Tidak ada keraguan bahwa setelah mati roh-roh manusia berpindah ke wilayah dunia non-material yang sangat luas. Dia berhenti sejenak di tengah-tengah perjalanannya untuk bertemu dengan Tuhan. Dia memasuki alam peralihan dengan karakteristik-karakteristik dan sifat-sifatnya yang khas, tetap berada di sana sampai datangnya kebangkitan kembali.
Kehidupan di alam itu dikarakterisasi dengan kebebasan jiwa dari kungkungan tubuh material. Roh tidak lagi diganggu oleh nafsu dan insting, dan bersyukur atas tiadanya waktu dan ruang, cakrawala pandangan manusia sangat meluas. Sama dengan tidak adanya persoalan mengenai waktu atau ruang dalam dunia mimpi, di alam peralihan ini juga, manusia dapat meneliti dan menguji segala sesuatu dengan sesaat. AIquran mengatakan, “Alam peralihan (barzakh) memanjang sejak sekarang sampai saat kebangkitan kembali.” (QS. al-Mukminun: 100)
Setelah mati, roh orang-orang yang baik akan bergembira karena bebas dari sangkar dunia yang sempit, mereka akan bergembira karena mampu berkelana dengan bebas melalui ketakterbatasan. Kehidupan di bumi hanya berkaitan dengan sejumlah hal yang terbatas yang terlihat pada permukaan bumi saja. Roh orang-orang yang baik tidak mengenal batasan ruang atau waktu karena mereka terus naik ke atas. Masingmasing sesuai dengan tingkatannya terus maju dengan gembira menuju tempat dan tingkat spesifiknya, dan di mana pun ia bebas masuk.
Baca: Tafsir: Kematian dan Kehidupan dalam Perspektif Al-Quran
Mata orang-orang yang diberkati menyaksikan sumber keindahan abadi yang murni dan tidak ternoda dibanding keindahan-keindahan dunia yang remeh dan tidak berkaitan. Roh tidak lagi tunduk pada batasan-batasan yang dibuat oleh tubuh kasar, ia tidak akan mengalami wajah tua yang rusak dan menderita. Tidak ada yang eksis di sini bagi para hamba Allah yang berbuat kebaikan kecuali keindahan, kegemerlapan, cinta, keakraban dan kasih-sayang, pertemanan tulus dan sejati dengan para hamba dan teman (kekasih) Tuhan lainnya.
AIquran menjanjikan orang-orang yang menjadikan ketaatan kepada perintah Ilahi sebagai prinsip penuntun di dunia ini maka mereka akan menjadi sahabat dan anggota kelompok elit pilihan Tuhan. Persahabatan orang-orang yang sepenuhnya dianugerahi oleh Tuhan dengan rahmat-Nya memang merupakan sumber kebanggaan bagi orang-orang yang baik. Inilah janji yang terkandung dalam AIquran: “Orang-orang yang menaati perintah-perintah Tuhan dan Rasul-Nya akan dibangkitkan kembali bersama-sama, dan masuk kelompok orang-orang yang kepadanya Tuhan telah memberikan kemurahan dan kasih-sayang-Nya secara penuh, para Nabi, para hamba yang suci, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang baik. Betapa mulianya mereka itu.” (QS. an-Nisa: 69)
Harus dicatat, bahwa menjadi sahabat kaum elit pilihan Tuhan, tidak mengimplikasikan kesetaraan dengan mereka dalam hal maqam dan tingkatan spiritual. Meskipun berhubungan dekat dengan mereka, orang-orang yang baik tersebut akan mendapatkan nikmat dan rahmat Tuhan sepadan dengan peringkat dan tingkat kedekatan mereka sendiri dengan Tuhan.
Salah seorang sahabat Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. bercerita bahwa dia pernah mengajukan pertanyaan kepada Imam a.s. sebagai berikut:
“Wahai keturunan Rasulullah! Bila seorang mukmin sejati mendapatkan dirinya berada di ambang kematian, apakah dia bersedih karena dicabut nyawanya?”
Baca: Tafsir Surah At-Takatsur
Imam as menjawab: “Tidak pernah! Bila malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut rohnya, pada awalnya dia bingung. Tetapi ketika sang malaikat menghiburnya dan berkata kepadanya: ‘Wahai teman Tuhan, janganlah bersedih. Saya bersumpah demi Tuhan yang mengirimkan Muhammad sebagai Rasul-Nya, bahwa kami akan memperlakukan dirimu dengan lebih baik dan lebih lembut daripada ayahmu. Bukalah matamu dan pandanglah kami. Kemudian dia membuka matanya sedikit, dan mendengar Tuhan memanggil mereka sebagai berikut:
‘Wahai jiwa yang menemukan ketenangan dalam lindungan Muhammad dan keluarganya, sekarang kembalilah kepada Tuhanmu. Kamu telah mengikuti kebenaran otoritas para imam, dan karena ini sekarang kamu berbahagia. Dengan demikian. pastikan bahwa kamu juga mendapatkan nikmat Tuhanmu. Datanglah sekarang dan jadilah sahabat pilihan-Ku, dan masukilah rumah yang telah dipersiapkan untukmu di surga yang abadi.’” (Furu al-Kafi, 8/127-128)
Tidak ada lagi yang lebih diinginkan oleh orang mukmin tersebut pada saat itu selain jiwanya terbang dan mendapatkan segala yang telah dijanjikan itu.
*Disadur dari buku karya Sayid Mujtaba Musawi – Alam Baka dan Hari Kebangkitan