Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Pentingnya Kesabaran dalam Menghadapi Godaan Dosa

Manusia memiliki keinginan dan nafsu yang memengaruhi semangat tindakan mereka. Ada faktor dalam diri manusia yang memotivasi atau melemahkan semangat, seperti cinta pada diri sendiri, anak-anak, kekayaan, kekuasaan, hasrat seksual, dan daya tarik lainnya.

Bagaimana Islam memandang faktor-faktor ini? Bagaimana seharusnya perilaku manusia menghadapinya? Haruskah kita menyerah atau menahan dorongan ini? Atau sebaiknya mengendalikannya dengan disiplin diri?

Menurut Islam, faktor-faktor alami ini tidak diabaikan. Islam mengakui nilai dan hubungannya dengan manusia. Namun, Islam juga mengajarkan cara realistis untuk menghindari pelanggaran. Insting manusia perlu diatur dengan bijak karena bisa menghabiskan energi secara berlebihan.

Insting ini pada dasarnya membantu kelangsungan hidup dan memenuhi kebutuhan. Misalnya, rasa mencintai diri sendiri penting untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu, kesabaran menghadapi faktor alami ini menjadi penting dalam pandangan Islam.

Baca: Sayyid Ali Khamenei: Sabar Menghadapi Peristiwa-peristiwa yang Tidak Menyenangkan

Namun, tindakan berlebihan dan pelanggaran batas juga dapat menyebabkan kesulitan dan kerusakan. Kesabaran dalam menghadapi dorongan ini berarti melawan nafsu yang melanggar hukum agama. Manusia cenderung berusaha memenuhi kebutuhan hidup, namun keinginan untuk mendapatkan kekayaan juga adalah faktor alami.

Islam adalah panduan dalam menghadapi hidup. Islam mendorong insting dan upaya manusia, namun tetap menjaga keteraturan melalui metode, prosedur, dan pembatasan. Dalam beberapa kasus, hasrat mencintai uang dan mengumpulkan kekayaan bisa menjadi seperti penyakit kronis. Uang tidak hanya untuk kebutuhan, tapi bisa menjadi sarana tujuan yang tidak sesuai dengan pandangan Islam.

Dalam hal ini, Islam menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi dorongan insting yang melewati batas. Contohnya, dorongan “mencintai kekuasaan.” Manusia menginginkan kekuasaan, namun yang lemah harus menyadari bahwa kesombongannya melanggar sifat dasar kemanusiaan. Islam menghadapi hal ini dengan pendekatan yang serupa dengan faktor lain.

Di satu sisi, usaha untuk mendapatkan kekuasaan diperbolehkan dalam Islam, bahkan dalam beberapa kasus dianggap sebagai kewajiban. Kekuasaan penting untuk menegakkan kebenaran, kewajiban sosial, mengembalikan hak-hak, dan melaksanakan perintah Tuhan. Namun, Islam juga menegaskan bahwa jalan menuju agresi dan ambisi telah ditutup. Ketika dorongan “mencintai kekuasaan” menghasilkan tirani, itu dianggap sebagai tindakan zalim dan terlarang.

Bergaul dengan kejahatan, bersekutu dengan tiran, atau terlibat dalam organisasi yang merugikan dapat memberikan kekuasaan kepada orang yang ambisius. Namun, Islam tidak pernah menyetujui hubungan semacam itu, karena hanya akan memperkuat tirani. Kekuasaan yang diperoleh dari pergaulan semacam itu bertanggung jawab atas terjadinya kejahatan.

Baca: Tiga Kesabaran yang Dimiliki Imam Ali as.

Islam dan Al-Qur’an berhadapan langsung dengan dorongan-dorongan yang melewati batas, menghalangi jalan untuk faktor ini. Umat Islam diwajibkan berjuang dan menentang dorongan “mencintai kekuasaan” yang dapat menyebabkan kerusakan dan penindasan. Umat Muslim tidak boleh menyerah pada ambisi semacam itu, dan inilah mengapa kesabaran dalam menghadapi godaan dosa sangat penting.

*Disarikan dari buku karya Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei – Menghiasi Iman dengan Sabar

No comments

LEAVE A COMMENT