Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Dalam ad-Durr al-Mantsur dikutip sebuah riwayat tentang sebab turunnya surat ini. Diriwayatkan bahwa sejumlah orang-orang Quraisy, di antaranya; al-Harits bin Qays Suhami, al-ash bin Abi Wail, Walid bin al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan lain-lainnya, berkata kepada Rasulullah Saw:
“Kemarilah, hai Muhammad. Ikutilah agama kami niscaya kami mengikuti agamamu. Kami akan menyertakanmu dalam semua urusan kami. Kamu menyembah tuhan-tuhan kami satu tahun, kami juga menyembah tuhan-tuhanmu satu tahun. Jika ajaran yang kamu bawa itu lebih baik daripada ajaran kami, maka kami telah mengikutimu dan mengambil bagian kami dari ajaranmu. Dan jika ajaran kami lebih baik daripada ajaranmu, maka kamu telah mengikuti kami dalam urusan kami dan mengambil bagianmu darinya.”
Baca: Sabda Rasulullah Saw tentang Para Imam Dua Belas sebagai Penerusnya
Lalu Rasulullah Saw menjawab: “Aku berlindung kepada Allah dari menyekutukan selain-Nya dengan-Nya.”
Mereka kembali berkata: “Kalau begitu, kami menerima sebagian Tuhanmu, dan mempercayaimu serta menyembah tuhan-tuhanmu.”
Rasulullah Saw bersabda: “Nantilah, aku menunggu keputusan Tuhanku.”
Maka turunlah surat ini, dan kemudian Rasulullah Saw pergi ke Masjidil Haram dan di dalamnya terdapat orang-orang Quraisy. Beliau berdiri di hadapan mereka dan membacakan surat ini. Maka Mereka pun frustrasi. Lalu mereka mengganggu beliau dan para sahabatnya.
Surat ini menunjukkan sikap yang tegas dan tidak kompromistis dengan kekufuran. Kebenaran tidak bisa dicampuradukkan dengan kebatilan. Kebenaran adalah cahaya yang terang benderang dan kebatilan adalah kegelapan. Keduanya jelas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Ketika ajakan ke kebenaran tidak mendapatkan sambutan, bahkan mendapatkan tantangan dan penghinaan, maka Rasulullah Saw tidak memaksakan ajarannya kepada orang-orang yang tidak meresponsnya. Beliau mengarahkan dakwahnya kepada orang lain yang mungkin akan menerimanya.
Melihat beliau tetap dan pantang mundur dalam menyebarkan ajaran Allah Swt, orang-orang kafir menawarkan solusi kompromistis, yaitu mereka bersedia menerima ajakan Rasulullah Saw dengan syarat beliau pun menerima ajaran mereka. Dengan solusi ini, mereka berharap beliau menghentikan dakwahnya. Solusi yang mereka tawarkan secara tegas ditolak oleh Allah Swt, karena mengikuti ajaran mereka sama dengan menerima ajaran mereka yang sesat, dan kebenaran tidak bisa dicampur dengan kebatilan.
Dalam surat ini, Rasulullah Saw menegaskan kepada mereka dengan mengulanginya dua kali bahwa beliau tidak akan pernah menyembah sesembahan mereka. Oleh karena jauhnya jarak antara agama Islam dan agama mereka, maka beliau kembali menegaskan bahwa agamaku adalah agamaku dan agamamu adalah agamamu, dan keduanya tidak bisa dicampur adukan.
Sedangkan sikap Islam dalam masalah sosial, maka didasarkan pada keadilan dan kezaliman. Islam akan bersikap lemah lembut terhadap siapa pun yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan akan bersikap tegas terhadap siapa pun yang menginjak-injak nilai-nilai itu.
Sikap Islam Terhadap Agama Lain
Ada dua macam ajaran atau agama di luar Islam
- Agama yang tidak mempunyai titik temu dalam masalah keyakinan dengan Islam (agama non samawi).
- Agama yang mempunyai titik temu dengan Islam (agama samawi).
Sikap Islam terhadap agama non samawi adalah menolak ajaran mereka yang berkaitan dengan keimanan dan keyakinan. Islam menganggap mereka sebagai kaum musyrikin (meyakini tuhan yang banyak). “Dan seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya lepas tangan dari kaum musyrikin.” (QS. at-Taubah: 3)
Baca: Wasiat Rasulullah Saw untuk Berpegang Teguh kepada Tali Allah
Sedangkan sikap Islam terhadap agama samawi dalam masalah keimanan dan keyakinan adalah tidak menolak ajaran mereka kecuali yang telah mengalami penyimpangan dari ajaran yang benar. “Katakanlah, hai Ahli kitab, kemarilah ke ajaran yang sama antara kami dengan kalian; hendaknya kita tidak menyembah kecuali Allah, hendaknya kita tidak menyekutukan selain-Nya dengan-Nya, dan hendaknya sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran: 64)
*Dikutip dari Tafsir Quran Juz Amma, yang disusun oleh Ustadz Husein Alkaff