Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Apakah Imam juga Maksum seperti Nabi?

Pada peluncuran buku Manifesto ABI yang digelar di DPR RI kemarin (13/03/19), ada sebuah pertanyaan yang belum terjawab dari salah satu peserta seminar bertajuk “NKRI: Berpancasila atau Berislam”. Kemudian peserta menyampaikannya melalui pesan melalui nomor Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura ABI:

“Saya ada pertanyaan yang masih mengganjal belum terjawab. Apakah seorang imam di Ahlulbait sebagai orang suci sama kesuciannya dengan seorang Nabi dalam arti maksum?

Atau ringkasnya apakah seorang imam itu juga maksum? Ini pertanyaan kemarin yang belum terjawab di halaman 6 di buku Manifesto ABI.”

Berikut ini adalah jawaban singkatnya:

Pada pengantar buku Manifesto ABI telah disampaikan bahwa ABI telah menerbitkan dua buku ilmiah tentang keyakinan Syiah, yaitu Buku Putih Mazhab Syiah dan Syiah Menurut Syiah (SMS). Dengan kata lain, pembaca yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang ajaran Syiah dapat merujuk ke dalam buku tersebut, termasuk tentang teori kemaksuman, atau bahkan ratusan buku rujukan yang terdapat di dalam catatan kaki kedua buku tersebut.

Sebagai petunjuk, pembaca dapat membaca bagian pertama buku Syiah Menurut Syiah yang mengupas Konsep Iman Mutlak dan Iman Relatif, terutama perihal Iman Ketiga: Kerasulan Muhammad dan Kesucian (halaman 18-25).

Kami mengutip kesimpulan dari bagian tersebut dalam buku SMS secara singkat:

“Berdasarkan asumsi keempat, wahyu suci dan mutlak meniscayakan keabadian yang mutlak pula. Karena itu, penerima wahyu mutlak adalah suci. Karena wahyu itu suci dan diterima oleh yang suci, maka ia mesti terjaga dalam kesucian. Bila wahyu yang suci itu diserahkan untuk dijaga dan dikawal oleh yang tidak suci, maka ia suci sekaligus tidak suci. Penjelasannya, ia suci karena diterima oleh yang suci dan sekaligus tidak suci karena dikawal oleh yang tidak suci. Ini adalah kontradiksi karena mempertemukan yang suci dan tidak suci pada satu tempat. Konsekuensinya, ketidaksucian di akhir meruntuhkan kesucian dan kemutlakan pada sumber pertama, yaitu Pemberi wahyu dan penerimanya.

Konsekuensi kebalikannya, apabila diyakini tidak ada pengawal yang suci, maka runtuhlah semua bangunan kesucian dan musnahlah kemestian menerima agama. Oleh karena itu, pewaris risalah para nabi haruslah suci sebagaimana sucinya para nabi.”

Kata kuncinya, penerima wahyu adalah Nabi, sementara pengawal wahyu adalah Ahlul Bait Nabi dan Itrah sucinya. Siapakah Ahlul Bait Nabi? Anda dapat membaca artikel Ahlulbait Adalah Rasulullah, Fatimah, Ali, Hasan dan Husain.

Bagi Syiah, selain para Nabi, para manusia suci terdiri dari 14:

  1. Nabi Muhammad Saw sebagai penutup para Nabi (lahir di Mekah, 17 Rabiul Awal 53 prahijrah/9 Mei 570 M – wafat di Madinah, 28 Safar 11 H/25 Mei 632 M),
  2. Imam Ali bin Abi Thalib a.s. (lahir di Mekah, 13 Rajab 23 prahijrah/9 Oktober 599 M – wafat di Kufah, Irak, 21 Ramadhan 40 H/28 Januari 661 M),
  3. Sayidah Fatimah az-Zahra a.s. (lahir di Mekah, 20 Jumadal Akhirah 8 prahijrah/27 Maret 615 M – wafat di Madinah, 3 Jumadal Akhirah 11 H/26 Agustus 632 M),
  4. Imam Hasan al-Mujtaba a.s. (lahir di Madinah, 15 Ramadhan 3 H/1 Maret 625 M – wafat di Madinah, 28 Safar 50 H/27 Maret 670 M),
  5. Imam Husein as-Syahid a.s. (lahir di Madinah, 3 Sya’ban 4 H/8 Januari 626 M – wafat di Karbala, 10 Muharram 61 H/10 Oktober 680 M),
  6. Imam Ali as-Sajjad a.s. (lahir di Madinah, 5 Sya’ban 38 H/6 Januari 659 M – wafat di Madinah, 25 Muharram 95 H/20 Oktober 713 M),
  7. Imam Muhammad al-Baqir a.s. (lahir di Madinah, 1 Rajab 57 H/10 Mei 677 – wafat di Madinah, 7 Dzulhijjah 114 H/28 Januari 733 M),
  8. Imam Ja’far as-Shadiq a.s. (lahir di Madinah, 17 Rabiul Awal 83 H/20 April 702 M – wafat di Madinah, 25 Syawal 148 H/14 Desember 765 M),
  9. Imam Musa al-Kazhim a.s. (lahir di Madinah, 7 Safar 128 H/8 November 745 – wafat di Baghdad, Irak, 25 Rajab 183 H/1 September 799 M),
  10. Imam Ali ar-Ridha a.s. (lahir di Madinah, 11 Dzulqa’dah 148 H/29 Desember 765 M – wafat di Thus, Iran, 29 Safar 203 H/5 September 818 M),
  11. Imam Muhammad al-Jawad a.s. (lahir di Madinah, 10 Rajab 195 H/8 April 811 M – wafat di Kazhimiyah, Irak, 30 Dzulqa’dah 220 H/25 November 835 M),
  12. Imam Ali al-Hadi a.s. (lahir di Sharya, Madinah, 15 Dzulhijjah 212 H/10 Maret 828 M – wafat di Samarra, Irak, 3 Rajab 254 H/2 Juli 868 M),
  13. Imam Hasan al-Askari (lahir di Madinah, 10 Rabiul Tsani 232 H/8 Desember 846 M – wafat di Samarra, Irak, 8 Rabiul Awal 260 H/5 Januari 874 M), dan
  14. Imam Muhammad al-Mahdi a.s. (lahir di Samarra, Irak, 15 Sya’ban 255 H/29 Juli 869 M)

Lebih jauh, pembaca juga dapat membaca Ahlul Bait, Pengawal UmatAhlul Bait Nabi saw., Penjaga Ajaran Islam dan Ahlul Bait Milik Semua.

 

No comments

LEAVE A COMMENT