Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Ujian dan Pertolongan dari Allah bagi Para Kekasih-Nya (2)

Ujian, Pertolongan, KasihUjian dan cobaan adalah perkara yang dihadapi manusia di sepanjang hidupnya, dari sejak awal ia lahir di atas bumi sampai akhir hayatnya. Adalah sebuah sunnah (ketetapan) ilahiah yang diterangkan dalam QS: Muhammad 31: وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجاهِدينَ مِنْكُمْ وَ الصَّابِرينَ وَ نَبْلُوَا أَخْبارَكُمْ

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menguji hal ihwalmu. (Baca sebelumnya: Ujian dan Pertolongan dari Allah bagi Para Kekasih-Nya -1)

Ayat suci ini pun menjawab soal yang terlintas di benak kita, mengapa atau untuk apa Allah swt menguji kita? Bahwa adanya ujian-ujian di dunia ini, mengharuskan kita berjuang dan bersabar di dalam menghadapinya, dan untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Yaitu kebahagiaan dalam hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Keharusan tersebut pernah diungkapkan oleh al-Husain as kepada para sahabatnya di Karbala: عليكم بالصبر والقتال” (“Hendaklah kalian bersabar dalam menghadapi peperangan ini).

Cobaan Berat yang Menimpa Rasulullah saw

Sebagai sambungan dari artikel sebelumnya yang menjelaskan -secara amat ringkas- tentang berbagai ujian berat yang dihadapi Sang Nabi Penutup saw, sesungguhnya apa yang menimpa Ahlulbaitnya, terutama musibah besar yang dialami cucunya, al-Husain as, di Karbala adalah bagian dari ujian-ujian dari Allah swt bagi beliau.

Bukti atas itu sebagaimana diterangkan dalam riwayat-riwayat, bahwa beliau menangis bercucuran dan dalam kesedihan yang mendalam, ketika Jibril membawa kabar kepadanya tentang al-Husain yang akan dibunuh sepeninggal beliau oleh orang-orang yang mengaku sebagai umatnya. Karena al-Husain as adalah diri dan jiwa Rasulullah saw, sebagaimana sabdanya: Husain bagian dariku dan aku bagian dari Husain.”

Kesyahidan Menjadi Dambaan Para Kekasih Allah

Persoalannya adalah bahwa jika para nabi as dalam menyampaikan risalah Allah di tengah umat-umat mereka, mendapat pertolongan dari Allah dan diselamatkan oleh-Nya dari kejahatan orang-orang dari kaum mereka, apakah al-Husain yang menjadi pewaris mereka dan bagian dari diri Sang Nabi Penutup saw tidak mendapatkan pertolongan itu? Bahwa Imam Husain beserta putra-putra dan para sahabat setianya di dalam meneruskan misi datuknya, Rasulullah saw, dibantai oleh pihak penguasa saat itu! (Baca: Hujjah Kebangkitan Imam Husein Melawan Kezaliman Yazid dan Bani Umayah)

Perlu disampaikan di hadapan soal tersebut, pertama: bahwa bukankah perjuangan dan pengorbanan besar Imam Husain as itu adalah demi tegaknya agama Allah dan keadilan di muka bumi-Nya? Dan jika Alquran mengatakan: يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَ يُثَبِّتْ أَقْدامَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”, tidakkah Imam Husain as yang bangkit dalam menolong agama Allah, pasti ditolong oleh-Nya? Terlebih ketika beliau seorang diri di tengah ribuan pasukan musuh, menyeru: Adakah yang sedia menolongku!. Artinya, bahwa menolong al-Husain berarti menolong agama Allah.

Kedua, sesungguhnya mati syahid di jalan Allah adalah dambaan para kekasih-Nya untuk dapat bersua dengan-Nya, dan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Oleh karena itu, kematian di jalan ini bagi Imam Ali as adalah lebih manis dari madu. Imam Husain as pun mengungkapkan:

وما اولهني الى اسلافي اشتياق يعقوب الى يوسف; “Keinginanku (pada kematian) untuk dapat berjumpa dengan para pendahuluku, seperti kerinduan Ya’qub kepada Yusuf as.” (Baca: Imam Mahdi Warisi Sunah Para Nabi)

Dapat dikatakan, bahwa pertolongan Allah swt tak sebatas menyelamatkan para kekasih-Nya dari bencana alam, dari serangan musuh dan pembunuhan yang menghinakan terhadap mereka, sebagaimana yang disampaikan di makalah sebelumnya. Tetapi kesyahidan di jalan Allah yang mereka dambakan selama hidup mereka, merupakan pertolongan dari-Nya bagi mereka. Selain kesyahidan mereka di dunia memberikan kehidupan bagi generasi datang, di akhirat mereka mencapai derajat yang tinggi di sisi-Nya.

Terlepas dari semua itu, sebagaimana didapati dalam riwayat-riwayat terkait kesyahidan al-Husain as, bahwa Allah swt menghendaki ia -dalam berjumpa dengan-Nya- terbunuh dalam puncak kemazhluman di sepanjang sejarah. Jasad sucinya terlantar di atas sahara Karbala selama tiga hari, dan di bawah terik panas matahari.

Di dalam mencapai kesyahidan demi tegaknya agama Allah, cobaan-cobaan berat yang Imam Husain as lewati meliputi segala bentuk ujian di dunia ini. Pada saat menjelang kesyahidannya, kondisi teramat sulit yang beliau alami adalah ketika dahaga mencekik lehernya yang dulu sering dicium Rasulullah saw. Ketika kata “air” terucap olehnya, seorang musuh berkata kepadanya: Demi Allah, kau tidak akan mengecap air setetes pun… (Mutsirul Ahzan, 57).[*]

Referensi:
Al-Imam al-Husain as/Syahid Ayatullah Sayed Muhammad Baqir al-Hakim.

Baca: Makna Alhamdulillah Lebih dari Sekedar Pujian bagi-Nya


No comments

LEAVE A COMMENT