Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Mengungkap Ancaman Riya: Dosa Besar yang Sering Diabaikan

Riya, atau pamer, merupakan salah satu dosa besar dalam Islam yang sering kali diabaikan atau dianggap remeh. Rasulullah Muhammad Saw dengan tegas menyatakan bahwa riya adalah ancaman nyata bagi umatnya, bahkan menyamakannya dengan dosa menyekutukan Allah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa umatku ialah menyekutukan Allah. Aku tidak mengatakan mereka menyembah matahari atau bulan tetapi yang aku maksud ialah mereka melakukan amal bukan untuk Allah dan mengikuti syahwat yang tersembunyi.”

Pernyataan ini menyoroti bahaya riya, di mana seseorang melakukan amal baik bukan semata-mata karena Allah, tetapi demi mendapat pujian atau pengakuan dari manusia. Hal ini menjadikan amal tersebut tidak murni dan bahkan dapat mengantarkan seseorang kepada penyimpangan akidah.

Rasulullah Saw juga mengingatkan bahwa keselamatan di hari akhir terletak pada perbuatan yang ikhlas, tanpa menyembunyikan niat di baliknya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Jakfar ash-Shadiq as, Rasulullah menjelaskan bahwa menipu Allah dengan melakukan amal demi kepentingan dunia akan mengakibatkan pencabutan iman dari hati seseorang, meskipun secara lahiriah tampak baik.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ash-Shaduq bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Di mana letak keselamatan esok?” Rasulullah Saw menjawab dengan bijaksana, “Sesungguhnya keselamatan terletak pada perbuatan yang tidak menipu Allah, sehingga Allah tidak menipu kalian. Karena barang siapa yang menipu Allah, pasti Allah akan menipunya dan mencabut iman dari hatinya, meskipun itu hanya sehelai rambut.”

Kemudian, seseorang bertanya lagi, “Bagaimana seseorang bisa menipu Allah?”

Rasulullah Saw menjelaskan dengan tegas, “Seseorang menipu Allah ketika dia melakukan apa yang diperintahkan Allah Azza Wajalla, namun dilakukan karena menginginkan sesuatu selain-Nya. Oleh karena itu, takutlah kepada Allah dalam masalah riya, karena riya adalah bentuk menyekutukan Allah. Pada hari Kiamat nanti, orang yang terjerumus dalam riya akan dipanggil dengan panggilan yang memilukan: ‘Hai kafir, hai yang mesum, hai pengkhianat, hai yang merugi! Sungguh, amalmu akan menjadi sia-sia dan ganjaranmu akan gugur. Pada hari itu, tidak ada keselamatan bagimu. Maka mintalah ganjaranmu kepada orang yang engkau beramal untuknya.”

Riya bukan hanya sekadar dosa, tetapi juga merupakan bentuk menyekutukan Allah. Orang yang terjerumus dalam riya akan dipanggil dengan panggilan yang memilukan di hari kiamat, di mana amal-amalnya akan menjadi sia-sia dan tidak ada keselamatan baginya.

Dari sabda Rasulullah ini, kita belajar bahwa keselamatan esok hari tergantung pada keikhlasan dalam beramal. Riya, yang merupakan bentuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia dalam beribadah, adalah perilaku yang sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Bahkan, hal itu dianggap sebagai penyekutuan Allah, yang merupakan dosa besar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memeriksa niat kita dalam setiap amal yang kita lakukan, agar kita dapat memperoleh ganjaran yang sebenarnya dari Allah Swt.

Dari dua jalan periwayatan yang berbeda tersebut, menegaskan bahwa riya adalah perbuatan yang sangat dimurkai oleh Allah. Oleh karena itu, sebagai Muslim, penting bagi kita untuk selalu memperhatikan niat dalam setiap amal yang kita lakukan, agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang sia-sia dan merugikan diri sendiri di akhirat kelak.

Sumber: Madinah Balaghah

No comments

LEAVE A COMMENT