Ingatlah bahwa di Mina terdapat tiga berhala yang melambangkan setan yang berusaha menggoda Nabi Ibrahim as. Namun, berhala-berhala ini memiliki makna yang lebih dalam dan melambangkan tiga fase yang harus dilalui oleh manusia dalam rangka membebaskan dirinya dari segala jenis penghambaan.
Fase pertama adalah fase egoisme dan kesombongan. Seorang manusia tidak boleh mementingkan dirinya sendiri secara berlebihan dan harus mengatasi sifat kebinatangan yang ditandai dengan sikap egois. Ini adalah fase ketika manusia harus melawan nafsu dan keinginan pribadinya yang sering kali menjerumuskannya ke dalam kesesatan. Ketika Nabi Ibrahim menghadapi berhala pertama (Jumrah Ula), ia sebenarnya menghadapi ego dan kesombongan yang melanda hati manusia. Ia menunjukkan kepada kita pentingnya mengalahkan sikap egoistis dan membebaskan diri dari segala bentuk kesombongan.
Fase kedua adalah fase pengendalian diri dan peningkatan spiritual. Setelah mengatasi egoisme dan kesombongan, manusia harus mengatasi sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya dan meningkatkan kualitas spiritualnya. Ini adalah fase ketika manusia harus berjuang untuk mencapai maqam Nabi Ibrahim, yaitu tingkat kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah.
Baca: Haji Terakhir Rasulullah Saw dan Pesan yang Disampaikannya
Berhala kedua (Jumrah Wustha) melambangkan hambatan-hambatan yang harus dilalui dalam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang lebih baik. Manusia harus melawan godaan dan cobaan yang muncul dalam bentuk godaan duniawi, nafsu hawa, dan godaan setan yang terus-menerus mengganggu perjalanan spiritualnya.
Fase ketiga adalah fase kesempurnaan dan ketundukan total kepada Allah. Setelah mengatasi egoisme dan meningkatkan spiritualitas, manusia harus mencapai tingkat kesempurnaan di mana ia melakukan segala sesuatu hanya karena Allah, dengan tujuan menggapai rida-Nya. Fase ini melambangkan maqam Nabi Ibrahim, di mana manusia sepenuhnya tunduk kepada kehendak Allah dan menjalani hidupnya dengan mengikuti petunjuk-Nya. Berhala ketiga (Jumrah Uqba) adalah simbol dari hambatan terakhir yang harus dilalui manusia sebelum mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Ketiga berhala ini merupakan lawan dari tiga fase haji akbar, yaitu Arafah, Masy’ar, dan Mina. Dalam haji akbar, manusia berusaha untuk mencapai tingkat spiritual yang tinggi dengan melaksanakan tugas-tugas dan ibadah-ibadah tertentu. Namun, berhala-berhala ini berusaha menghalangi manusia dan menggoda mereka agar tidak mencapai kesempurnaan spiritual yang diharapkan.
Allah mengutuk penindasan, kebodohan, dan kemunafikan. Dia mengkritik mereka yang disebut sebagai para pemimpin spiritual yang seharusnya memimpin umat menuju kebaikan, tetapi malah memperdaya mereka dengan perbuatan keji. Ali Syariati menekankan bahwa manusia harus melawan segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan.
Ali Syariati juga menyampaikan pesan tentang kebodohan. Dia berpendapat bahwa kebodohan adalah musuh terbesar manusia. Kebodohan menghalangi perkembangan intelektual dan spiritual seseorang. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka agar dapat membebaskan diri dari belenggu kebodohan.
Selain itu, Ali Syariati mengutuk kemunafikan dalam agama. Ia menekankan pentingnya kesetiaan dan ketulusan dalam menjalankan ajaran agama. Kemunafikan dalam agama adalah tindakan yang merusak citra dan esensi ajaran agama itu sendiri. Manusia harus jujur dan tulus dalam beribadah serta mempraktikkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Baca: Keagungan Ibadah Haji dalam Perspektif Mazhab Syiah
Ali Syariati juga memperjuangkan pembebasan sosial dan politik. Dia melihat bahwa masyarakat harus berjuang untuk membebaskan diri dari segala bentuk penindasan dan dominasi. Pembebasan bukan hanya dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi. Dia mendorong manusia untuk berpartisipasi aktif dalam perjuangan sosial dan politik untuk mencapai keadilan dan kesetaraan bagi semua.
Dalam tulisannya, Ali Syariati juga menyoroti peran perempuan dalam masyarakat. Dia menyampaikan pentingnya pemberdayaan perempuan dan penolakan terhadap segala bentuk penindasan dan diskriminasi gender. Ali Syariati memandang perempuan sebagai mitra yang setara dalam perjuangan menuju kebebasan dan keadilan.
Secara keseluruhan, tulisan Ali Syariati dalam buku Haji menekankan pentingnya perjuangan untuk membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan dan penindasan. Dia mendorong manusia untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan intelektual mereka, memperjuangkan keadilan sosial dan politik, serta melawan semua bentuk ketidakadilan dan penindasan dalam masyarakat.