Dari kitab at-Tarhib wa at-Targhib, BAB Menunaikan Keperluan Kaum Muslimin, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
“Seorang Muslim mempunyai tiga puluh kewajiban kepada saudaranya dan dia tidak bisa bebas darinya kecuali dia menunaikannya atau dimaafkan: yaitu memaafkan kesalahannya. Mengasihani kesedihannya. Menutupi auratnya. Membangkitkannya kembali setelah jatuh. Menerima permintaan maafnya. Menolak menggunjingkannya. Terus menerus menasihatinya. Menjaga hubungan persahabatan dengannya. Memelihara perlindungan untuknya. Menjenguknya di saat sakit. Menyaksikan jenazahnya.
Memenuhi undangannya. Menerima hadiahnya. Membalas silaturahminya. Berterima kasih terhadap pemberiannya. Menolongnya dengan baik. Menjaga kehormatan istrinya. Menunaikan keperluannya. Menolong masalahnya. Menerima syafaatnya. Tidak mengecewakan keinginannya. Mendoakannya dengan ucapan yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu) di saat bersin. Membimbingnya di saat dia tersesat.
Baca: Kekuatan Cinta dan Persaudaraan
Menjawab ucapan salamnya. Berbicara dengan baik kepadanya. Memberi nikmat lebih banyak kepadanya. Membenarkan sumpahnya. Menolongnya di saat dia zalim atau dizalimi, adapun menolongnya di saat dia zalim ialah dengan memalingkannya dari perbuatan zalimnya sementara menolongnya di saat dia dizalimi ialah dengan membantunya untuk dapat mengambil kembali haknya. Membantunya dan tidak memusuhinya. Tidak menelantarkannya. Menginginkan baginya kebaikan yang diinginkan untuk dirinya, dan membenci baginya keburukan yang dibenci bagi dirinya.”
Kemudian Amirul Mukminin a.s. berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Jika salah seorang dari kalian mengabaikan salah satu hak saudaranya maka pada Hari Kiamat saudaranya akan menuntut hak itu kepadanya hingga dia menunaikannya.”
Syaikh Shaduq meriwayatkan di dalam kitab al-Faqih dengan sanad yang dipercaya dari Imam ash-Shadiq as yang berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “Seorang Mukmin mempunyai tujuh kewajiban kepada orang Mukmin lainnya dari Allah Azza Wajalla: yaitu memuliakannya di saat dia tidak ada, mencintainya di dalam hati, menghiburnya dengan harta, melarang menggunjingkannya, menjenguknya di saat sakit, mengantar jenazahnya, dan tidak mengatakan sesuatu tentangnya setelah wafatnya kecuali kebaikannya.”
Di dalam kitab al-Jafariyyat diriwayatkan dengan sanad dari Imam Ali a.s. yang berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “Seorang Mukmin cermin bagi saudaranya sesama Mukmin. Berlaku tulus kepadanya di saat dia tidak ada, menjauhkan darinya sesuatu yang tidak disukainya jika dia melihatnya, dan melapangkan tempat duduk baginya.”
Dalam hadis lain Rasulullah Saw, “Jika salah seorang dari kalian menjadikan seseorang sebagai saudara maka jangan membuatnya marah dan mendebatnya.”
Kitab al-Ikhtishash menyebutkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Orang Muslim saudara orang Muslim lainnya. Dia tidak boleh mengkhianatinya, tidak boleh menelantarkannya, tidak boleh mencemoohnya, tidak boleh mencegahnya dari menerima pemberian, dan tidak boleh menggunjingnya.”
Baca: Solidaritas Palestina dan Tafsir Ayat Persaudaraan
Kitab al-Ja’fariyyat meriwayatkan dengan sanad dari Imam Ali a.s. bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda: “Siapa yang bangun di pagi hari dalam keadaan tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin maka dia bukan termasuk orang Muslim. Siapa yang melihat seorang laki-laki berseru ‘hai kaum Muslimin’ namun dia tidak menjawab seruannya maka dia bukan termasuk orang Muslim.”
Masih ada hadis-hadis lainnya yang di dalamnya disebutkan lebih dari tiga puluh sifat. Sementara hadis-hadis tentang hal ini yang berasal dari jalan-jalan Ahlulbait a.s. banyak sekali.
*Disadur dari Madinah Balaghah – Syaikh Musa Zanjani