Peristiwa yang menoreh Iuka mendalam di hati Ahlulbait Nabi Saw dan para pecinta mereka adalah apa yang dilaporkan oleh Humaid bin Muslim dan diabadikan dalam kitab Al-Irsyad. Humaid adalah seorang saksi hidup yang menyaksikan langsung peristiwa yang terjadi pada tengah hari tanggal 10 Muharam setelah syahidnya Imam Husain a.s. Ia berkata, “Sungguh aku melihat sendiri salah seorang wanita dan anak dari putri Imam a.s. dikoyak bajunya [oleh pasukan Syimir] sampai-sampai ia jatuh pingsan.”
Kemudian Syimir mendekati Imam Ali Zainal Abidin a.s. yang tengah terbaring di atas kasurnya dalam keadaan sakit parah. Di dalam tenda itu Syimir didampingi oleh beberapa tentara infantri. Para tentara itu berkata kepada Syimir: “Apakah tidak sebaiknya pemuda ini Anda bunuh saja?”
Spontan Humaid bin Muslim berkata kepada mereka, “Subhanallah, apakah kalian akan membunuh anak yang tengah sakit parah ini?… Biarkanlah ia dengan keadaannya itu!”
Baca: Karbala: Kontestasi Kesehatan Jiwa Manusia
Humaid bin Muslim terus berupaya menentang rencana mereka hingga berhasil membuat mereka mengurungkan niatnya untuk membunuh Imam Ali bin Husain a.s. Setelah itu datang Umar bin Sa’ad yang menyebabkan para wanita menangis histeris di hadapannya.
Demikianlah, Imam Zainal Abidin a.s. ikut serta berjihad bersama ayahnya Al-Husain dalam perjuangannya menentang para tiran. Akan tetapi sungguh Allah Swt telah menjaga beliau agar kelak beliau mengemban kepemimpinan umat pasca ayahnya.
Para ahli sejarah melaporkan berdasarkan kisah seorang saksi mata yang mengatakan, “Aku datang ke Kufah pada bulan Muharam tahun 61 Hijriah. Pada saat itu kulihat Ali bin Husain a.s. dan para wanita keluarga Nabi Saw bertolak meninggalkan Karbala dengan diikuti oleh serombongan pasukan yang mengawal mereka. Di tengah-tengah perjalanan, orang-orang keluar berhamburan untuk melihat para tawanan. Karena menyaksikan para tawanan Ahlulbait yang digiring dengan berjalan kaki tersebut. Wanita-wanita Kufah menangis dan memukul-mukul dada. Di tengah tangisan mereka itu aku mendengar Ali bin Husain a.s. yang saat itu dalam keadaan menderita sakit dan dengan tangan dan leher yang terikat rantai, berkata dengan suara lirih, ‘Wanita-wanita itu menangisi kami. Tapi tahukah mereka siapa yang membunuh kami?’”
Baca: Dialektika Karbala
Ketika Imam Sajjad dibawa ke hadapan Ibnu Ziyad, maka Ibnu Ziyad berkata kepada Imam a.s.: “Siapa kamu?”
Imam: “Aku adalah Ali bin Husain”
Ibnu Ziyad: “Bukankah Allah telah membunuh Ali bin Husain?”
Imam: “Aku mempunyai saudara yang juga bernama Ali. Ia telah dibunuh oleh seseorang”
Ibnu Ziyad: “Tidak! Allah-lah yang telah membunuhnya”
Imam: “(Tidak demikian) Allah (hanya) mencabut nyawa ketika tiba kematiannya”
Hal ini membuat Ibnu Ziyad begitu geram lantas berkata kepadanya: “Lancang sekali kau menimpaliku. Tampaknya kau akan tetap membalas setiap pernyataanku. Pengawal bawa pergi anak ini dan tebaslah batang lehernya!”
Melihat kejadian itu Sayidah Zainab langsung merangkul Imam Ali bin Husain a.s. seraya memperingatkan Ibnu Ziyad: “Hai lbnu Ziyad, cukup sudah kau menumpahkan darah kami”
Baca: Peran Imam As-Sajjad A.S. Usai Tragedi Karbala
Zainab mengeraskan pelukannya seraya melanjutkan ucapannya kepada Ibnu Ziyad, “Jika engkau ingin membunuhnya maka bunuh juga aku bersamanya”
Dengan suara pelan Ali bin Husain berkata kepada Zainab, “Tenanglah wahai bibi. Biarkan saya berbicara dengannya”
Kemudian Ali bin Husain a.s. menatap wajah Ibnu Ziyad seraya berkata: “Apakah kau hendak mengancamku dengan kematian, wahai Ibnu Ziyad? Tidak tahukah engkau bahwa kematian bagi kami adalah hal biasa dan (melalui kematian itu) kemuliaan yang akan kami peroleh dari Allah adalah syahadah.”
Setelah itu Ibnu Ziyad pun memerintahkan agar Imam Ali bin Husain beserta rombongan Ahlulbait dibawa ke tempat di sebelah masjid jami. Ketika pagi tiba, Ibnu Ziyad memerintahkan agar kepala Imam Husain diarak di jalan-jalan utama dan dipertontonkan kepada kabilah-kabilah di dalam kota Kufah. Dimulailah pesta pengarakan kepala Imam Husain. Dan setelah selesai, kepala Imam Husain dibawa kembali ke pintu gerbang istana gubernur.
Di kota Kufah, Ibnu Ziyad menancapkan kepala para syuhada itu di ujung-ujung tombak sebagaimana sebelumnya hal serupa juga dilakukannya pada kepala Muslim bin Aqil. Ibnu Ziyad menulis sepucuk surat kepada Yazid yang memberitahukan kepadanya dan kepada kerabat Yazid tentang kematian Imam Husain. Begitu juga ia mengirim surat kepada Amr bin Sa’id bin ‘Ash, gubernur Madinah yang merupakan salah seorang anggota Bani Umayyah untuk memberitahukan tentang kematian Imam Husain a.s.
Ketika surat Ibnu Ziyad sampai ke Syam, Yazid memerintahkan Ibnu Ziyad agar membawa kepala Imam Husain dan kepala orang-orang yang ikut syahid bersama beliau. Ibnu Ziyad memerintahkan pasukannya agar wanita-wanita dan anak-anak kecil keluarga Imam Husain agar bersiap-siap untuk berangkat menuju Syam. Ia juga memerintahkan agar tangan hingga leher Imam Ali bin Husain dibelenggu.
Baca: Jelang Genosida Karbala
Kemudian rombongan Ahlulbait Nabi tersebut diperintahkan untuk segera berjalan mengiringi kepala para syuhada Karbala. Ikut bersama mereka Majfar bin Tsa’labah, Khuli bin Yazid al-Ashbahi dan Syimir bin Dzil Jausyan. Mereka membawa keluarga Nabi Saw lalu mereka menyeret para tawanan itu persis seperti mereka menyeret orang-orang yang murtad dari agama.
Rombongan ini terus berjalan sampai mereka berjumpa dengan orang-orang yang sebelumnya ikut menyaksikan pengarakan kepala Imam Husain. Selama dalam perjalanan Imam Ali bin Husain tidak berbicara dengan seorangpun hingga rombongan itu tiba di Syam.
*Dikutip dari Buku Biografi Imam Ali Zainal Abidin terbitan Majma Jahani Ahlulbait