Di antara gelar mulia Sayidah Fathimah adalah Shiddiqah. Kata ini berarti seorang perempuan dengan kejujuran atau ketulusan yang sangat. Shiddiqah berbeda dengan kata shaduq, Shiddiqah adalah seksama dan tepat di dalam menuturkan kenyataan. Lebih jauh, makna lain di bawah ini juga diberikan kepada kata shiddiqah, di antaranya:
- Penutur kebenaran
- la yang tak pernah berdusta.
- la yang perbuatannya sejalan dengan perkataannya.
- la tak pernah berdusta, sebab terbiasa dengan kebenaran.
- Seorang perempuan dengan perkataan dan keyakinan yang cermat, serta perbuatan yang sejalan dengan perkataannya.
- la yang percaya kepada perintah-perintah Allah dan Nabi-Nya, tanpa meragukan satu pun perintah itu.
Baca: Doa Nur Sayidah Fatimah Az Zahra
Pendapat terakhir ini didukung oleh ayat Alquran berikut: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati (pencinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya.” (QS. al-Hadid: 19)
Walaupun berbagai makna ini telah diberikan kepada kata shiddiqah, umum disepakati bahwa shiddiqin adalah orang-orang di antara para nabi dan syuhada, yang akan menikmati perlakuan istimewa. Ini menjadi jelas ketika membaca ayat-ayat Alquran berikut:
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu; nabi-nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an-Nisa: 69)
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan (shiddiqan) lagi seorang Nabi.” (QS. Maryam: 41).
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah Idris (yang tersebut) di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan (shiddiqan) dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56)
“AI-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar (shiddqatun).” (QS. al-Maidah: -75)
Ketika menafsirkan “... ibunya seorang yang sangat benar” dikatakan bahwa Maryam disebut shiddiqah karena mempercayai tanda-tanda Tuhannya, kedudukan putranya Nabi Isa as, dan apa yang disampaikan oleh putranya itu. Hal ini didukung oleh ayat, “… dan dia membenarkan (shaddaqat) kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya….” (QS. at-Tahrim: 12)
Baca: Ayat-ayat Alquran yang Turun Untuk Sayidah Fathimah a.s.
Makna lain yang diberikan di dalam ayat ini adalah bahwa Maryam disebut shiddiqah atas kejujuran dan ketinggian kedudukannya. Setelah meninjau ayat ini, kita dengan mudah menyimpulkan bahwa sebagian orang mengatakan mempercayai Allah, para nabi, kitab-kitab suci, dan kaidah-kaidah agama, namun mereka menunjukkan perbuatan yang berlawanan. lni menjadi jelas ketika sebagian orang mengaku yakin bahwa Allah mengawasi mereka, namun tidak menaati dan melanggar hukum-hukum-Nya; sementara mereka mengetahui akan larangan Allah terhadap minuman keras, riba, dan zina, dan bahwa Allah menetapkan beberapa hukum dan menentukan kewajiban-kewajiban tertentu kepada mereka, yang jika dikerjakan, Dia akan memberikan surga untuk mereka; dan yang melanggar hukum-hukum itu akan menjadi mangsa neraka. Orang-orang ini tidak mencapai tingkat menerapkan perkataan dan pengakuan ke dalam perbuatan.
Di sisi lain, shiddiqin adalah mereka yang yakin pada kejujuran dan ketulusan, serta menjalankan apa yang mereka yakini. Jumlah mereka sedikit pada setiap masa dan tempat. Sayidah Fathimah telah digelari Shiddiqah oleh Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam Riyadhun Nadhirah (jilid 2, hal. 202) dan dalam Syarafun Nubuwwah. Nabi Muhammad Saw berkata kepada Imam Ali bin Abi Thalib, “Engkau telah diberikan tiga hal yang tidak akan diberikan kepada orang lain, bahkan tidak kepadaku, (yakni): engkau telah diberi mertua sepertiku dan mertuaku tidak sepertiku. Engkau telah diberikan seorang istri yang jujur (shiddiqah) seperti putriku, dan aku belum diberikan yang sepertinya sebagai istri. Dan engkau telah diberikan Hasan dan Husain dari sulbimu dan aku tidak diberikan dua putra seperti mereka. Namun, engkau dariku, dan aku darimu.”
Mufadhdhal bin Amr bertanya kepada Imam Ja’far ash-Shadiq a.s.: “Siapakah yang memandikan jenazah Fathimah?”
Beliau menjawab: “Amirul Mukminin (Imam Ali).”
Mufadhdhal menjadi tercengang yang tampak seakan ia tak dapat mempercayai Imam Ali yang melakukannya. Maka, Imam Shadiq bertanya: “Tampak seakan engkau merasa tidak nyaman tentang apa yang kukatakan?”
Mufadhdhal menjawab: “Kukorbankan diriku demi Anda, sungguh aku percaya.”
Baca: Kezuhudan Sayidah Fathimah a.s.
Imam a.s. lalu berkata: “Janganlah merasa terganggu akan hal ini, sebab Fathimah seorang shiddiqah, dan tak seorang pun kecuali seorang shiddiq dapat memandikannya. Tidakkah engkau mengetahui bahwa tak seorang pun memandikan Maryam kecuali Isa a.s.?”
*Dikutip dari buku karya Abu Muhammad Ordoni – Fathimah Buah Cinta Rasulullah Saw, Sosok Sempurna Wanita Surga