Lebih Mulia dari Nabi Allah
Suatu saat Nabi Isa a.s. pernah memohon kepada Allah swt. supaya ditunjukkan seseorang yang lebih mulia darinya di sisi-Nya. Allah swt. menunjukkan kepada beliau seorang perempuan renta yang hidup di pinggir laut.
Lalu Nabi Isa a.s. mencari perempuan tua itu untuk menemuinya. Beliau melihat perempuan itu hidup di gubuk reyot di sebuah pantai. Tubuhnya lumpuh dan kedua matanya buta.
Kemudian Nabi Isa a.s. mendekatinya. Setelah dicermati, perempuan tua itu sedang sibuk mengucapkan zikir tiada henti:
“الحَمْدُ للهِ المُنْعِمِ المُفْضِلِ المُجْمِلِ المُکْرِمِ”
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan, keutamaan, keindahan, dan kemuliaan.”
Nabi Isa a.s. dengan sangat heran bertanya dalam hati, “Dengan badan yang lumpuh, perempuan tua ini hanya mampu beramal dengan mulutnya (berzikir). Lalu kenapa diberikan kemuliaan sebesar ini?”
Baca: “Nabi Isa a.s. dan Natal“
Tanpa sadar, Nabi Isa a.s. telah memasuki gubuk perempuan tua yang ternyata adalah salah satu wali Allah. Beliau segera keluar dan mengetuk pintu sambil mengucapkan, “Assalamu’alaik wahai Wali Allah!”
“Wa’alaikassalam wahai Ruhullah!” jawab perempuan tua itu.
Nabi Isa a.s. bertambah heran dan bertanya kembali, “Apakah Anda melihatku?”
Nenek renta menjawab, “Tidak.”
“Dari mana Anda mengetahui bahwa aku adalah Ruhullah?” sambung Nabi Isa.
Perempuan itu berkata, “Dia yang mengatakan kepadamu supaya melihatku, Dia pula yang mengatakan kepadaku siapa yang akan datang hari ini.”
Nabi Isa a.s. masuk gubuk dengan izin pemiliknya sambil bertanya, “Apakah yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. kepadamu sehingga Anda bersyukur sedemikian rupa? Untuk apakah semua puji syukur ini?”
Nenek tua itu menjawab, “Dahulu Allah swt. telah memberikan karunia berupa kesehatan, lalu Dia mengambilnya kembali. Wahai Isa! Apakah Dia mengambil itu semua begitu saja? Apakah Dia memandangku terlebih dahulu sebelum mengambil seluruh kenikmatan tersebut?”
“Benar, pertama-tama Dia memandang Anda, lalu mengambil nikmat-nikmat-Nya,” tutur Isa.
Perempuan wali Allah itu menjawab, “Inilah yang patut untuk disyukuri. Begitu Dia memandangku, aku merasa sangat rida (senang hati) dan pasrah. Karena belum tentu Dia memandang orang lain sama seperti memandangku.”
Baca: “Ekstremisme dalam Agama“
Perempuan tua ini telah sampai kepada Tuhan dan memiliki hubungan luar biasa dengan-Nya, padahal ia bukan seorang nabi utusan Allah. Dan pada dasarnya, ia sudah menjadi guru pembimbing Nabi Isa a.s.
Bagaimana dengan kita? Saat tertimpa musibah, kita berfikir bahwa Tuhan telah marah kepada kita.
Sementara bila kita melihat musibah yang menimpa kita dengan seksama, ada beberapa sisi positif yang kita peroleh, di antaranya:
1) Terkadang musibah tersebut menghapus dosa-dosa kita sehingga Allah swt. tidak lagi akan mengazab kita di akhirat.
2) Terkadang kita lalai atau jauh dari Tuhan, maka sebagian musibah akan menjadi pengingat kita kepada-Nya.
3) Atau Allah swt. memberikan musibah kepada kita karena Dia mencintai kita dan ingin supaya kita bersabar sehingga pahala kita akan dilipatgandakan.
Ahli Ibadah dan Pemuda Berandal
Suatu hari, Nabi Isa a.s. melewati sebuah gurun. Di tengah perjalanan, beliau melihat satu rumah yang digunakan ibadah sepanjang waktu oleh seorang ahli ibadah. Lalu Nabi Isa a.s. berbincang-bincang dengannya.
Pada saat yang sama, seorang pemuda berandal dan nakal yang dikenal karena keburukan perilakunya juga melewati tempat tersebut. Ketika ia melihat Nabi Isa a.s. dan orang ahli ibadah itu di sana, kakinya lemas dan tidak bisa bergerak.
Baca: “Perjalanan Salman Menemukan Nabi saw.“
Ia berdiri di tempatnya dan berkata, “Ya Allah! Aku sangat malu dengan perbuatan burukku selama ini. Apa yang bisa kulakukan bila nabi-Mu melihatku dan memarahiku?! Ya Allah! Mohon ampuni aku dan janganlah Engkau jatuhkan harga diriku!”
Ahli ibadah yang berada di samping Nabi Isa a.s. saat melihat pemuda tersebut, langsung mengarahkan pandangannya ke langit dan mengangkat tangannya sambil berdoa, “Ya Allah! Janganlah Engkau kumpulkan aku kelak di hari kiamat dengan pemuda berandal, pendosa dan ahli maksiat ini!”
Pada saat itu juga, Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Isa a.s. untuk mengatakan kepada orang ahli ibadah ini bahwa doanya dikabulkan. Ia kelak tidak akan dikumpulkan bersama pemuda ini. Pemuda ini akan menjadi penghuni surga karena taubat dan penyesalannya. Sedangkan orang ahli ibadah tersebut menjadi penghuni neraka karena kesombongan dan keangkuhan.[*]
Baca: “Semuanya Tentang Fatimah Zahra a.s. (Bagian Terakhir)“