Pembahasan tentang Imam Mahdi sering kali diidentikkan dengan akidah Syi’ah Imamiyah, sehingga bila kita tidak cermat dan obyektif di bidang ini maka kita akan termakan “isu murahan” bahwa Imam Mahdi itu hanya milik orang Syi’ah dan hanya Syi’ah yang membesar-besarkannya.
Tulisan singkat ini membedah secara singkat bahwa akidah tentang kedatangan Imam Mahdi adalah keyakinan bersama seluruh umat Islam, apapun mazhab dan aliran mereka. Perbedaan terkait dengan Imam Mahdi hanya berkisar pada detail sosoknya, kedatangannya, kelahirannya dan para pengikutnya. Tapi prinsip bahwa dunia di akhir zaman akan dipimpin oleh salah satu keturunan Fatimah az-Zahra yang namanya sama dengan nama Nabi saw adalah kesepakatan kaum Muslimin.
Termasuk problema akidah Islam yang mendapat perhatian besar oleh kalangan penulis, sejarawan, dan pengamat adalah problema Imam Mahdi. Terdapat ribuan kitab dan risalah yang ditulis sepanjang generasi berkenaan dengan tema ini. Oleh karena itu, kita bertanya: Mengapa dan dari mana keyakinan ini?
Jawabnya ialah: bahwa keyakinan seorang Muslim mempunyai dua sumber, yaitu Alquran dan sunah (hadis). Apa saja yang ditetapkan oleh Alquran harus dipercayainya dan yakin bahwa itu memang dari Allah SWT. Dan seorang Muslim harus menyesuaikan ibadahnya, muamalahnya, akhlaknya, serta pengetahuannya tentang para nabi dan umat-umat terdahulu sesuai dengan pandangan dan petunjuk Alquran.
Begitu juga hal-hal yang ditetapkan oleh Nabi saw dan diyakini berasal dari beliau, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang tidak bertentangan dengan Alquran juga harus dipatuhi dan diimani. Maka, keimanan kepada Imam Mahdi yang akan datang pada akhir zaman dan sebelum datangnya kiamat di mana beliau akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kemungkaran dan kezaliman adalah merupakan konsekuensi atau akibat dari keimanan kepada sunah dan pembenaran sabda Rasul saw, meskipun secara umum dan tidak terperinci. Yang demikian ini karena hadis-hadis yang menjelaskan tentang Imam Mahdi, baik yang shahih, hasan, maupun yang dhoif (lemah) cukup banyak dan tidak patut diragukan kebenarannya.
Abu Dawud dalam kitab Shahih-nya nomer 4283 meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib yang berkata: “Rasulullah saw bersabda, ‘Seandainya masa hanya tersisa satu hari niscaya Allah akan membangkitkan seorang lelaki dari ahlul baitku yang akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman.’” Dalam riwayat lain, Abu Dawud menyebutkan hadis yang berbunyi: “Al-Mahdi dari keluargaku dan dari keturunan Fatimah.” Sementara itu Turmudzi juga meriwayatkan pada nomer 2231 dan 2232 dari kitab al-Fitan bab “Ma jaa’a fil Mahdi” bahwa Rasulullah saw bersabda: “Akan datang seorang lelaki dari ahlul baitku dimana namanya sama dengan namaku.” Kemudian Abu Hurairah mengatakan: “Seandainya dunia hanya tinggal satu hari maka Allah akan memanjangkan hari tersebut sehingga ia (al-Mahdi) datang.”
Tentu pada kesempatan yang terbatas ini, kami tidak mungkin mengungkap semua hadis yang berkenaan dengan Imam Mahdi, namun kami hanya ingin menegaskan bahwa masalah Imam Mahdi adalah masalah keislaman yang umum yang telah menggelinding sejak zaman Nabi saw, dan bahwa sahabat-sahabat beliau pun telah memahami tentang apa yang beliau katakan berkaitan dengan al-Mahdi. Dengan demikian, problema Imam Mahdi adalah problema islami yang disepakati oleh mayoritas kaum Muslim. Jadi, ia bukan problema Syi`ah semata.
Sehubungan dengan ayat ke-12 dari surah al-Maidah, yaitu: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin…” Allamah Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Ahmad berkata, ‘Husain bin Musa meriwayatkan kepada kami,Humad bin Zaid meriwayatkan kepada kami dari Mujahid dari asy-Sya`bi dari Masruq yang berkata:
Kami duduk-duduk di sisi Abdullah bin Mas`ud di mana saat itu ia membacakan Alquran kepada kami, lalu seorang lelaki berkata kepadanya, ’Wahai Abu Abdurrahman, apakah engkau pernah bertanya kepada Rasulullah saw berapa banyak khalifah yang dimiliki umat ini? Abdullah menjawab, “Tidak seorang pun bertanya kepadaku sejak aku datang ke Irak selainmu.” Kemudian ia melanjutkan, “Ya. Kami telah bertanya kepada Rasulullah saw tentang hal itu lalu beliau menjawab, “Terdapat dua belas pemimpin seperti jumlah pemimpin Bani Israil.”
Syi`ah Imamiyah sepakat bahwa bahwa Imam Mahdi dilahirkan pada pertengahan bulan Sya`ban tahun 255 Hijriah di Sarra Man Ra’a. Ada beberapa tokoh Ahlu Sunah yang sama pandangannya dengan Syi`ah yang menyatakan bahwa al-Mahdi adalah putra al-Hasan al-Askari, seperti pengarang Raudhah al-Ahbab, Ibnu Shobah, pengarang al-Fushul al-Muhimmah, Syeikh Nuruddin Abdurrahman al-Jami al-Hanafi dalam kitab Syawahid an-Nubuwwah, dan al-Hafizh Muhammad bin Yusuf al-Kanji asy-Syafi`i, pengarang al-Bayan fi Ikhbar Shohibuz Zaman.
Jadi, Imam Mahdi adalah juru selamat dunia yang akan memenuhi alam semesta dengan keadilan sebagaimana bumi sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Beliau datang dan akan mengakhiri segala bentuk perselisihan dan perbedaan pendapat di tengah kaun Muslimin, sehingga tidak ada lagi sesama Muslim saling menyesatkan dan mengkafirkan.
Maka, selama qadhi (hakim) yang dalam hal ini adalah Imam Mahdi datang maka tidak dibenarkan seseorang mengklaim memonopoli kebenaran dan menyatakan hanya dirinya yang paling benar dan selainnya salah dan sesat. Marilah kita bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan dan sesama ahli kiblat yang sama-sama meyakini Imam Mahdi tidak perlu saling menyesatkan dan mengkafirkan serta saling menyudutkan. Ahlu Sunnah dan Syi’ah sama-sama percaya terhadap konsep kedatangan Imam Mahdi. Dan keduanya adalah saudara seiman.