Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Peran Agama dalam Memerangi Penindasan dan Penindas

Alquran secara tegas mengumumkan hukuman keras yang tak terelakkan bagi para penindas. “Dan [penduduk] negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tentukan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi: 59)

Para pemimpin agama percaya akan kelanjutan umat manusia. Karena itu, mereka menetapkan bahwa menegakkan keadilan merupakan tujuan utama dalam kehidupan. Apabila mereka melihat kekacauan dalam perkembangan manusia, mereka berusaha untuk mengubah kekacauan semacam itu dengan melawan perilaku buruk para penindas.

Dalam banyak kasus, para pemimpin itu mampu mengalahkan dan menumpas para penindas.

Menurut perilaku para pemimpin agama adalah faktor penting dalam membangunkan rakyat melawan kezaliman. “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca [keadilan], supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. al-Hadid: 25)

Karena tujuan Islam adalah keadilan bagi semua, Islam memerintahkan seluruh penganutnya untuk melaksanakan keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan orang­orang lainnya, tanpa pertimbangan gelar atau kedudukan pribadi. Islam juga melarang kezaliman dan pelanggaran hak atas suatu kelompok orang.

Baca: Peran Agama dalam Mengatasi Krisis Kejiwaan Manusia

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan [kebenaran] karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”  (QS. al-Maidah: 8)

“Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil.”  (QS. an-Nisa: 58)

Karena Islam sangat mementingkan keadilan, ia tidak membenarkan orang yang tak adil menduduki jabatan hakim, walau pun orang itu memenuhi segala kualifikasi lainnya. Islam juga mewajibkan orang tua berlaku adil terhadap anak-anaknya, untuk mempersiapkan mereka menerima perangai utama ini dan menolak kezaliman dan permusuhan.

Selain itu, salah satu basis untuk membesarkan anak ialah berlaku adil dalam segala keadaan apabila berurusan dengan mereka. Karena, anak-anak yang menyaksikan perlakuan zalim ibu atau ayah mereka, tak dapat diharapkan menjadi adil atau jujur dalam perilaku mereka dengan orang lain. Apabila anak-anak terbiasa melihat kezaliman maka perangai jahat itu akan tumbuh dalam

watak mereka, dan kelak menjadi unsur perusak dalam masyarakat. Ketidakadilan yang mereka peroleh itu pada akhirnya akan mempengaruhi masyarakat, bahkan seterusnya menghantam kembali orang tua mereka.

Rasulullah Saw mengarahkan perhatian para pengikutnya kepada pokok penting ini ketika beliau berkata: “Berlaku adillah kepada anak-anakmu dalam hal pemberian apabila kamu menginginkan mereka berlaku adil kepadamu dalam kasih sayang.” (Nahj al-Fashahah, hal. 66)

Bertrand Russel mengatakan: “Rohani manusia ibarat sungai yang terus melebar. Dan tujuan dari pendidikan yang utuh ialah menjadikan tekanan dari luar muncul dalam bentuk pikiran, kebiasaan, dan kasih sayang, bukan dalam bentuk siksaan atau hukuman. Gagasan yang diperlukan di sini ialah bahwa kita harus menerapkannya secara berangsur-angsur di dalam pikiran dan kebiasaan anak-anak.

Metode yang tepat untuk mengajarkan keadilan kepada anak-anak dapat dilakukan saat anak-anak bergaul dengan sesamanya. Persaingan yang terjadi di antara anak-anak mengenai alat permainan yang hanya dapat digunakan oleh satu orang pada saat yang sama, seperti sepeda, dapat diharapkan memberi pelajaran tentang keadilan kepada mereka. Menakjubkan betapa anak-anak meninggalkan keakuan mereka ketika anak yang tertua menunjukkan keadilan dengan menawarkan alat permainannya kepada anak-anak lain.

Mula-mula saya tak percaya bahwa keadilan merupakan suatu naluri atau perasaan manusiawi yang alami. Saya terkejut mendapatkan bahwa rasa keadilan dapat ditimbulkan dengan mudah pada anak-anak. Ketika melatih anak­anak, penting sekali menerapkan keadilan yang sebenarnya. Dengan kata lain, tidak boleh lebih menyukai seorang anak atas yang lainnya. Apabila Anda mencintai yang satu lebih dari yang lainnya, ingatlah agar perasaan Anda itu tidak berpengaruh buruk dalam pembagian kesenangan dan kebahagiaan di antara mereka.

Adalah praktik yang diakui umum bahwa apabila memberikan permainan kepada anak-anak, mutunya harus sama. Setiap upaya untuk mengabaikan kebutuhan anak-anak akan keadilan, secara bagaimanapun, adalah salah.” (On Education)

Rasulullah Saw bersabda: “Takutlah kepada Allah, dan berlaku adillah di antara anak-anakmu sebagaimana kamu menghendaki mereka menyayangimu.” (Nahj al-Fashahah)

Baca: Peran Agama dalam Melawan Penindasan dan Menegakkan Keadilan

Imam Ali as menulis nasihat berikut ini kepada Muhammad bin Abu Bakar ketika ia menunjuknya menjadi gubernur Mesir: “Para utusan Ilahi adalah para penegak keadilan dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah merintis jalan kesempurnaan manusiawi bagi umat manusia.” (Nahj al-Balaghah)

Imam Husain juga mewujudkan makna keadilan dan keimanan manusia yang sesungguhnya ketika ia bangkit melawan penindasan. Halaman-halaman sejarah bersinar dengan riwayat kehidupan pejuang besar keadilan ini untuk selama­lamanya.

*Disadur dari buku karya Ayatullah Mujtaba Musawi Lari – Menumpas Penyakit Hati

No comments

LEAVE A COMMENT