Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Pengaruh Rasulullah Saw dalam Sejarah yang Tak Terbantahkan

Sejarah tidak dapat dianggap sebagai serangkaian kejadian tanpa peran individu. Muhammad memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah. Fakta menunjukkan bahwa agama, sekte, atau kultus modern sering kali berasal dari satu tokoh utama. Jadi, bagaimana mungkin sebuah peristiwa besar bisa melupakan tokoh kunci?

Meskipun Muhammad mengklaim dirinya sebagai orang biasa yang hanya memberi peringatan dan tidak melakukan mukjizat selain membawa Al-Quran, namanya diikuti oleh jutaan orang, kata-kata dan tindakannya ditiru, Al-Quran yang dia bawa menjadi bacaan yang sangat populer, dan tempat ibadah seperti surau dan masjid terus dibangun untuk lebih dari satu milyar pengikutnya. Dari sini, orang-orang memanggil Tuhan Esa dan menyebut nama Muhammad dengan lantang, bahkan setelah lima belas abad sejak ia dimakamkan. Ini mungkin merupakan keajaiban terbesar dalam dunia modern saat ini, yang berasal dari seseorang yang mengaku tidak mampu melakukan keajaiban. Muhammad telah mencatat namanya dalam sejarah.

Kemudian, Revolusi Iran meletus seperti letupan dari dalam bumi dan terus berkobar. Ini mengguncang dunia seperti menumpahkan bensin ke api ideologi yang tidak pernah padam. Di banyak negara Islam, para mujahidin tidak pernah lelah bertempur sambil membela Islam. Kaum Muslim di seluruh dunia terbagi: ada yang duduk di pagar sambil menonton, ada yang turun dan ikut bertempur. Musuh menjadi takut dan mengumpulkan barisan, sementara yang lain membencinya. Namun, semuanya heran: kekuatan seperti ini belum pernah ada sebelumnya, melebihi dugaan, di luar batas akal sehat.

Tidak ada gambaran yang bisa menandingi lukisan umat Islam tentang Muhammad dalam sejarah manusia. Ia adalah sumber harapan, bukti terbesar campur tangan Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Dengan keberanian, ketakwaan, dan semangat yang tak terbendung, ia tampil sebagai pembawa berita baik dan pemberi penjelasan: bahwa manusia dapat tersesat, sakit, atau bahkan mati karena kurang pengetahuan.

Ajarannya dimulai dari diagnosis Al-Quran atas akar dari segala konflik umat manusia: benar dan salah, baik dan buruk, kehancuran atau kebangkitan. Ia memberikan resep yang diperlukan: kebenaran, hidayah, dan jalan untuk ke sana. Sejak awal, jalan itu telah direntangkan. Para pengikutnya paling awal adalah saksi hidup atas kebenaran ajarannya. Mereka yang rela dicaci dan dibunuh hanya karena bertekad melintasi jalan petunjuk Allah ini. Hidayah Al-Quran ini mengisi dada penganutnya dengan api iman yang membakar orang sekitar. Bagai setanggi yang tersentuh api, lalu menyebar harum dalam kamar, banyak pengikutnya muncul dari sudut gurun yang tak dikenal dan naik ke panggung tokoh dunia: menjadi ilmuwan, imam, khalifah, atau kaisar yang membangun peradaban dengan kecepatan menakjubkan. Dan Muhammad mengklaim ajaran ini untuk semua orang dan semua waktu.

Baca: Kisah Pernikahan Rasulullah Saw dengan Sayidah Khadijah

Lama-kelamaan, gambaran tentang Muhammad menjadi legenda. Kisah hidupnya penuh dengan cerita ajaib, mulai dari saat menjelang kelahiran, dalam kandungan, masa kanak, dewasa, dalam tiap kata dan tindakan, sampai wafatnya. Orang seolah tidak ingin percaya bahwa bukti kemegahannya hanya berasal dari seorang Nabi yang memberikan peringatan. Dari satu segi, semua legenda ini barangkali adalah persembahan rasa kagum untuk prestasi yang begitu gemilang. Orang besar memang selalu dikejar oleh legenda. Makin besar dan makin lama waktu berlalu, makin tebal dan kuat legenda itu melekat.

Legenda memang ruh waktu, jiwa, dan aspirasi zaman yang mengikat semua fakta. Sejarah mungkin hanya menghadirkan tulang-belulang fakta yang kering, dan legenda menjanjikan daging yang empuk. Untuk seorang nabi, sedikit bumbu keajaiban ekstra pada kisah hidupnya jelas akan menambah kebesarannya, karena kisah nabi selalu penuh dengan keajaiban. Ia juga cenderung membesar dan kini, setelah empat belas abad, makin sulit membedakan mana yang fakta dan mana yang legenda. Ketika kisah-kisah ini menjadi suci, hanya sedikit penganut yang berani menunjukkan tanda tanya besar yang bersembunyi di dalam pikirannya. Cerita itu sudah menjadi suci. Kebesaran nabi sebagai manusia mulai luntur, dan ukuran kebesaran beralih pada keajaiban dan legenda. Sering kali, pusat kebesaran bergeser pada pribadinya, bukan lagi pada kitab suci yang dibawanya.

Legenda, dongeng, dan mitos ini sebagian besar dibuat oleh penganutnya sendiri. Ketika keluar dari gurun Arabia, agama muda ini berinteraksi erat dengan ajaran lama yang sudah mapan. Mengenai adanya mukjizat pada semua nabi -seperti berjalan di atas air, cahaya di langit saat sang nabi dilahirkan, menyembuhkan penyakit lepra, atau menghidupkan orang mati- keajaiban itu memang menjadi ukuran kebenaran dan kebesaran seorang nabi di zamannya. Puluhan ribu penganut agama Kristen, Yahudi, dan Majusi masuk Islam dan memperkuat argumen Islam untuk melawan agama mereka sebelumnya dengan menggunakan argumen dari agama mereka sendiri.

Ibnu Ishaq (704-768), penulis biografi Muhammad yang pertama dan dianggap paling akurat, memulai Sirah-nya dengan kutipan ayat-ayat Kitab Kejadian: “Mula-mula Tuhan menciptakan cahaya dan kegelapan. Kemudian Tuhan memisahkannya dan membuat kegelapan itu malam; dan Ia membuat cahaya itu siang, terang, dan gemerlap.”

Namun, bagian ini dihapus oleh Ibnu Hisyam (wafat 833), penyunting yang menurunkan karyanya kepada kita. Dari interaksi ini, lahir Muhammad yang baru: yang memanggil Tuhan dalam kandungan, yang mengguncangkan dunia ketika lahir, dengan cahaya di kota Yerusalem, atau naik ke langit. Para ulama akhirnya tidak bisa menahan gelombang pengagungan dari masa dan satu per satu mulai mengikuti arusnya. Misalnya, pada akhirnya mereka mengeluarkan fatwa tentang “bid’ah yang berguna” untuk perayaan maulid, sesuatu yang sebenarnya tidak dikenal sebelumnya, dan lebih mirip dengan perayaan Natal Yesus Kristus.

Muhammad adalah tokoh yang terang dalam catatan sejarah, dengan rincian kehidupannya yang lengkap. Namun, pemisahan fakta dari legenda memerlukan pendekatan sejarah yang mempertimbangkan pengaruh sosial budaya, perubahan politik, dan peran kelompok dalam biografinya. Meskipun Al-Quran adalah sumber otentik, ia tidak mencakup semua aspek kehidupan Muhammad.

Perubahan dari budaya lisan ke budaya tulisan di abad ke-tujuh menghadapi kendala, seperti ketersediaan kertas dan alat tulis. Pertumpahan darah dan perang saudara setelah wafatnya Rasul mengganggu standar moral agama. Kepentingan politik pada saat itu kompleks, dengan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Pengumpul hadis terkenal, Imam Muslim mencatat, ulama sering membuat kebohongan dalam hadis, dan banyak khurafat yang menimbulkan kontroversi.

Baca: Peristiwa Terakhir yang Memilukan dari Kehidupan Rasulullah Saw

Ketika membahas catatan biografi Muhammad, mungkin hanya ada sedikit motif jahat untuk mengotori kisah hidup dan perjuangannya. Namun, kita bisa mencari dan menilai “motif” kepentingan politik dalam hadis-hadis yang mencakup kata-kata atau tindakan Nabi, meskipun ini tidak mudah karena orang-orang pada masa lalu mahir dalam menyusun motif yang tersembunyi dan sulit dipahami. Namun demikian, jika kepentingan politik dan aliran ini tidak bertujuan untuk mengubah esensi cerita tentang Muhammad, kita harus mengenali bahwa Muhammad berjuang bersama dan untuk orang-orang di sekitarnya, yang sering kali menjadi objek perhatian dari kepentingan politik, sekte, dan aliran tersebut.

Ada banyak motif yang mungkin, termasuk ekonomi, kehormatan, politik, atau hanya kesadaran bahwa nama mereka akan tetap dikenang hingga akhir zaman, karena Islam adalah agama universal. Oleh karena itu, pertarungan untuk menentukan siapa yang merupakan pengikut pertama, siapa yang berjabat tangan dengan Muhammad pertama kali dalam Ikrar Aqabah, atau siapa yang tidak hijrah, semuanya menjadi subjek perselisihan antara keturunan, murid, atau bahkan tetangga mereka. Ahmad Amin, yang mengutip Ibnu Urwah, menyatakan bahwa “sebagian besar hadis yang memberikan keutamaan kepada para sahabat dan menggambarkan mutu sahabat Rasul palsu dan dimanipulasi selama masa pemerintahan Dinasti Umayyah.”

*Disarikan dari buku Sirah Muhammad Rasulullah, Suatu Penafsiran Baru – Dr. Fuad Hasyim

No comments

LEAVE A COMMENT