*Mohammad Mahdi Abbasi, peneliti American Studies
Saat ini, hanya sedikit orang di dunia yang dapat membantah fakta bahwa Amerika Serikat adalah sekutu dan pendukung utama rezim Zionis. Terlepas dari berbagai krisis internal seperti masalah migran perbatasan, inflasi, penembakan massal, perbedaan politik yang luas, menurunnya popularitas Biden di mata masyarakat, dan ketidakstabilan lembaga legislatif negara tersebut, persekutuan ini telah menjadikan dukungan terhadap rezim Zionis sebagai prioritas utama Amerika saat ini.
Mendukung sekutu ini sangat penting bagi Amerika Serikat, sehingga setelah hampir tiga minggu tidak memiliki kepemimpinan, Dewan Perwakilan Rakyat AS, dalam langkah pertamanya setelah memilih Ketua DPR yang baru, memperkenalkan sebuah resolusi dengan mayoritas suara yang sangat besar untuk mendukung rezim Zionis.
Sejak hari-hari pertama ketegangan baru-baru ini, Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa negaranya akan mendukung pemerintahan Netanyahu. Sejauh ini, beberapa langkah dukungan penting yang diambil oleh pemerintah AS dalam hal ini termasuk: Penyediaan amunisi yang dibutuhkan untuk sistem pertahanan udara rezim Zionis alias “Kubah Besi”; pengiriman lebih banyak jet tempur AS, rudal, dan sistem pertahanan anti-pesawat terbang seperti “THAAD” dan “Patriot” ke Asia Barat, dan kehadiran dua kapal Amerika “Gerald Ford” dan “Dwight Eisenhower” secara simultan di wilayah tersebut.
Selain itu, beberapa hari yang lalu, Joe Biden meminta Kongres AS untuk menyetujui anggaran bantuan sebesar 14 milyar dolar untuk sekutu lamanya untuk mengungkap lebih jauh partisipasi pemerintah AS dalam kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Gaza.
Baca: Membaca Pidato SHN dalam Bingkai The Art of War
Statistik menunjukkan bahwa dalam 20 hari terakhir saja, lebih dari 7.000 orang telah terbunuh di Gaza, termasuk 3.000 anak-anak, 45 persen dari semua bangunan tempat tinggal di seluruh Gaza telah rusak parah, dan puluhan rumah sakit, sekolah, gereja, dan masjid juga telah dirusak oleh serangan Israel. Sebuah kota yang menurut banyak otoritas internasional merupakan penjara terbuka terbesar di dunia, dan kini kekurangan banyak kebutuhan dasar manusia seperti air dan makanan.
Peran yang dimainkan AS dalam kejahatan-kejahatan ini sama sekali tidak bisa diabaikan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran telah menyinggung masalah ini beberapa hari yang lalu: “AS jelas merupakan kaki tangan para penjahat. Dengan kata lain, dalam kejahatan ini, tangan AS basah kuyup dan berlumuran darah orang-orang yang tertindas, anak-anak, orang sakit, wanita, dan lainnya.”
Lebih jauh lagi, kita tidak boleh mengabaikan peran kunci yang dimiliki AS dalam 75 tahun kehidupan rezim Zionis; Peran yang telah dimainkan dengan baik di semua pemerintahan Partai Republik dan Demokrat AS dan selalu ada tekad serius di Washington untuk memastikan kelangsungan hidup rezim yang tidak sah ini. Dukungan politik untuk perluasan wilayah pendudukan, bantuan keuangan yang berlebihan seperti mengirim 3 miliar dolar per tahun ke Tel Aviv, dan penyediaan dukungan militer dan keamanan yang terus menerus hanyalah sebagian kecil dari peran besar yang telah dimainkan AS dalam membantu kelangsungan hidup Zionis di wilayah ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, untuk meningkatkan keamanan rezim Zionis di kawasan ini, pemerintahan Trump meluncurkan sebuah rencana untuk menormalkan hubungan antara negara-negara Arab dan rezim Zionis dalam sebuah inisiatif penting yang dikenal sebagai “Kesepakatan Abraham”. Rencana ini berlanjut hingga batas tertentu dalam pemerintahan Biden hingga 7 Oktober di mana kita melihat skema AS gagal.
Baca: Rezim Zionis akan Lumpuh dalam Hitungan Hari tanpa Bantuan AS
Sekarang, mengingat berita-berita yang kita dengar akhir-akhir ini sehubungan dengan perkembangan terakhir di kawasan, Amerika tidak puas hanya dengan terlibat dalam kejahatan. Mereka juga telah mengambil alih manajemen pertempuran Zionis baru-baru ini melawan Gaza. Dalam hal ini, New York Times mengumumkan beberapa hari yang lalu dalam sebuah laporannya bahwa Amerika Serikat belum secara jelas mengatakan kepada pemerintahan Netanyahu apa yang harus dilakukan, namun masih mendukung invasi darat ke Gaza. Dan untuk tujuan ini, Pentagon telah mengirimkan seorang marinir bintang 3 bernama Letnan Jenderal James Glynn, bersama dengan para perwira AS lainnya, ke Tel Aviv untuk membantu dan memandu Israel dalam menghadapi tantangan-tantangan perang perkotaan.
Juga, tampaknya akhir-akhir ini, pengelolaan kampanye media Zionis dan pencucian kejahatan mereka juga menjadi tanggung jawab Amerika. Dalam beberapa hari pertama ketegangan baru-baru ini, media AS mempublikasikan kebohongan besar bahwa 40 anak dipenggal oleh Hamas. Kemudian minggu lalu, Joe Biden dan banyak pejabat Amerika secara terbuka membuat klaim palsu bahwa sebuah roket Hamas jatuh di Rumah Sakit Al-Momadani di Gaza. Dan sekarang, dalam upaya untuk menyembunyikan beberapa kejahatan yang dilakukan oleh rezim pembunuh anak-anak Israel, presiden AS mengklaim bahwa Palestina berbohong tentang korban jiwa mereka dalam pemboman Gaza.
Sumber: Khamenei.ir