Hijrah Rasulullah Saw dan sejumlah kaum muslim dari Mekah ke Yatsrib terjadi pada tahun ke-13 kenabian. Alasan utama hijrah kaum muslim ke Yatsrib adalah represi dan penindasan kaum musyrik Mekah dan baiat ‘Aqabah penduduk Yatsrib dengan Nabi Saw untuk membela kaum muslim, jika beliau berhijrah ke kota tersebut. Rasulullah saw tiba di Yatsrib saat zuhur, tanggal 12 Rabiul Awwal dan berhenti di Quba untuk melaksanakan salat, serta menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib as. dan beliau menetap di situ sampai Ali tiba. [Kulaini, Raudha Kafi, hal. 280]
Langkah hijrah yang dilakukan Rasul Saw adalah sebuah revolusi penting dalam menyempurnakan gerakan Islam dan mencapai tujuan-tujuan Ilahiah yang mulia. Untuk mencapai hal ini, gerakan Islam harus didukung oleh kekuatan-kekuatan yang kuat dan pelaku yang memiliki keyakinan mutlak terhadap akidah. Mereka harus senantiasa mengingat akidah mereka dan bersedia berkorban demi kesinambungan akidah tersebut. Namun, untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan, mereka harus memiliki kapabilitas yang memadai, dan Imam Ali bin Abi Thalib adalah unsur yang tak tertandingi dalam mendukung gerakan hijrah ini.
Rasulullah Saw pernah berkata kepada Ali, “Wahai Ali, sesungguhnya kaum Quraisy telah bersekongkol untuk membuat makar terhadapku dan berencana membunuhku. Allah telah mewahyukan kepadaku agar aku meninggalkan kota Mekah. Oleh karena itu, engkau harus tidur di tempat tidurku dan memakai selimutku, sehingga musuh mengira bahwa aku masih tidur. Apa pendapatmu?”
Ali bertanya, “Apakah engkau benar-benar akan selamat di sana, wahai utusan Allah?”
Nabi Saw menjawab, “Iya,” dan Ali dengan senang hati menyetujui, bersedia menjadi tebusan bagi Rasulullah.
Baca: Peristiwa Terakhir yang Memilukan dari Kehidupan Rasulullah Saw
Ketika pertengahan malam tiba, Rasulullah Saw keluar dari rumahnya dengan pertolongan Ilahi, mampu menembus kekuatan-kekuatan musuh yang mengepung rumahnya. Beliau meninggalkan Ali di tempat tidurnya. Saat musuh-musuh Allah datang menyerbu rumah Nabi di pagi hari, mereka membawa pedang-pedang yang siap menewaskan. Mereka penuh dengki, tetapi Allah melindungi Nabi-Nya dan memenangkan rencana-Nya. Khalid bin Walid memimpin serangan, namun Ali dengan keberanian luar biasa melompat dari tempat tidurnya. Musuh mundur kaget, menyaksikan bagaimana Allah menggagalkan rencana mereka dan menyelamatkan Rasul-Nya.
Kaum Quraisy menggunakan segala cara, termasuk tipu daya, untuk mengembalikan wibawa yang telah hilang. Mereka bahkan mengirim mata-mata untuk mencari Muhammad. Namun, mereka menghadapi kesulitan dan kebingungan dalam mencarinya. Mereka bahkan menjanjikan seratus onta sebagai hadiah bagi siapa pun yang dapat menangkap Nabi Muhammad, baik hidup maupun mati. Mereka dibantu oleh penuntun jalan yang ahli, tetapi mereka akhirnya kehilangan jejak Rasulullah Saw sampai di depan pintu gua Tsur, di mana beliau bersembunyi bersama Abu Bakar. Orang Quraisy yang tengah mengejar Nabi itu berkata bahwa Muhammad dan yang bersamanya tidak mungkin melewati tempat ini kecuali dengan naik ke langit atau masuk ke dalam bumi.
Sementara itu, di dalam gua, Abu Bakar merasa sangat takut ketika ia mendengar suara-suara dari kaum Quraisy yang memanggil Muhammad dan melihat kaki mereka mendekat ke pintu gua. Namun, Rasulullah saw memberikan semangat kepadanya, mengatakan bahwa Allah ada bersama mereka. Akhirnya, kaum Quraisy pergi dengan tangan hampa. Mereka tidak menyadari bahwa Rasulullah berada di dalam gua, karena mereka melihat laba-laba menjalin sarangnya di pintu gua dan ada juga burung merpati yang telah membuat sarang dan bertelur di dalamnya.
Pada sore hari, Imam Ali dan Hind bin Abi Halah menemui Nabi Saw setelah mengetahui tempat persembunyiannya. Nabi memberikan wasiat-wasiatnya kepada Ali untuk menjalankan tanggung jawab dan amanatnya. Kemudian, Nabi memerintahkan Ali untuk membeli perlengkapan perjalanan sehingga ia bisa menyusul Nabi. Nabi dengan keyakinan berkata bahwa sejak saat itu, kaum Quraisy tidak akan dapat mengganggu Ali sampai ia sampai padanya. Selanjutnya, Nabi menitipkan putrinya, Sayidah Fathimah, kepada Imam Ali, dan meyakinkan keduanya bahwa Allah adalah Pelindung mereka berdua.
Tiga hari setelah Imam Ali mengetahui bahwa kaum Quraisy tidak lagi mencari Nabi, beliau memulai perjalanan menuju Yatsrib. Imam Ali tidak memedulikan kesulitan dan kelelahan, ia selalu bergantung pada pertolongan Allah dan percaya pada kemenangan yang akan diberikan oleh-Nya.
Baca: Karakter Perjuangan Dakwah Rasulullah Saw Menegakkan Islam
Ketika Imam Ali bin Abi Thalib tiba, ia terlihat sangat letih karena perjalanan yang panjang dan ancaman yang dihadapinya, kemudian Rasulullah Saw memeluknya. Rasulullah tinggal di Quba selama beberapa hari, dan tindakan pertama yang beliau lakukan adalah menghancurkan berhala-berhala di kota tersebut. Kemudian, beliau mendirikan sebuah masjid dan melaksanakan salat Zuhur di tengah lembah Ranuna. Ini merupakan pelaksanaan Salat Jumat pertama dalam Islam. Kaum Muslim Yatsrib keluar dengan mengenakan hiasan dan senjata mereka untuk menyambut Rasulullah Saw. Mereka bergerombol di sekitar kendaraan Nabi, ingin melihat dengan dekat orang yang mereka cintai dan imani.
Ketika Rasulullah melewati rumah seorang Muslim, beliau menghentikan ontanya sejenak dan mampir sebentar di sana. Beliau selalu memiliki senyuman di wajahnya saat menatap mereka. Untuk memastikan bahwa tidak ada yang terganggu, beliau berkata, “Biarkan onta ini berjalan sesuai perintah Allah.” Akhirnya, onta tersebut berhenti di kandang milik dua orang anak yatim dari Bani Najjar di depan rumah Abi Ayyub Anshari. Istri Abi Ayyub segera membantu memasukkan barang bawaan Rasulullah ke rumah mereka. Rasulullah tinggal di sana sampai pembangunan mesjid dan rumahnya selesai. Rasulullah mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah dan menetapkan hijrah sebagai permulaan sejarah Islam di kota tersebut.
*Disarikan dari buku Biografi Rasulullah Saw, Sang Adi Insan – Tim Al-Huda