Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Meraih Keberkahan Sahur

Salah satu amalan yang dianjurkan saat bulan suci Ramadan adalah makan sahur. Sahur atau sahar berasal dari bahasa Arab yang artinya waktu sepertiga malam terakhir, yakni kira-kira 3 jam sebelum masuk waktu Subuh. Banyak hadis yang menyebutkan tentang keutamaan bangun dari tidur dan makan sahur untuk persiapan puasa.

Sebagian orang memahami rahasia dari sejumlah penekanan dan anjuran tersebut adalah demi keberkahan yang diperoleh dari makanan yang disantap, selain untuk kekuatan fisik kita dalam melaksanakan ibadah puasa.

Mungkin saja pandangan itu benar dan sulit untuk dibuktikan kesalahannya, karena keberkahan bukanlah sesuatu yang material sehingga bisa dibuktikan efek materialnya. Karenanya sangat mungkin makanan yang kita makan ditambah dengan sugesti kita bahwa ia akan memiliki efeknya hingga siang hari esoknya, benar-benar akan terasa menguatkan fisik kita. Inilah beda antara mereka yang makan malam sebelum tidur dengan niat sahur dan mereka yang bangun pukul 3 atau 4 pagi untuk makan sahur.

Baca: “Beberapa Info Penting Seputar Puasa

Lalu apa saja keberkahan lain yang dapat diraih dengan bangun malam untuk makan sahur ini? Berikut ini beberapa di antaranya.

Pertama, orang yang bangun dini hari untuk makan sahur, khususnya jika mengamalkan sunahnya, yaitu di akhir waktu mendekati waktu Subuh atau imsak, maka bisa dipastikan ia bisa melaksanakan salat Subuh di awal waktu.

Kedua, bangun malam untuk makan sahur dapat memberikan kesempatan kepada kita mengisi waktu sangat berharga itu untuk memperbanyak permohonan ampun dan istighfar kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang kita lakukan di siang harinya. Hal ini sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Alquran surah Ali Imran ayat 15-17, bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang beristighfar di waktu sahur.

  • Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.(Q.S Ali Imran:15)
Baca: “Mengapa Alquran Turun dengan Bahasa Arab? Dan Mengapa Lebih Baik Dibaca dengannya?
  • (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”(Q.S Ali Imran:16)
  • (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.(Q.S Ali Imran:17)

Ketiga, bangun malam untuk makan sahur memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan salat malam atau yang sering disebut dengan shalatullail, nafilatullail atau tahajud.  Salat ini merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan di luar dan di dalam bulan suci Ramadan. Banyak faedah dan keutamaan yang disebutkan dalam hadis tentang salat malam ini, di antaranya sabda Nabi Muhammad SAW: “Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku untuk qiyamullail sehingga aku mengira, bahwa orang-orang terbaik dari umatku tidak akan tidur (malam)”.

Baca: “Fikih Puasa Menurut Mazhab Ahlulbait

Sedangkan Allah SWT menyebutkan dalam Alquran dalam dua ayat-Nya tentang keutamaan salat malam, bahwa hal itu merupakan penyebab Nabi SAW mendapatkan tempat (kedudukan) yang terpuji saat dibangkitkan,

Dan pada (sebagian) malam lakukanlah (salat) tahajud sebagai amalan sunah bagimu, semoga Tuhan-Mu membangkitkanmu pada tempat yang terpuji (Q.S Al Isra’:79).

Salat malam juga menjadi penyebab Nabi Muhammad SAW mendapatkan perkataan yang berat (wahyu), seperti firman-Nya:

Wahai orang yang berselimut (Nabi) bangunlah pada malam hari kecuali sedikit darinya, setengahnya atau kurangilah sedikit darinya atau tambahkanlah darinya, bacalah Alquran, sungguh Kami (Tuhan) akan memberikan kepadamu perkataan yang berat. ( QS. Al Muzammil:1-5)

Baca: “Belajar Mencintai Alquran dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra’ a.s.

Jika kita analisa mengapa salat malam mendapatkan banyak penekanan dan besar pahalanya di sisi Allah SWT, maka jawabannya adalah sebagai berikut:

Pertama, salat malam bukan sebuah kewajiban sehingga orang yang melaksanakannya memiliki motivasi takut akan ancaman dan murka Tuhan atas pelanggaran perintah-Nya. Sebaliknya, melaksanakan salat malam sebagai amalan sunah, memberikan indikasi bahwa pelakunya tidak didorong rasa takut, melainkan semata karena mengharap kedekatan kepada Tuhannya dengan melaksanakan perintah-Nya yang tidak wajib dan itu menunjukkan keikhlasan dan ketulusan sebagai seorang hamba kepada Tuhannya.

Kedua, salat malam dilakukan di malam hari dalam kesendirian, sehingga orang yang melakukannya tidak akan memiliki motivasi ingin diketahui dan dipuji oleh orang lain, melainkan murni karena Allah SWT.

Ketiga, tahajud dilakukan pada malam hari ketika orang lain sedang tidur nyenyak. Artinya, pelaku tahajud rela meninggalkan segala kenikmatan yang bisa ia peroleh. Ini menunjukkan ketinggian keimanannya kepada Allah dan ketulusan hatinya kepada-Nya.

Baca: “Fikih Zakat Menurut Mazhab Ahlulbait

Keempat, menilik besarnya pengorbanan yang harus dilakukan untuk melakukan salat malam. Sementara kita pahami bahwa semakin besar pengorbanan yang dilakukan untuk melakukan sebuah ibadah, maka semakin besar nilai dan pahalanya di sisi Allah SWT.

Kelima, salat malam merupakan latihan untuk dapat mengatur waktu dengan baik dan menjadi pribadi yang hidup dalam kedisiplinan.

Keenam, salat malam merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Allah SWT pada setiap malam memanggil dan berseru kepada penduduk bumi dengan firman-Nya: Mana orang yang mengaku mencintai-Ku? Tidakkah sang kekasih mengkhususkan waktu dengan kekasihnya di malam hari dan berduaan dengannya?

Baca: “Amalan Malam terakhir Ramadhan dan satu Syawal

Karenanya sangat naif bila kita isi bangun sahur hanya dengan makan dan nonton acara TV yang tidak bermanfaat atau bahkan cenderung menambah dosa kita. Alih-alih mendapatkan berkah dari bangun sahur yang merupakan waktu istimewa tersebut, kita justru menambah dosa.

Selain itu, masih ada keberkahan lain yang mungkin diharapkan oleh mereka yang membiasakan diri untuk bangun malam sebelum waktu subuh di bulan suci Ramadan ini. Yakni melanjutkan kebiasaan ini di luar bulan Ramadan. Bukan untuk makan sahur karena tidak hendak berpuasa, namun untuk melakukan salat malam dan memperbanyak istighfar sebelum melaksanakan salat Subuh.

Dengan demikian, diharapkan kita benar-benar mampu meraih ketakwaan sebagai buah dari ibadah puasa dan kehidupan kita setelah bulan suci Ramadan pun akan menjadi lebih baik dengan kebiasaan tersebut. Wallaahu ‘a’lam. [*](AAB)

Baca: “Palestina… Oh Palestina

 

Written by
No comments

LEAVE A COMMENT