Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Peran Puasa dalam Tazkiyah Nafs (7)

Puasa Dalam Penyelesaian Masalah

Manusia dalam menjalani hidup tak jarang menghadapi aneka persoalan berat. Di tengah kondisi demikian anjuran beribadah puasa justru lebih ditekankan, meskipun seolah menambah beban. Patut diingat bahwa dalam setiap kali mendirikan shalat kita selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan berucap;

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”[1]

Ketika manusia memerlukan pertolongan, Allah juga mengajarkan kepadanya cara yang tepat dalam memohon pertolongan kepadaNya, yaitu tidak dengan begitu saja berucap; “Tolonglah kami!” karena manusia tidaklah patut mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma. Sebaliknya, Al-Quran mengajarkan;

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.”[2]

Sabar dalam ayat ini ditafsirkan sebagai puasa, sesuai dengan hadis yang menyebutkan; “Jika suatu peristiwa tertentu dan kesusahan menimpa seseorang maka hendaknya dia berpuasa.”[3]

Bagaimana puasa sedemikian berpesan sehingga dapat mengatasi kesulitan? Puasa membawa manusia ke mana sehingga dia akan dapat mengatasi kesulitan? Padahal ini baru pada tataran imsak secara fisik, dan belum masuk pada dimensi spiritualnya yang menjanjikan kedudukan dan kesempurnaan yang jauh berada di atas dimensi materi.

Jawabannya jelas bahwa ketika manusia berpuasa untuk Allah maka Dia akan memberikan pertolongan untuk segala urusan yang memang tidaklah lepas dari kekuasaaNya, sebagaimana disebutkan dalam kalimat dalam doa para bijakawan Islam ;

يا مسهل الامور الصعابز

“Wahai Zat yang memudahkan perkara-perkara yang sulit.”

Dalam al-Quranpun disebutkan;

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ.

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”[4]

Nabi Musa as pernah memohon kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam firmanNya;

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي وَاجْعَل لِّي وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِي  هَارُونَ أَخِي اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا إِنَّكَ كُنتَ بِنَا بَصِيرًا.

“Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami.”[5]

Allah SWT menjawab;

قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَىٰ.

“Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.”[6]

Demikian pula berkenaan dengan Rasulullah SAW Allah SWT berfirman;

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu, Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.”[7]

Firnan-firman suci ilahi ini mengajarkan kepada cara-cara untuk mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, dan ibadah semisal puasa memiliki daya batiniah yang akan membuat pengamalnya dapat mengatasi faktor-faktor alamiah dalam berbagai kesulitan, dengan seizinNya.

(Bersambung)

[1] QS. Al-Fatihah [1]: 5.

[2] QS. Al-Baqarah [2]:  45.

[3] Al-Kafi, jilid 4, hal. 63.

[4] QS. Al-Lail [92]: 5-7.

[5] QS. Thaha [20]; 26-35

[6] QS. Thaha [20]; 36:

[7] QS. Alalm nashrah [94]: 1 – 4.

Post Tags
Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT