akidah, mengenai penilaian baik dan buruk secara rasional, dikatakan bahwa berbuat adil dan menepati janji sebagai contoh dari proposisi primer atau perkara aksiomatis, dalam penilaian akal praktis adalah baik. Sedangkan berbuat aniaya dan menyalahi janji” adalah buruk. Hal yang jelas ini dapat diterapkan pada keyakinan bahwa semua perbuatan Allah swt adalah adil, dan adil adalah baik. Maka semua perbuatan-Nya pastilah baik, seperti menepati janji. Mustahil bagi-Nya menyalahi janji, karena itu buruk. Juga karena itu tidak adil, dan tidak adil adalah buruk.

Pentingnya Masalah Palestina dan Pastinya Janji Allah
Grand Ayatullah Ali Khamenei di berbagai kesempatan, menekankan pentingnya masalah Palestina. Berikut adalah ringkasan dari penjelasan beliau:
Hari Al-Quds Sedunia adalah hari terhimpunnya harapan-harapan muslimin sedunia, dalam satu suara. Adalah hari satu barisan seluruh muslimin dari berbagai bangsa dan negara. Adalah hari Islam. Adalah hari kemanusiaan.
Di antara semua hari besar, Hari Al-Quds memiliki keistimewaan, dengan dua alasan:
1-Jika hari-hari besar hanya berkaitan dengan bangsa tertentu, maka Hari Al-Quds berkaitan dengan seluruh bangsa yang muslim. Mereka, dan bahkan semua bangsa yang tertindas merasa senasib dan sependeritaan dengan bangsa yang peduli terhadap Palestina. Seperti bangsa Iran, siap berkorban dalam masalah Palestina. Bangsa-bangsa lainnya pun semestinya turut dalam upaya membebaskan tanah Palestina yang dijajah.
2-Hari-hari besar tentang pengorbanan dan kemenangan itu adalah masa lampau dan menjadi sejarah. Sedangkan Hari Al-Quds adalah hari tekad berkorban untuk kemenangan-kemenangan masa datang. Jika pada hari-hari besar itu memperingati masa lalu, maka pada Hari Al-Quds memperingati masa datang, menanam tekad dalam diri untuk bergerak maju menuju masa depan.
Masalah al-Quds dan Palestina adalah sebuah poin bagi kaum tertindas sedunia dengan spirit iman dan tawakal kepada Tuhan Yang Mahabesar, untuk mematahkan punggung para penguasa lalim dan kepala mereka imperialisme Amerika beserta antek-antek zionisnya, dan untuk menggulingkan mereka.
Masalah al-Quds adalah masalah yang menentukan bagi umat besar muslimin. Jika kemenangan kita raih, tak berarti kita merasa cukup dan berfikir telah mencapai kemenangan akhir. Tidak! Selagi masih ada luka bisul bernama rezim penjajah Israel di jantung wilayah Islam, kita takkan bisa merasakan kemenangan dan takkan bisa menyadari adanya musuh di dekat kita, di tanah-tanah kita (muslimin) yang dijajah.
Bila bisul besar atau kekuatan Imperialis di wilayah ini (Palestina) lumpuh, di Asia Tengah, bahkan di seluruh Asia dapat dilumpuhkan.
Kita harus belajar dari Janji Allah swt di dalam firman-Nya:
وَ قَضَيْنا إِلى‏ بَني‏ إِسْرائيلَ فِي الْكِتابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَ لَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبيراً
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Isra’il dalam kitab (Taurat) itu, “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. (QS: al-Isra 4)
Grand Ayatullah mengatakan: Hai anak-anak Israel, dua kali dalam sejarah kalian mengadakan kerusakan dan menampakkan kesombongan serta merasa berkuasa di muka bumi. Tapi dalam tiap kalinya ada hamba-hamba Allah sebagai tentara-tentara-Nya, yang membalas kerusakan dan kesombongan kalian. Yang demikian adalah perkara yang selalu hidup dalam sejarah!.
Setiap umat yang saleh, yang siap meniti jalan sunnah-sunnah sejarah, dengan senjata kebenaran dan harapan akan keadilan, Allah pasti akan menolongnya. Adapun setiap bangsa yang berbuat kerusakan dan menindas kaum yang lemah, tak peduli nilai-nilai kemanusiaan, niscaya akan binasa.

Referensi:
Falestin az Manzare Rahbar

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT