Puasa adalah ibadah yang sangat istimewa. Karena itulah, tidak mengherankan kalau hadis maksumin terkait ibadah ini sangat banyak. Berikut ini adalah beberapa tema terkait puasa yang terekam dalam ujaran suci maksumin.
Puasa Mendorong Kaum Muslimin Bersikap Egaliter dan Rendah Hati
Perjuangan untuk menahan rasa haus dan lapar selama beberapa jam memberikan banyak sekali manfaat. Pertama adalah melatih sikap egaliter dan rendah hati. Dalam sebuah riwayat, Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata bahwa puasa disyariatkan agar orang kaya dan orang miskin menjadi sederajat.
اِنَّما فَرَضَاللهُ الصِّیامَ لِیَسْتَوِی بِهِ الْغَنِي وَ الْفَقِیرُ
Sesungguhnya, Allah mewajibkan ibadah puasa supaya tercipta kesetaraan antara orang kaya dan orang miskin. (Man La Yahdhuruhu Al-Faqih, jilid 2 halaman 43)
Ibadah puasa diwajibkan untuk semua kalangan, baik dia itu orang miskin atau orang kaya. Semuanya diwajibkan dalam waktu tertentu merasakan satu hal yang sama. Padahal, di bulan yang lain, hanya orang miskin yang harus menanggung rasa haus dan lapar. Bulan Ramadhan menghilangkan sekat perbedaan itu. Semua harus merasakan hal yang sama selama beberapa jam.
Puasa Melatih Kesabaran
Sikap sabar adalah syarat mutlak bagi siapa pun yang ingin meraih kesuksesan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, mintalah tolong (kepada Allah) melalui kesabaran dam salat. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)
Ayat ini mengatakan bahwa agar pertolongan Allah turun, kita tidak cukup hanya dengan melakukan salat. Kita juga harus punya sikap sabar. Sabar bahkan menjadi pilar yang menopang segala aktivitas kita. Bahkan ketika kita shalat pun, kita harus punya sikap sabar.
Orang yang sukses adalah orang yang tetap berada di jalur yang sudah dia rencanakan meskipun ada aral yang melintang dan tantangan yang menghadang. Berpuasa di bulan Ramadhan adalah sarana melatih diri agar bisa punya sikap sabar. Setan seringkali menanamkan ilusi kepada kita seolah-olah kita tidak mungkin menjadi orang yang sabar. Di bulan Ramadhan ini, semua bisikan setan tersebut terbantahkan dengan fakta bahwa kita sebenarnya mampu untuk tidak makan dan minum selama seharian penuh.
Pentingnya sabar sebagai kunci menggapai kehidupan, serta adanya hubungan yang kuat antara ibadah puasa dengan sabar itulah yang menyebabkan Imam Shadiq menyampaikan sabdanya:
الصَّبْرُ الصَّوْمُ
Sabar itu adalah berpuasa (Wasa’il Asy-Syiah, jilid 7 halaman 298)
Latihan Menghindari Maksiat
Imam Ali a.s. bersabda:
كَمْ مِن صَائِمٍ لیسَ لَه مِن صِیَامِه إلّا الجُوع و الظَّما
Betapa banyak yang berpuasa, tapi tak ada apapun yang didapatkannya dari puasa itu kecuali rasa lapar dan haus saja. (Nahjul Balaghah, hikmah nomor 145)
Riwayat ini menunjukkan bahwa tujuan dari kewajiban ibadah puasa bukan sekadar latihan menahan haus dan lapar. Ada tujuan lain yang hendak dicapai, yang lebih dari sekadar itu, dan tujuan tersebut adalah melatih diri kita dalam menghindarkan seluruh anggota tubuh kita dari dosa dan maksiat.
Klarifikasi: “Syiah Tidak Akan Disentuh Api Neraka, meskipun Pendosa, Benarkah?!“
Seluruh anggota tubuh manusia adalah anugerah dari Allah yang tiada terkira. Manusia seringkali baru menyadari betapa sangat bernilainya anggota tubuh itu manakala anggota tubuh itu sudah tidak lagi ia miliki, atau fungsinya sudah berkurang jauh. Sayangnya, manusia seringkali jatuh ke dalam perilaku sangat buruk, yaitu menggunakan anugerah Allah itu justru untuk bermaksiat kepada-Nya.
Puasa Ramadhan memberikan kesempatan kepada kita untuk terhindar dari perilaku pengkhianatan yang sangat hina tersebut. Hal itu bisa terjadi manakala kita sudah punya kemampuan mengontrol mulut dan perut kita dari rasa haus dan lapar. Dengan kemampuan tersebut, kita akan punya kepercayaan diri bahwa kita pun mampu menghindarkan mata, telinga, lidah, dan hati kita dari hal-hal yang dilarang oleh agama.
Meraih Kesadaran Ilahiah Lewat Puasa
Puasa adalah yang sangat khusus, sampai-sampai pahala bagi pelakunya dirahasiakan oleh Allah. Dalam sebuah hadits qudsi dari Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman:
الصَّومُ لِي وأنا أجزِي بِه
Puasa itu hanya untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberikan balasannya. (Al-Khishal, jilid 1 halaman 48)
Dirahasiakannya pahala seorang yang berpuasa tidak terlepas dari watak ibadah itu sendiri yang memang bersifat rahasia. Puasa adalah ibadah rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Disebut rahasia karena tak ada yang tahu apakah dia dalam kondisi sedang berpuasa atau tidak, kecuali dirinya dan Allah.
Dari sisi ini, puasa adalah sarana untuk meraih kesadaran dan ketakwaan. Seorang sha`im sejati pastilah orang yang memiliki kesadaran bahwa meskipun dia sedang sendirian, ada Zat yang sedang mengawasinya serta tahu persis apa yang bergerak dalam hati dan pikirannya. Ketika ada kesadaran, muncul juga sikap takwa. Inilah pula yang menjelaskan mengapa tujuan diwajibkannya puasa sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 adalah agar kaum mukminin meraih derajat takwa. (la’allakum tattaquun) [*]
(Dikutip dari rubrik Tuntunan, Buletin Al-Wilayah, Edisi 13, Juni 2017 – Ramadhan 1438)
Baca: “Bagaimana AlQuran Mengajarkan Manajemen Stres? (Bagian 1)“