Di antara perkara-perkara di dalam pembahasan ma’ad, ialah masalah syafaat. Diyakini bahwa pada hari balasan amal di akhirat nanti, ada yang memberikan pertolongan bagi para pelaku dosa untuk kemudian mereka masuk ke dalam surga.
Dalam konsepnya terdapat pemberi dan penerima syafaat, yang keduanya terkait dengan syarat. Yang pertama, syafaat merupakan kedudukan istimewa yang dicapai oleh para kekasih Allah swt. Walaupun mereka memiliki kelayakan dalam memberi syafaat, tetapi mereka tidak mandiri di dalamnya dan dengan izin Allah.
Yang kedua, syafaat yang diterima seseorang adalah sebuah penghargaan dari amal perbuatannya di dunia. Mungkin, orang pikir bahwa dengan adanya syafaat, ia mentolerir dirinya telah dan akan berbuat dosa, karena ada jaminan akan disyafaati. Dengan kata lain, tidak menjadikan syafaat para kekasih Allah sebagai alasan boleh melakukan dosa.
Para Pemberi Syafaat
Banyak hadis yang menerangkan tentang siapa dan apa saja yang akan memberikan syafaat. Di bawah ini adalah sebagai contoh di antaranya:
Imam Shadiq as berkata: “Semua manusia dari masa awal sampai masa akhir pada hari kiamat memerlukan syafaat Muhammad (saw).”(1) al-Barqi, 1371 h, juz 1, hal 184; al-Majlisi, juz 8, hal 42)
Rasulullah saw bersabda: “Syafaatku pada hari kiamat adalah kebenaran, maka siapa yang tidak mempercayainya tidak tergolong orang-orang yang disyafaati.” (Baca: Doa Imam Ja’far a.s. untuk Peziarah al-Husain a.s.)
2-Alquran:
Imam Ali as berkata: “Ketahuilah bahwa Alquran diterima syafaatnya dan dibenarkan perkataannya. Siapa yang disyafaati Alquran pada hari kiamat, maka berkat Alquran lah ia mendapatkan syafaat.” (Nahjul Balaghah, khutbah 176)
3-Amal puasa:
Dari Abu Abdillah dalam hadis yang panjang Rasulullah saw bersabda: “Puasa adalah perisai (pelindung) dari api neraka.” (Tafshil Wasail asy-Syiah ila Tahshil Masail asy-Syariah, juz 10, hal 395)
Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Puasa dan Alquran akan memberikan syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Amal puasanya berkata: “Tuhan, aku telah menahan dia dari makanan dan syahwat di waktu siang hari. Maka jadikanlah aku pensyafaat baginya.” Lalu Alquran berkata: “Aku telah menahan dia dari tidur di waktu malam, maka jadikanlah aku pensyafaat baginya.” Maka keduanya mensyafaati.”
4-Para nabi dan washi, syuhada, ulama serta yang lainnya:
Rasulullah saw bersabda: “Para nabi, washi, orang mukmin dan malaikat adalah yang memberi syafaat…Seorang mukmin sedikitnya mensyafaati tiga puluh orang. Syafaat tidak akan dimiliki kaum musyrik, orang-orang yang syak (tidak beriman), yang kafir dan pembangkang. Tetapi dimiliki orang-orang beriman yang bertauhid.” (al-Majlisi, juz 8, hal 58)
Sebuah riwayat dari Aban bin Taghlab: “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, “Sesungguhnya orang mukmin pada hari kiamat akan memberi syafaat bagi keluarganya, sampai ketika tinggal pembantunya seorang, dia mengangkat kedua tangannya seraya berucap: “Tuhanku, syafaatilah pembantuku yang (selama hidupku di dunia) telah menjaga aku dalam kepanasan maupun kedinginan.” Lalu Allah menerima permohonan syafaatnya untuk pembantunya itu.” (Ta`wil al-Ayat azh-Zhahirah, juz 1, hal 387; al-Bihar, juz 8, hal 61)
Ahmad bin Muhammad meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Abdillah as; “Apabila telah datang hari kiamat, Allah membangkitkan orang alim dan orang ‘âbid. Ketika mereka berdiri di di hadapan Allah dikatakan kepada si abid, “Pergilah ke surga!” Dan dikatakan kepada si alim, “Tetaplah di tempat dan syafaatilah orang-orang yang telah kamu ajari ilmu.” (Baca: Makna Beragam Nama Surah Al-Fatihah)
Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat, para nabi akan memberi syafaat, kemudian ulama kemudian syuhada.” (Sunan Ibnu Majah, hal 737)
Orang-orang yang Disyafaati
Di dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menerangkan secara jelas siapa saja yang memperoleh syafaat, antara lain:
Allah berfirman: “Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan dan di belakang mereka (malaikat), dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.”(1)
Oleh karena itu, syafaat adalah khusus bagi orang-orang yang diridhai Allah karena agama mereka.
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pengasih telah memberi izin kepadanya dan meridai perkataannya.”(2)
Ayat ini menjelaskan bahwa keridhaan Allah itu mutlak tanpa dengan syarat amal tertentu, bahwa keridhaan Allah adalah karena agama mereka. Sebagaimana pula dalam firman Allah:
“Pada hari Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih secara berkelompok-kelompok, dan Kami menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga, mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih.”(3)
Jelaslah bahwa seorang pendosa yang telah mempunyai perjanjian di sisi Allah akan mendapati syafaat, dan perjanjian itu adalah agama mereka.[*]
Referensi:
1-QS: al-Anbiya 28:
یعْلَمُ مَا بَینَ أَیدِیهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا یشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم مِّنْ خَشْیتِهِ مُشْفِقُونَ
2-Thaha 109:
یوْمَئِذٍ لَّا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِی لَهُ قَوْلًا
3-QS: Maryam 85-87:
یوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِینَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا * وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِینَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا * لَا یمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِندَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
Baca: Syafaat Cucunda Nabi Muhammad saw