Sumber-sumber ryang terpercaya meriwayatkan beberapa hadis yang mengisahkan pertemuan Imam Mahdi as dengan para mukminin, para sahabatnya, di masa kegaiban pendek. Hampir tidak ada satu buku pun yang ditulis mengenai sejarah para imam, khususnya Imam Mahdi as, yang tidak memuat hal itu.
Syekh Shaduq meriwayatkan dari Muhammad bin Abi Abdillah mengenai jumlah pertemuan yang terjadi antara Imam Mahdi dengan para pengikutnya dari berbagai penjuru dunia Islam, beliau menyebutkan 68 orang. Sedang Mirza Nuri menyebutkan angka 204 orang sahabat, bersandarkan pada beberapa riwayat yang sahih. (Kamaluddin hal. 242; An-Najm ats-Tsaqib, 2/44-48)
Sebagian besar riwayat menceritakan tentang pertemuan yang terjadi pada masa kegaiban pendek, sementara sebagian lainnya mengenai perjumpaan pada masa ayah beliau. Riwayat-riwayat ini mengkhususkan bagi orang-orang yang menyaksikan dan mengenal beliau, bukan bagi mereka yang tidak mengetahui atau tidak mengenal Imam Mahdi as.
Dari riwayat-riwayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imam Mahdi melakukan pertemuan dengan orang-orang mukmin dalam berbagai kondisi. Kemudian, beliau menampakkan beberapa mukjizatnya dan menunjukkan bukti-bukti sehingga para mukmin tersebut benar-benar meyakini bahwa dirinya adalah seorang imam dan terbukti pada mereka keberadaan beliau dan imamahnya. Hal ini dijelaskan oleh Isa Jauhari, yang berjumpa dengan Imam pada tahun 267 H di Shabir dekat Madinah al-Munawwarah. “Beliau mengatakan sesuatu di akhir pertemuan tersebut setelah aku menyaksikan bukti-bukti yang memberikan keyakinan kepadaku mengenai dirinya.”
Berikut perkataan Imam Mahdi as:
“Wahai Isa, kau tidak akan melihatku jika tidak karena orang-orang yang mendustakanku berkata, ‘Di mana dia? Kapan dia lahir? Di mana dia berasal? Siapa yang menyaksikannya? Apa yang telah dia sampaikan kepada kalian? Dengan apa dia memberitahukan kalian? Mukjizat apakah yang dia telah tampakkan kepada kalian?’ Sungguh, demi Allah, Amirul Mukminin telah menolak mereka dengan sesuatu yang mereka saksikan dan beliau tunjukkan kepada mereka. Mereka hampir saja membunuh beliau. Begitu pula ayah-ayahku, semoga sejahtera bagi mereka. Namun mereka tidak mempercayai ayah-ayahku, menuduh mereka bahwa hal itu adalah sihir, diperbantukan jin, dan segala penjelasan mereka.
Wahai Isa, sampaikanlah kepada para kekasih kami sesuatu yang kau saksikan. Dan jangan sekali-kali kau memberitahukan hal ini pada musuh-musuh kami, maka kau akan disalib.”
Isa berkata, “Wahai tuanku, doakan aku agar dapat tetap bertahan.”
Imam menjawab, “Andaikan Allah tidak menguatkanmu, kau tidak pernah melihatku. Berangkatlah dengan kemenanganmu yang dipenuhi petunjuk.”
Isa pun berangkat dengan memuji Allah dan banyak bersyukur pada-Nya. (Tabshirat al-Wali, hal. 197)
Dari riwayat di atas, dijelaskan bahwa kemuliaan yang diperoleh untuk berjumpa dengan beliau terjadi pada masa kegaiban pendek. Beliau pada masa tersebut juga memenuhi kebutuhan orang-orang mukmin dengan mencukupkannya melalui sunah-sunah ayah-ayah beliau. Sebagaimana beliau juga memberikan penjelasan-penjelasan mengenai masalah akidah yang berkaitan dengan kegaiban panjang beliau.
Imam Mahdi juga memaparkan pada para sahabat beliau petunjuk-petunjuk pendidikan dan doa-doa yang dianjurkan serta berhubungan dengan kegaiban, serta mengukuhkan jalinan hubungan dengan beliau. Dalam pertemuan-pertemuan itu pula, Imam memberikan penjelasan mengenai sesuatu yang kelak diwujudkan melalui tangan mulia beliau pada masa kemunculan.
Dari riwayat-riwayat tersebut juga dapat disimpulkan bahwa banyak orang mukmin yang berusaha untuk dapat berjumpa dengan beliau, berupaya maksimal untuk hal itu terutama pada musim haji. Hal ini dikarenakan riwayat yang menjelaskan bahwa beliau selalu hadir pada musim haji. Sebagian riwayat juga menyebutkan tentang terjadinya perjumpaan pada musim haji tersebut. Sebagian lainnya dari orang-orang mukmin berharap untuk dapat berjumpa melalui empat wakil khusus beliau. Imam mengizinkan hal itu bagi orang-orang yang ikhlas di antara mereka. (Al-Kafi, 1/337-339; Al-Ghaybah, Nu’mani, hal. 175)
Satu contoh riwayat yang disampaikan oleh Sheikh Thusi dalam kitab al-Ghaybah, beliau berkata, “Muhammad bin Ya’qub – diriwayatkan dari Zuhri – berkata, ‘Aku sangat menginginkan hal ini (perjumpaan). Bila perlu, aku akan mengeluarkan seluruh hartaku. Aku bertemu dengan al-Amri (wakil pertama Imam Mahdi), aku melayani dia, mengikutinya, dan memohon padanya untuk dapat bertemu dengan Sahib az-Zaman. Dia berkata kepadaku ‘Aku tidak memiliki wewenang untuk itu.’ Aku merendahkan diri, dia berkata, ‘Besok, pagi-pagi sekali.’ Aku memenuhinya, dan dia menyambutku. Ada seorang pemuda bersamanya yang memiliki wajah paling elok di antara manusia, paling harum bagaikan seorang saudagar. Di lengannya terdapat sesuatu seperti seorang pedagang.
Ketika aku melihatnya, aku mendekat pada al-Amri, dia pun mempersilahkanku. Aku menuju padanya dan bertanya padanya. Pemuda itu menjawab segala yang aku inginkan. Kemudian dia pun berlalu dan hendak memasuki rumah dari pintu yang kami tidak perhatikan. Al-Amri berkata, ‘Jika kamu ingin bertanya, bertanyalah karena kamu tidak akan melihatnya lagi.’ Aku bergegas dan bertanya, namun dia tidak mendengar dan memasuki rumah. Pemuda itu tidak banyak berbicara kepadaku kecuali dia mengatakan, “Celaka, celaka, bagi orang yang menunda salat Isya sehingga bintang-bintang bertaburan. Celaka, celaka bagi orang yang menunda salat Subuh sehingga bintang-bintang lenyap dan memasuki rumah.” (Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.164; A-lhtijaj; Thabarsi, jil.2, hal. 298; Wasa’il asySyi’ah, 3/147)
*Disadur dari buku Biografi Imam Mahdi – Tim Al-Huda