Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Membedah Makna Zuhud (1)

Allah SWT berfirman;

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَة فِي الاْرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَاب مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ * لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَال فَخُور * الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”[1]

Diriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib as berkata;

الزهد كلّه بين كلمتين من القرآن قال الله سبحانه: ﴿لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ …﴾ ومن لم يأس على الماضي ولم يفرح بالآتي فقد أخذ الزهد بطرفيه.

“Zuhud seluruhnya ada di antara dua kalimat al-Quran di mana Allah SWT berfirman; ‘Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.’ Dan barangsiapa yang tidak berduka cita atas apa yang telah tiada dan tidak terlalu bergembira atas apa yang datang (didapat) maka dia telah meraih zuhud dengan dua sisinya (zuhud yang sempurna).”[2]

Tampak bahwa ayat suci ini menjelaskan salah satu hikmah adanya musibah dalam kehidupan manusia di dunia.Yakni bahwa musibah merupakan penempaan dan penggemblengan jiwa dari Allah SWT terhadap para kekasihnya agar hidup zuhud di dunia. Dan juga berarti bahwa manusia boleh memiliki dunia tapi jangan sampai dimiliki oleh dunia, karena ditegaskan bahwa manusia jangan sampai berduka cita atas apa yang telah luput dan hilang darinya, dan tidak pula terlalu bersuka cita atas apa yang telah dianugerahkan kepadanya. Musibah dapat menundukkan kepala yang terlalu mendongak sombong, mengempiskan dada yang terlalu membusung berbangga diri, dan dapat menyembuhkan penyakit kikir.

Beberapa ayat al-Quran lain mengenai musibah dan cobaan menyebutkan hikmah berupa hukuman atau teguran, antara lain firman-firman Allah SWT sebagai berikut;

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَة فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِير.

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”[3]

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”[4]

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِنَ الْعَذَابِ الاْدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الاْكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ.

“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”[5]

Pada ayat di awal artikel ini disebutkan kalimat; “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” Kata ganti “nya” bisa kembali kepada diri dan bisa pula kembali kepada bumi atau maksudnya ialah keduanya. Jika kembali kepada keduanya maka musibah yang dimaksud mencakup segala musibah yang menampak pada kita, baik musibah yang ditujukan untuk tarbiyah zuhud semata yang sangat berguna bagi para kekasih Allah, maupun musibah yang ditujukan sebagai hukuman atau teguran. Semua ini sudah termaktub dalam ilmu Allah SWT sebelum Dia menciptakan bumi dan jiwa atau diri manusia.

Bagian akhir ayat pertama itu bisa jadi dimaksudkan sebagai pelajaran atau tarbiyah kezuhudan bagi semua orang dalam arti bahwa Allah SWT menyediakan sarana tarbiyah bagi semua manusia tanpa terkecuali.

(Bersambung)

[1] QS. Al-Hadid [57]: 22- 24.

[2] Nahjul Balaghah, Hikmah 439.

[3] QS. Al-Syura [42]: 30.

[4] QS. Al-Rum [30]: 41.

[5] QS. Al-Sajdah [32]: 21.

Post Tags
Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT