Imam Jakfar Shadiq a.s. hidup di masa yang sangat sulit, masal kemunculan berbagai macam aliran dan madrasah filsafat dan pemikiran. Oleh sebab itu beliau menyingsingkan lengan baju untuk mengembangkan madrasah Ahlulbait yang fondasi-fondasinya telah dibangun oleh ayah beliau. Dari kedua tangan beliaulah lahir ribuan ulama yang terjun ke arena perdebatan dan pergumulan pemikiran, sehingga mereka memiliki kontribusi terbesar dalam membimbing umat Islam. Dengan demikian. dapat dikatakan bahwa Imam, melalui universitas terbesar beliau, telah mampu membendung derasnya arus filsafat yang masuk dari Yunani, India dan Persia. Oleh sebab itu, penting sekali kita mengenal dengan singkat kelompok-kelompok penting yang ada di Dunia Islam.
Khawarij
Kelompok Khawarij lahir dari Perang Shiffin. Ketika itu Muawiyah menderita kekalahan fatal menghadapi Imam Ali a.s. dan pasukan beliau. Akhirnya, dia memainkan taktik licik Ibnul Ash dengan mengangkat mushaf-mushaf dan menuntut tahkim (pengambilan hukum dengan Alquran untuk menyelesaikan peperangan). Hal itu kemudian menyebabkan perpecahan berbahaya di dalam barisan pasukan Imam dan pembangkangan ribuan tentara beliau. Mereka menolak melanjutkan perang lalu mengancam akan membunuh Imam jika tidak menghentikan Malik Asytar dari semua operasi militer. Mereka memaksakan kehendak mereka itu dengan kekuatan.
Jadilah kemudian kelompok ini memiliki pengikut yang cukup luas dan berbahaya karena keyakinan kuat dan revolusioner mereka, bahwa mereka merasa berada di atas kebenaran, dan siapa pun yang menyelisihi pendapat mereka adalah kafir.
Baca: Rasionalisme Mazhab Syiah
Gerakan mereka memiliki ciri-ciri pemahaman yang dangkal terhadap agama dan kekerasan yang berlebihan dalam menerapkan hukum hingga tingkat kesadisan. Mereka telah membunuh Abdullah bin Khabbab dengan cara menyembelihnya di tepi sungai sementara di lehernya tergantung kitab suci. Kemudian mereka juga membelah perut istrinya. Tetapi ketika mereka bertemu dengan seorang Kristen, mereka berkata: “Lindungilah kaum dzimmi Nabi kalian ini.” (Al-Aqd al-Farid, 2/390)
Beberapa pandangan keagamaan Khawarij:
- Khilafah, pemilihan khalifah dilakukan oleh kaum muslim, dan setelah dipilih dia akan berkuasa dengan syarat menegakkan keadilan. Jika menyimpang maka wajib dipecat atau dibunuh. Khilafah bukan monopoli kaum Arab. Mereka lebih menyukai khalifah dari selain Quraisy agar mudah dipecat atau dibunuh.
- Perbuatan adalah bagian dari iman, karena tidak mungkin keyakinan saja.
Dikarenakan pandangan mereka yang pertama itu, banyak sekali unsur non-Arab yang bergabung dengan mereka. Kelompok-kelompok Khawarij banyak, hampir mencapai 20 kelompok yang kesemuanya sepakat mewajibkan pemberontakan. Inilah yang menyebabkan pemerintah yang berkuasa tidak bersedia juga mengambil sikap damai dengan mereka dan selalu berusaha memusnahkan mereka. Oleh sebab itulah maka sejarah mencatat banyak sekali pemberontakan. (Tarikh Thabari, 5/613)
Muktazilah
Telah terjadi perbedaan pendapat berkenaan dengan sebab penamaannya. Apakah nama ini sudah diberikan sejak masa sahabat, ataukah sejak Washil bin Atha meninggalkan majelis pengajian Hasan Basri. Berikut ini sekilas tentang sejarah kelompok ini:
Muktazilah lahir di Basrah setelah Washil bin Atha (wafat 131 H) memisahkan diri dari majelis taklim yang dipimpin oleh Hasan Basri. Langkah ini dia ambil karena dia berpendapat bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin dan dia berada di suatu tempat di antara dua tempat. Dengan demikian dia hanyalah seorang fasik yang berhak mendapat siksa neraka karena kefasikannya. Jumlah kelompok mereka ada banyak, tetapi mereka sepakat dalam lima pokok ajarannya: Tauhid, keadilan, janji dan ancaman, tempat di antara dua tempat, amar makruf dan nahi mungkar. (al-Intishar, hal. 120)
Berikut ini adalah beberapa aliran dalam kelompok mereka:
- Washiliyah, dikaitkan kepada Washil bin Atha.
- Hudziliyah, dikaitkan kepada Abu Hudzal Allaf.
- Nazhzhamiyah, dikaitkan kepada Nazhzham Ibrahim bin Sayyar.
- Haithiyah, dikaitkan kepada Ahmad bin Haith.
Selain itu, ada lagi kelompok seperti Basyariyah, Mu’ammariyah, Mazdariyah, Tsumamiyah, Hisyamiyah, jahiziyah, dan lain-lain.
Akidah mereka mengatakan bahwa Allah adalah qadim, dan sifat qidam ini adalah sifat Zat-Nya yang paling khusus. Kalam Allah adalah diciptakan. Oleh sebab itulah mereka mengatakan bahwa Alquran diciptakan (makhluk), dan bahwa kehendak (iradah), pendengaran (sam) dan penglihatan (bashar) bukanlah makna-makna yang berdiri sendiri. Mereka juga meyakini bahwa manusia berkemampuan dan menciptakan perbuatannya -yang baik dan yang buruk- sehingga di akhirat nanti dia berhak menerima pahala dan siksa atas perbuatannya.
Mereka berbeda pendapat dalam masalah imamah, dan perdebatan antara mereka dan Syiah dalam masalah ini berlangsung seru, sebagaimana mereka juga berselisih pendapat dengan Asy’ariyah dalam berbagai masalah akidah yang tidak memiliki ciri-ciri ilmiah, tapi lebih dekat kepada debat kusir. (Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, 1/49)
Murjiah
Kelompok ini adalah yang paling berlebihan dalam memastikan janji di mana mereka ini berdiri di tempat yang berlawanan dengan Muktazilah yang sangat berlebihan dalam memastikan ancaman. Murjiah menangguhkan kepastian hukum bagi pelaku dosa besar ke hari akhirat dan melarang penetapan hukum kafir dan fasik di dunia ini, karena meyakini bahwa iman itu adalah pembenaran dengan hati dan lidah saja, terlepas dari perbuatan. (Ibnu Hazm, al-Fashl fi al-Milal wa al-Nihal, 3/227)
Baca: Ekstremisme dalam Syiah
Kelompok ini lahir setelah kesyahidan Imam Ali a.s. dan setelah sisa-sisa pasukan Nakitsin dan Qasithin bersatu di bawah Muawiyah. Kelompok ini adalah kelompok yang diciptakan atau didukung dan didorong oleh penguasa karena sesuai dengan ajaran kelompok ini bahwa semua raja Bani Umayah adalah mukmin. Dengan demikian kelompok ini telah menjadi stempel legalisir dan pembenar semua kejahatan mereka. Kelompok Murjiah terpecah menjadi lima aliran, yang mereka itu saling melaknat dan menyalahkan satu sama lain. (Asy’ari, Maqalat Islamiyyin, hal. 132-154)
Jabariyah
Jabr artinya paksaan. Yang dimaksud adalah bahwa manusia sama sekali tidak menciptakan perbuatannya, dan semua perbuatan manusia datang dari Allah. Terjadi simpang siur pendapat berkenaan dengan asal mula ajaran ini. Dikatakan bahwa dia berawal dari seorang Yahudi. Yang lain mengatakan bahwa Jarad bin Dirham mempelajarinya dari Aban bin Sam’an, sedangkan Aban mempelajarinya dari Thalut bin A’sham, seorang Yahudi.
Kebalikan dari keyakinan ini telah muncul aliran yang dikenal dengan nama “Mufawwidhah” yaitu yang meyakini bahwa manusia telah diberi kebebasan sepenuhnya dalam semua perbuatannya, dan mereka mengatakan bahwa Allah tidak lagi memiliki kekuasaan dan ketetapan padanya. Imam Jakfar Shadiq a.s. menolak kedua ajaran tersebut dan mengatakan: “Bukan jabr dan bukan pula tafwidh, tetapi perkara di antara dua perkara tersebut.” (Syekh Shaduq, al-Tawhid, hal. 362, hadis ke-8)
Perbuatan-perbuatan manusia seperti berkehendak, memilih, berusaha, datang dari manusia; sedangkan energi dan kekuatan adalah dari Allah Swt. Manusia telah diberi ilham jalan kebaikan dan keburukan. Dia akan memilih di antara keduanya, dan dia akan menanggung akibat pilihannya itu.
*Disarikan dari buku Universitas Imam Jakfar Shadiq – Assad Haidar