Imam Muhammad Al-Baqir a.s. adalah imam ke-5 Mazhab Ahlulbait. Keimamahan beliau dimulai sejak terbunuhnya ayahanda Imam Ali Zainal Abidin a.s. karena racun yang mematikan dari Hisyam bin Malik. Imam Baqir merupakan orang pertama yang nasabnya bertemu antara Imam Hasan a.s. dan Imam Husain a.s. yang berarti beliau orang pertama yang bernasab kepada Sayyidah Fathimah Az-Zahra, sekaligus dari pihak ayah dan ibu.
Selama 34 tahun beliau berada dalam perlindungan dan didikan ayahnya. Selama hidupnya beliau tinggal di kota Madinah dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah Swt serta membimbing masyarakat ke jalan yang lurus. Banyak sekali hadis yang diriwayatkan oleh beliau yang bersumber dari kejernihan mata air kenabian.
Berikut 12 hadis di antaranya:
- Barangsiapa yang pergi kepada pemimpin yang zalim lalu memerintahnya agar bertakwa dan memperingatkannya serta menasehatinya, maka dia akan mendapat pahala sebagaimana pahala dan amal tsaqalain (jin dan manusia). [Bihar Al-Anwar, juz 75, hal. 375]
- Islam ditegakkan di atas lima perkara; mendirikan salat, memberikan zakat, haji di Baitullah, puasa di bulan Ramadan, dan menjadikan kita (Ahlulbait) sebagai pemimpin. Yang empat perkara masih ada keringanan sedang yang satu perkara (berwilayah kepada Ahlulbait) tidak ada keringanan. Siapa yang tidak punya harta tidak diwajibkan zakat. Siapa yang tidak punya harta tidak juga wajib berhaji. Siapa yang tidak bisa berdiri (karena sakit), boleh salat dengan duduk dan tidak berpuasa. Namun (berwilayah) menjadikan Ahlulbait sebagai pemimpin, wajib bagi yang sakit maupun yang sehat, bagi yang berharta maupun yang tidak berharta. [Wasail Asy-Syiah, juz 1, hal. 14]
- Allah Swt berfirman kepada Nabi Syuaib a.s.: “Bahwa Aku akan mengazab 100ribu kaummu, 40ribu dari mereka yang jahat dan 60ribu dari mereka yang baik”. Lalu Nabi Syuaib a.s. bertanya: “Yang jahat pantas untuk di azab, namun mengapa yang baik juga di azab?” Allah Swt menjawab: “Mereka tidak mencegah orang-orang yang berbuat maksiat dan tidak marah karena marah-Ku”. [Misykat Al-Anwar, hal. 51]
- Puncak kunci dan pintu dari segala sesuatu yang bisa mendatangkan keridhaan Allah Swt adalah ketaatan kepada imam setelah kalian mengenalnya. Ketahuilah walaupun seseorang salat sepanjang malam, berpuasa di siang harinya, bersedekah dengan semua hartanya dan selalu naik haji, namun tidak mengetahui wali Allah untuk dijadikan pemipin yang akan mendasari seluruh amalnya maka ia tidak berhak mendapat pahala dari Allah dan bukan termasuk golongan orang yang beriman. [Wasail Asy-Syiah, juz 1, hal. 91]
- Dari Sulaiman bin Khalid dari Abi Jafar a.s. la berkata: “Maukah kamu aku beritahu tentang pokok-pokok Islam, cabang dan puncaknya?” Aku berkata: “Tentu”. Lalu Imam menjawab: “Pokoknya adalah salat, cabangnya adalah zakat dan puncaknya adalah jihad. Lalu melanjutkan: “Apakah kamu ingin kuberitahukan juga tentang pintu-pintu kebaikan?” Aku menjawab: “Ya, beritahukanlah”. Imam berkata: “Puasa merupakan perisai dari api neraka, sedekah menghapus dosa dan salatnya seseorang di malam hari untuk berzikir”. [Usul AI-Kafi, juz 2, hal. 23]
- Seorang mukmin yaitu; bila rela, relanya tidak mengantarnya kepada dosa dan kebatilan. Bila marah, maka kemarahannya tidak sampai mengeluarkannya dari berucap kebenaran. Dan apabila berkuasa tidak sampai melampaui batas yang bisa menyebabkannya tidak berjalan di jalan kebenaran. [Usul AI-Kafi, juz 2, hal. 234]
- Setiap hamba pasti mempunyai hati yang bersih. Apabila berbuat dosa akan timbul titik hitam yang apabila bertaubat akan sirna dan bersih lagi. Namun apabila terus menerus berbuat dosa akan banyak titik hitam itu, sehingga tertutuplah batinnya menjadi hitam Apabila telah demikian, maka dia tidak akan lagi mau kembali kepada kebaikan, sebagaimana firman Allah Swt: “Sekali-kali tidak, akan tetapi karena kotoran yang ada dihati mereka akibat kelakuan mereka”. [Bihar Al-Anwar, juz 73, hal. 332]
- Seseorang yang mendapatkan (menggunakan) harta haram tidak akan diterima hajinya, umrahnya atau pahala silaturahminya. [Bihar Al-Anwar, juz 99, hal. 125]
- Kesempurnaan seseorang yang sebenarnya yaitu mendalami masalah agamanya, sabar kala ditimpa musibah dan mengatur pembelanjaan nafkah buat penghidupannya. [Tuhaf AI-‘ Uqul, hal. 292]
- Tiga perkara termasuk kemulian dunia dan akhirat; Memaafkan orang yang menganiayamu, menyambung tali silaturahmi kepada yang memutuskannya darimu, dan mengasihi orang yang berbuat jahil kepadamu. [Tuhaf Al-Uqul, hal. 293]
- Allah benci kepada seseorang yang meminta sesuatu dari orang lain dengan cara memaksa, tapi Allah suka jika dimintai dengan cara memaksa. [Tuhaf AI-Uqul, hal. 293]
- Orang alim yang ilmunya bermanfaat untuk selainnya, lebih baik dari 70ribu orang yang hanya beribadah saja. [Tuhaf AI-Uqul, hal. 294]