Usamah bin Zaid, salah seorang sahabat Nabi saw sedang sakit keras dan terbaring di pembaringan. Namun selain sakit, ia juga sangat bersedih sehingga rasa sakitnya bertambah berat. Kesedihannya karena ia berhutang kepada orang-orang.
Usamah terus bersedih dan mengeluh. Ia berkata dalam hati, “Ya Allah! Apa yang harus aku perbuat dengan hutang sebanyak ini? Siapa lagi yang akan menolongku?”
Matanya dipenuhi air mata. Dalam keadaan seperti ini, Imam Husain as datang menjenguknya. Melihat kedatangan Imam Husain as, Usamah bangkit dan duduk di pembaringan. Imam Husain as dengan penuh kasih sayang menanyakan keadaannya dan memberikan isyarat dengan tangan kepadanya supaya beristirahat dan bersantai. (Baca: Imam Husein Simbol Perdamaian dan Anti Kekerasan)
Usamah kembali berbaring di pembaringan. Imam Husain as mengambil tangan Usamah. Usamah mengeluh dengan suara tinggi dan kembali airmata memenuhi matanya.
Imam Husain as bertanya, “Saudaraku, kenapa engkau demikian bersedih?”
Usamah dengan perasaan tidak enak memberanikan diri menatap mata Imam Husain as dan berkata, “Karena hutang-piutang yang aku miliki. Sangat banyak sekali, jumlahnya 60 ribu dirham.”
Imam Husain as mengelus rambutnya dan berkata, “[Sahabatku] janganlah engkau bersedih hati, hutang-hutangmu menjadi tanggunganku.”
“Terima kasih wahai cucunda Rasulullah. Akan tetapi aku takut sebelum hutang-hutangku dilunasi, aku meninggal dunia,” ucap Usamah.
Imam Husain as tersenyum dan berkata, “Jangan takut, aku akan melunasi hutang-hutangmu sebelum engkau meninggal dunia.”
Satu dua hari setelahnya Usamah mendengar bahwa Imam Husain as telah melunasi seluruh hutangnya. Air mata keharuan memenuhi mata Usamah. Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdoa untuk sahabat dan imamnya yang penuh kasih sayang. (Baca: Bolehkah Melukai Diri dalam Peringatan Imam Husein as ?)
Demikianlah kisah kedermawanan dan kasih sayang Imam Husein as. Beliau selalu ada dan senantiasa siap menolong para pengikut dan pencintanya.
Kakak punya satu cerita lagi tentang Imam husein. “Hore,” sahut bahagia adik-adik.
Sudah beberapa waktu seorang tamu duduk dihadapan Imam Husain as dan hatinya ragu, tidak tahu akan mengatakan kata hatinya atau tidak.
Dari pandangan dan perilaku orang miskin itu, Imam Husain as faham bahwa ia butuh bantuan, akan tetapi malu untuk mengatakannya.
Maka Imam Husain as menatapnya dan berkata, “Wahai saudara, tulislah permohonanmu.”
Orang miskin itu merasa senang mendengar ucapan Imam Husain as. Seketika itu ia menulis dalam sebuah kertas: Aku berhutang sebanyak 500 dinar kepada seseorang dan setiap hari orang itu datang menagihnya. Bila memungkinkan mohon katakan kepadanya untuk memberikan waktu beberapa hari sehingga aku dapat menyiapkan uangnya.
Imam Husain as mengambil kertas itu dan membacanya, lalu pergi menuju kamar lain. Ketika Imam Husain as muncul, beliau membawa dua kantong dinar dan meletakkan di hadapan orang miskin itu. (Baca: Cinta Kasih Imam Husein as)
Di setiap kantong terdapat 500 dinar. Orang miskin itu menatap mata Imam Husain as dengan keheranan. Ia berhutang 500 dinar, sedangkan Imam Husain as memberikan 1000 dinar. Ia berbisik sendiri, “Jangan-jangan Imam Husain as salah mendengarnya?”
Imam Husain as tersenyum dan berkata, “[Sahabatku] berikanlah 500 dinar ini kepada orang yang memberi hutang dan gunakanlah sisanya untuk mencukupi kehidupanmu. Namun jangan sekali-kali meminta pertolongan kepada selain tiga jenis orang yang akan aku sebutkan.”
Orang miskin yang matanya berbinar-binar karena gembira itu, berkata, “Wahai putera Rasulullah saw, aku selalu ingin mendapatkan nasehat dari orang besar seperti Anda. Katakan siapa saja mereka.”
Imam Husain as bersabda, “Orang yang beragama, orang yang pemurah dan orang yang berhati bersih dan tulus. Orang yang beragama karena agamanya akan menjaga kehormatanmu. Orang yang pemurah karena kemurahan hatinya akan malu untuk menolakmu. Dan orang yang berhati bersih karena kemuliaan dan ketulusan hatinya tidak memperkenankan engkau kembali dengan tangan hampa dan ia mengetahui bahwa engkau tidak ingin harga dirimu jatuh.
Orang miskin itu menyembunyikan kantong-kantong dinarnya di bawah jubah. Kemudian membentangkan kedua tangannya, mencium dahi Imam Husain as, mendoakan beliau dan berkata, “Semoga Allah swt tidak mengambil Anda dari kami orang-orang miskin.” [*]
Baca: “Akhlak Mulia Para Ksatria Karbala (1)“