Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Dalam acara peluncuran Manifesto ABI (AHLULBAIT INDONESIA) dan Seminar “NKRI: Berpancasila atau Berislam” tadi saya diperintahkan menjadi narsum yang mewakili tim perumus Manifesto.

Manifesto ini diluncurkan sebagai langkah strategis dan efektif untuk memaklumatkan entitas formal komunitas yang sevisi dengan organisasi dan menjelaskan pandangan keagamaan dan kemazhabannya serta menegaskan pandangan dan sikapnya terhadap isu-isu kontemporer dalam skala domestik dan global.

Setelah bertahan dengan kesabaran maksimal menghadapi rangkaian badai pengkafiran dan penyesatan yang tidak menyisakan ruang yang cukup untuk klarifikasi di tengah publik yang mudah tersulut dan tak memberikan secuilpun hak jawab dalam sidang in absentia di media konvensional dan digital dan dalam acara-acara bertajuk tablig terhadap aneka tuduhan dan disinformasi yang telah merenggut ketenangan dan hak sosial komunitas Syiah, maka memperkenalkan Manifesto sebagai platform dan identitas komunitas Syiah (yang bernaung dalam organisasi) ini menjadi sangat urgen. (Baca: Ormas Ahlulbait Indonesia Meluncurkan Buku Manifesto Mengenal Gerakan Syiah)

Langkah ini dipandang penting demi memberikan edukasi kepada komunitas pengikut Syiah Imamiyah terutama seluruh anggota organisasi dan yang sevisi sekaligus edukasi kepada pihak di luar komunitas dan organisasi, Pemerintah, umat Islam non Syiah dengan ragam aliran, organisasi dan dengan ragam sikapnya terhadap Syiah juga bangsa Indonesia secara umum.

Dengan kehadiran Manifesto ini diharapkan individu-individu penganut mazhab Syiah di Indonesia tidak lagi meladeni segala bentuk ajakan debat sporadis, polemik tak berujung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ulangan yang provokatif atau out of subject.

Dengan kehadiran Manifesto ini diharapkan pula Pemerintah terutama instansi yang berkepentingan dengan isu agama, mazhab dan kelompok tidak lagi mengambil info tentang keyakinan keagamaan dan pandangan kebangsaan komunitas dari luar komunitas apalagi dari pihak yang membenci dan bekerja intensif menyebarkan ujaran kebencian dan dusta demi membenturkannya dengan umat Islam dari mazhab Ahlussunnah juga dengan Pemerintah dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar terkait dengan komitmen kebangsaan dan kesetiaan kepada NKRI dan Pancasila.

Dengan kehadiran Manifesto diharapkan tak ada lagi kecurigaan yang berefek terhadap pengabaian hak konstitusional dan diskriminasi dalam penegakan hukum terhadap komunitas ini sebagai warga dan bagian integral bangsa bhinneka ini dengan dugaan dan opini invalid menyembunyikan agenda transnasional atau berafiliasi ke luar dari NKRI. (Baca: Resensi Buku: Syiah Menurut Syiah)

Dalam Manifesto ini, organisasi ini tak hanya mendukung secara formal prinsip kebangsaan, kebhinnekaan, NKRI dan Pancasila tapi mendukungnya secara substansial dengan menyumbangkan perspektif baru dan penafsiran epistemologis, ontologis dan teologis terhadapnya.

Kehadiran Manifesto adalah ikrar terbuka bahwa komunitas Syiah terutama yang terwadahi dalam organisasi ini tak hanya mempertahankan NKRI sebagai bentuk final dari sebuah kontrak sosial (yang mengikat secara teologis dan yurisprudensial atau fiqh sebagai aqd dan mitsaq) institusi negara yang berdiri menjulang dengan mozaik kebhinnekaannya tapi kesadaran keagaamaan dan kemazhabannya justru mendorong komunitas dalam organisasi untuk berusaha berdiri di garis terdepan demi menjaga dan mempertahankan karunia agung bernama Indonesia.

Manifesto ini, meski tidak memenuhi ekspektasi optimal para perumusnya, adalah hasil kerja intelektual panjang tim relawan (Dewan Syura ABI) mulai dari peletakan poin-poin penting, pembuatan draft, analisa, perumusan dan pengayaan material dan formal dalam metode dan sistematika hingga penyebarannya kepada sejumlah pakar dalam beragam bidang di luar organisasi dan komunitas untuk memberikan kritik, komentar dan catatan penyempurnaan.

Sesuai dengan arti di balik kata dan namanya, Manifesto ini bukanlah buku ilmiah yang padat dengan argumen teologis dan narasi teks berupa penjelasan dan klarifikasi atau bantahan (karena itu telah dituangkan dalam buku SYIAH MENURUT SYIAH dan BUKU PUTIH yang diterbitkan oleh organisasi ini) tapi sebuah komunike resmi yang memuat keyakinan dan pandangan organisasi yang terbagi dalam dua bab utama, yaitu bab pertama yang memuat pandangan-pandangan lintas ruang dan waktu, disebut Pandangan Dunia (Ketuhanan, Kenabian dan Kebangkitan atau Hari Akhir) dan bab kedua yang memuat pandangan-pandangan kontekstual tentang aneka fenomena dan isu kontemporer sebagai turunan logis dari bab pertama, disebut Paradigma (Indonesia, Dunia Islam dan Dunia Internasional juga isu-isu kontemporer dan global). (Baca: “70 Tahun Indonesia Merdeka”)

Dengan menghadirkan Manifesto ini, organisasi ini bermaksud menjelaskan pandangan dan sikap organisasi dan tidak bermaksud merepresentasi semua komunitas Syiah di luar organisasi seraya memastikan bahwa organisasi lain dalam komunitas Syiah sebagai saudara semazhab (setelah seagama) yang berbeda wadah kelembagaan.

Meski secara kuantitatif kecil atau minoritas dan meski usianya muda, organisasi ini berhak bersyukur karena mungkin mendahului banyak organisasi di Tanah Air dalam menjelaskan identitasnya berupa pandangan dan sikap dengan menyadari konsekuensi keagamaan dan pertanggungjawaban kebangsaannya. Semoga inisiasi rintisan ini disusul oleh organisasi lain di Tanah Air dalam rangka mengintegrasikan dirinya secara formal dalam eksistensi bangsa Indonesia.

Merdeka!

Muhsin Labib
Anggota Dewan Syura AHLULBAIT INDONESIA

 

Baca: Membangun Prinsip

 

Post Tags
Share Post
Written by
No comments

LEAVE A COMMENT