Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Filosofi Salat dan Efeknya yang Luar Biasa

Meskipun filsafat salat bukanlah rahasia bagi seseorang, akan tetapi pemberian atensi yang besar terhadap teks ayat dan riwayat Islam akan menuntun kita pada berbagai pekerjaan yang lebih mengakar dalam masalah ini.

Salat adalah mengingat Allah Swt

Hakikat, prinsip, tujuan, fondasi, mukadimah, hasil, dan -pada akhirnya- filsafat salat adalah mengingat Allah Swt yang pada ayat di atas ditegaskan, bahwa zikir memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan ibadah-ibadah yang lain. Tentu saja yang dimaksud dengan zikir di sini adalah zikir sebagai mukadimah berpikir, dan berpikir yang dilandasi oleh keinginan untuk mengaktualkannya. Imam Ash-Shadiq a.s. dalam salah satu hadis ketika menafsirkan ayat waladzikrullah akbar berkata: “Zikir adalah mengingat Allah ketika hendak melakukan pekerjaan halal dan haram. Yaitu, mengingat Allah Swt ketika melakukan perbuatan yang halal dan menutup mata dari perbuatan yang haram.

Salat merupakan media menyucikan diri

Salat merupakan media menyucikan diri dari dosa-dosa dan memohon pengampunan Ilahi, karena -mau tidak mau- salat yang dilakukan oleh manusia akan mengajaknya untuk mengoreksi diri, memperbaiki diri, dan bertobat atas apa yang telah dilakukan pada masa lalu.

Baca: Makna Ucapan Salam dalam Salat

Rasulullah Saw pernah bertanya kepada para sahabat: “Apabila di hadapan pintu rumah kamu terdapat sebuah sungai yang mengalir dengan bening dan bersih, kamu mandi dan mencuci badannya lima kali dalam sehari semalam di dalam sungai itu. Apakah masih tersisa daki dan kotoran di badan kamu?” 

Mereka menjawab: “Tidak ada, ya Rasulullah!” Lalu beliau melanjutkan: Salat sebagaimana halnya air mengalir itu. Setiap saat seseorang melakukan salat, maka dosa-dosa yang dilakukannya di antara dua salatnya akan terhapus dan menjadi bersih karenanya.

Dan dengan salat ini, luka, barutan, dan goresan dosa yang ada di dalam ruh dan jiwa manusia akan sembuh karena kemanjuran obat yang berbentuk salat ini, dan karat-karat yang terdapat di dalam kalbunya pun akan menjadi bersih kembali dengan melakukan salat.

Salat merupakan tanggul penghalang dalam menghadapi serangan dosa-dosa

Salat merupakan tanggul penghalang dalam menghadapi serangan dosa-dosa yang akan datang, karena sesungguhnya salat akan menguatkan iman di dalam kalbu manusia dan menumbuhkan tunas-tunas ketakwaan baru di dalam hatinya. Kita mengetahui bahwa iman dan takwa merupakan tanggul yang paling kuat untuk menahan guncangan dosa, dan ini merupakan maksud dalam ayat di atas bahwa salat adalah pencegah dari perbuatan keji dan mungkar, dan merupakan maksud dari banyak hadis yang mengatakan bahwa terdapat sekelompok orang yang senantiasa melakukan dosa, lalu kondisi mereka itu diceritakan kepada para imam a.s. Mereka berkata: “Janganlah bersedih, karena salat akan memperbaiki mereka”, dan ternyata memang demikian.

Salat akan menghancurkan kelalaian.

Musibah paling besar yang dialami oleh para pencari jalan kebenaran adalah lalai terhadap tujuan penciptaan dan tenggelam dalam kehidupan materi serta kelezatan-kelezatan duniawi yang hanya sekejap. Tetapi, dengan adanya variasi hukum dalam setiap jaraknya dan pelaksanaannya secara kontinyu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari semalam, salat akan senantiasa membunyikan lonceng peringatan kepada manusia dan akan membangun ingatannya untuk senantiasa sadar terhadap tujuan penciptaan.

Dengan salat, kehadiran-Nya di alam ini akan senantiasa diperdengarkan, dan merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar bahwa manusia mempunyai sarana dan fasilitas yang berada dalam ikhtiarnya, sehingga dengan alat yang dimilikinya ini ia selalu terjaga secara kuat beberapa kali dalam sehari semalan.

Salat menghilangkan kesombongan dan ujub

Dengan salat, kesombongan dan rasa kagum terhadap diri sendiri akan bisa terberangus dari diri manusia. Karena selama sehari semalam manusia melakukan tujuh belas rakaat salat, di mana dalam setiap rakaatnya, ia meletakkan dahinya di atas tanah sebanyak dua kali dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Ia menganggap dirinya hanyalah butiran yang begitu kecil yang tak berharga dibandingkan dengan keagungan-Nya, bahkan menganggap dirinya bukanlah apa-apa ketika berada di hadapan Zat Yang Tak Terbatas.

Salat akan menyibakkan tirai-tirai kesombongan dan egoisme manusia, serta memporak-porandakan kesombongan dan rasa puas pada diri sendiri.

Dengan dalil inilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. dalam sebuah hadis terkenal yang merefleksikan filsafat ritual Islam setelah iman, dalam rangka menjelaskan ibadah salat berkata, “Allah mewajibkan iman untuk membersihkan manusia dari syirik dan mewajibkan salat untuk membersihkan diri dari kesombongan.”

Salat sebagai penyempurnaan akhlak

Salat merupakan mediator kesempurnaan akhlak dan spiritualitas manusia, karena salat akan mengeluarkannya dari dunia materi yang terbatas dan dari ruang lingkup empat sisi dinding alam natural, lalu mengajaknya melesat terbang ke langit malakut dan menyatukannya dengan barisan para malaikat. Setelah itu, ia akan melihat dirinya berada di hadapan -Nya tanpa membutuhkan sedikit pun mediator, dan ia pun akan melihat betapa dirinya telah mampu melakukan perjumpaan dengan-Nya.

Pengulangan amal ini dalam sehari semalam yang dilakukan dengan menyandar pada sifat-sifat Allah yang Pengasih, Penyayang dan keagungan yang dimiliki-Nya, khususnya dengan bertawasul kepada surat-surat yang bervariasi dalam Alquran setelah selesai membaca Al-Fatihah, merupakan penggerak ke arah kebaikan dan kesucian yang paling utama. Dan hal ini mempunyai pengaruh yang tidak sia-sia dalam pembinaan keutamaan akhlak di dalam wujud manusia.

Oleh karena itu, dalam salah satu hadis mengenai filsafat salat, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: Salat merupakan perantara untuk bertaqarub dan mendekatkan diri kepada Allah bagi setiap orang yang bertakwa.

Salat mengisi nilai pada seluruh amal

Salat memberikan nilai dan ruh pada keseluruhan amal yang dilakukan oleh manusia. Karena salat akan menghidupkan hakikat keikhlasan, di mana salat merupakan kumpulan dari niat yang murni dan perkataan yang suci, serta amal-amal yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Pengulangan amal-amal tersebut secara keseluruhan dalam sehari semalam akan menyebarkan bibit-bibit amal yang terpuji di dalam jiwa manusia dan akan menguatkan keikhlasan yang ada di dalam wujudnya.

Oleh karena itu, dalam salah satu hadis terkenalnya, Amirul Mukminin Ali bi Abi Thalib a.s. ketika berwasiat setelah terluka oleh hujaman pedang Ibnu Muljam (la’natullah ‘alaih) berkata: Jagalah salat! Karena sesungguhnya salat merupakan tiang dari agamamu.”

Kita mengetahui bahwa apabila tiang yang dipergunakan untuk mendirikan kemah patah atau roboh, maka betapa pun kuatnya tali dan paku-paku yang tertancap di sekitarnya tidak akan membawa pengaruh sedikit pun untuk tegaknya kembali kemah tersebut. Demikian juga halnya ketika tidak ada lagi komunikasi antara hamba dengan Tuhannya yang dimanifestasikan dalam bentuk salat, maka amal yang lainnya pun akan menjadi kehilangan pengaruh.

Dalam sebuah hadis, Imam Ash-Shadiq a.s. berkata: Masalah pertama yang akan dihisab oleh Allah dari hamba-Nya pada Hari Kiamat adalah salat. Apabila salatnya terkabul, akan terkabul pula seluruh amalnya yang lain dan apabila salat ini tidak diterima, maka akan gagal pulalah seluruh amal-amal yang lain.

Mungkin dalil ucapan beliau ini adalah, bahwa salat merupakan rumus dan rahasia komunikasi antara makhluk dengan Khaliqnya. Apabila hal ini dilakukan dengan cara yang benar, maka niat taqarub dan keikhlasan yang merupakan syarat terkabulnya keseluruhan amal akan bisa hidup dalam dirinya, dan apabila tidak, maka amal-amal yang lainnya akan menjadi kotor dan terpolusi sehingga akan menyebabkannya keluar dari derajat yang disyaratkan.

Salat membawa kesucian hidup

Meskipun tanpa memperhatikan kandungan yang ada di dalam salat, yaitu dengan memperhatikan validitasnya, pada hakikatnya ia mengajak manusia untuk hidup dalam kesucian. Hal ini dapat kita ketahui dari syarat tempat yang dipergunakan untuk melakukannya, pakaian yang dikenakan, alas dan air yang dituangkan untuk berwudhu serta mandi. Dan juga tempat yang dipergunakan oleh seseorang untuk mandi dan berwudhu harus merupakan tempat yang betul-betul tidak terkotori oleh ghasab dan tidak diperoleh dengan cara zalim dan melanggar hak-hak orang lain. Seseorang yang terkotori dengan kezaliman, ternodai oleh sifat-sifat kelewatan, riba, ghasab, mengurangi timbangan dalam transaksi, korupsi dan usaha-usaha yang dilakukan dengan menggunakan kekayaan yang haram, bagaimana ia bisa menyiapkan mukadimah salat? Oleh karena itu, pengulangan salat sebanyak lima kali dalam sehari semalam merupakan sebuah ajakan untuk menghormati hak-hak yang dimiliki oleh orang lain.

Salat sebagai perlindungan diri dari maksiat

Salat selain harus mempunyai syarat keabsahan dan syarat keterkabulan, atau dengan kata lain, harus mempunyai syarat-syarat yang sempurna dalam dua hal tersebut, juga merupakan sebuah elemen yang efektif untuk meninggalkan begitu banyak perbuatan dosa.

Dalam kitab-kitab fikih dan sumber hadis disebutkan begitu banyak faktor lain yang bisa menjadi referensi dari terkabulnya salat. Di antaranya, tentang meminum khamar (minuman keras) yang dalam sebuah riwayat ditegaskan: “Selama empat puluh hari, tidak akan diterima salat seseorang yang meminum minuman keras, kecuali apabila ia bertobat.”

Dalam banyak riwayat kita membaca: “Salah satu dari golongan yang salatnya tidak akan dikabulkan oleh Allah adalah salat yang dilakukan oleh kaum zalim dan penganiaya.”

Dalam sebagian riwayat lain telah ditegaskan bahwa salat yang dilakukan oleh seseorang yang tidak membayar zakat tidak akan pernah terkabul. Demikian juga riwayat yang lain mengatakan bahwa memakan makanan haram, mengagumi diri sendiri, sombong, dan takabur merupakan salah satu penghalang bagi terkabulnya salat. Dari sini bisa dipahami, sejauh manakah pengaruh konstruktif yang akan didapatkan seseorang dengan terpenuhinya syarat-syarat keterkabulan tersebut.

Salat penguat semangat disiplin

Salat akan menguatkan semangat disiplin dalam diri manusia, karena bagaimanapun juga, salat harus benar-benar dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan salat yang dilakukan dengan mengakhirkan atau mempercepat dari waktu yang seharusnya akan menyebabkan batalnya salat yang dilakukan oleh seseorang. Demikian juga dengan aturan dan hukum-hukum lain dalam masalah niat, berdiri, ruku’, dan sujud. Memperhatikan semua ini akan menumbuhkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari menjadi betul-betul mudah dan lancar.

Baca: Salat, Tiang Agama yang Tidak Dapat Digantikan

Kami menutup pembahasan tentang filsafat dan rahasia salat dengan sebuah hadis yang telah dinukil dari Imam Ali bin Musa Ar-Ridha a.s. dalam menjawab surat yang menanyakan filsafat salat, beliau berkata: “Tujuan disyariatkannya salat adalah atensi dan pengakuan terhadap ketuhanan Allah Swt, melawan syirik dan penyembahan berhala, berdiri di hadapan haribaan-Nya dalam puncak kekhusyukan dan kerendahan diri, mengakui dosa-dosa serta memohon pengampunan-Nya terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya, dan meletakkan dahi di seluruh hari untuk berkhidmat kepada-Nya.”

*Disadur dari buku Menjawab 110 Masalah Akidah – Ayatullah Makarim Syirazi

No comments

LEAVE A COMMENT