Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Palestina… Oh Palestina

Ahmad dengan semangat memasang ikat kepala dan mengambil bendera yang sudah dipersiapkannya sejak beberapa hari yang lalu. Dia berlari menuju ke arah teman-temannya yang sudah menantinya. Mereka semua sudah siap pergi untuk membela Palestina.

Film yang mereka tonton kemaren tentang anak-anak Palestina benar-benar telah berpengaruh dan merubah mereka. Biasanya, mereka tidak ingin beranjak cepat dari tempat tidur di pagi hari dengan berbagai macam alasan. Tidur orang berpuasa ibadah, kata mereka. Inilah salah satu alasan yang sering mereka katakan ketika dibangunkan.

Namun film itu memberikan warna tersendiri dalam diri mereka.

Setelah makan sahur, mereka tidak lagi tidur. Mereka berkumpul dengan teman-teman lainnya guna mempersiapkan segala kebutuhan untuk hari yang mereka nanti-nantikan, yaitu Hari Quds, hari pembelaan rakyat Palestina.

Ahmad tidak bisa melupakan setiap adegan dalam film itu. Ia masih teringat seorang anak kecil yang terluka parah, lehernya robek dan tubuhnya penuh dengan peluru. Anak kecil itu memegang erat tangan seorang dokter sambil menangis dan berkata, “Ayah! Di mana ayahku?”

Kakaknya yang kira-kira berusia 11 tahun berusaha menenangkannya. Ia pun terluka parah, namun dia berkata, “Tolong selamatkan adikku!”

Alhamdulillah, sekalipun lukanya sangat parah, anak kecil itu berhasil diselamatkan. Namun sampai terakhir dia tidak berhasil menemukan ayahnya, tidak ada satupun yang tahu apakah ayahnya masih hidup atau sudah syahid?

Di film itu juga diceritakan tentang seorang anak lelaki hafidz Alquran berusia 11 tahun. Ia menyelesaikan hafalan 30 Juz  sejak usia 5 tahun.

Dia tidak kuat menahan rasa sedih melihat teman-teman sebayanya, bahkan adik-adik kecil banyak yang syahid dibantai oleh tentara bengis Israel. Ia mengumpulkan teman-temannya dan mengajak mereka untuk berjuang melawan tentara Israel.

Teman-temannya sempat bingung, bagaimana caranya mereka bisa melawan tentara Israel yang sudah terlatih dan lengkap dengan senjata dan sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa mereka.

Hafidz cilik itu berkata, “Kita punya batu dan ketapel, itulah senjata kita, Allahu Akbar, Allahu Akbar…”

Mereka pun memulai perlawanan mereka tanpa senjata, hanya menggunakan batu dengan menyusup ke camp tentara Israel di daerah ilegal Netzarim. Untuk mencapai daerah itu, mereka harus berjalan kaki sejauh enam kilometer dari Gaza. Mereka hanya membawa batu-batu yang  akan mereka gunakan untuk melempari tentara-tentara Israel yang telah dengan kejam menghancurkan tempat tinggal mereka dan membunuh teman-teman mereka bahkan hampir semua keluarga mereka.

Namun, sebelum berhasil menjalankan misi tersebut, mereka ditangkap oleh tentara Israel dan akhirnya mereka menjemput syahadah di tempat itu. Sebelum meninggal, masing-masing mereka meninggalkan sepucuk surat untuk orang tua atau keluarga mereka.

Isi surat-surat mereka hampir sama, yaitu meminta restu kepada kedua orang tua dan keluarga mereka, karena mereka akan berangkat berjihad melawan penjajah negeri mereka. Mereka juga meminta agar orang tua dan keluarga mereka tidak bersedih sebab jika mereka meninggal maka mereka meninggal dalam keadaan syahid dan akan masuk surga Allah swt. Itu adalah cita-cita mereka, anak-anak berusia 11 tahunan tersebut. Dan sungguh mengagumkan pula, ternyata para syuhada kecil ini semuanya adalah hafidz, penghafal Alquran.

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un…

Film inilah yang membuat Ahmad dan teman-temannya bersemangat untuk mengikuti acara Hari Quds. Mereka ingin memberikan dukungan kepada teman-teman mereka di Palestina dengan teriakan:

“Hidup Palestina!

Mampus Amerika!

Mampus Israel!”

Hari Quds bukan sekedar hari pembelaan untuk Palestina saja, tapi Hari umat Islam. Hari Quds adalah simbol perlawanan umat Islam  terhadap para penjajah dan kaum Zionis.

No comments

LEAVE A COMMENT