Orang yang beriman yakin dengan janji dan kuasa Allah, bahwa Dia memberi pertolongan atau kemenangan baginya. Seseorang ber-Tuhan apa yang ia tak punya ketika telah memiliki Dia Yang Mahakaya, Maha pemurah dan Mahakuasa. Di dalam rahmat-Nya yang mahaluas tanpa batas, tiada sifat kikir, jenuh dan sesal bagi-Nya.
Jika tak ber-Tuhan, yakni tidak yakin dengan-Nya apa yang dia punya ketika semua yang dia punya pada hakikatnya- bukan kepunyaan dia. Manusia lahir ke dunia bukan atas keinginan dia. Jauh sebelum itu, kapan dia menginginkan atau tidak menginginkan hal itu, melainkan keinginannya itu baru muncul setelah hadir di dunia dan menjalani kehidupannya dengan segala karunia yang Tuhan berikan kepadanya, terlepas dia akui atau tidak dan dia syukuri karunia-karunia-Nya atau tidak.
Baca: “Makna Penyempurnaan Karunia Allah dalam Doa Arafah“
Allah memuliakan dia dengan mewujudkan dirinya dan eksis di dunia. Tetapi karena hal tiadanya iman, seseorang menjadi serakah, dengki terhadap yang lain dan merasa kurang dari apa-apa yang Allah karuniakan kepadanya.
Bila kita bekerja untuk seseorang, ia tahu apa tentang kita. Sebagian orang dikarenakan dengki tidak mengapresiasi kebaikan yang kita lakukan. Orang kadang tak memberi upah karena memang sedang tidak punya sesuatu yang bisa dia berikan. Kadang pula orang itu memberi tetapi minim atau kikir. Namun bila kita bekerja untuk Allah:
Pertama, Allah mengetahui apa yang kita lakukan, apa yang kita niatkan dan apa yang kita rahasiakan dalam hati kita.
Kedua, tiada sifat dengki dan kikir pada Allah swt.
Ketiga, Dia Maha pemurah memberi segala macam upah (pahala) atas setiap amal baik hamba-Nya. Dia membeli atau membayar amal baik yang paling kecil dan ringan sekalipun dari hamba-Nya, terlebih amal baik yang besar dan berat seperti berjuang sampai mati di jalan-Nya.
Bekerja untuk Allah Menurut Kemampuan
Lalu, bagaimana bekerja (yang benar) untuk Allah? Allah telah menyiapkan jalan dan sarana-sarananya berupa manusia-manusia pilihan-Nya, para nabi, Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya as bagi seluruh hamba-Nya. Mereka adalah figur-figur suci yang menjelaskan kepada kita apa yang harus dilakukan seorang hamba untuk Tuhan, cara dan tujuannya. Mereka jelaskan Alquran dan Sunnah, dan terangkan jalan lurus yang diridhai Allah swt.
Baca: “Kisah Dua Sahabat“
Dalam bekerja untuk Allah (dengan cara yang Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya ajarkan kepada umatnya), orang-orang beriman melakukan sesuatu karena Allah tanpa mereka pikir-pikir, penyesalan dan beban. Di dalam proyek ilahiah semua potensi material dan spiritual, pengetahuan, pemikiran dan lain sebagainya dikerahkan sesuai kemampuan seseorang. Allah swt berfirman:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَ عَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebaikan) yang telah diusahakannya dan mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang telah dikerjakannya. (Orang-orang yang beriman berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau siksa kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup memikulnya. Anugerahkanlah maaf kepada kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau-lah penolong kami. Maka, tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS: al-Baqarah 286)
Baca: “Fenomena Gagal Paham tentang Islam (1)“
Orang-orang tak punya di antara mereka selain niat tulus yang dimiliki, mereka dapat mencapai tingkatan sebagaimana yang dicapai oleh yang lainnya di sisi Allah. Dalam bekerja untuk Allah tak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin. Hal yang menjadi ukuran di sini bukanlah kuantitas, melainkan kemampuan yang dapat diberikan. Sangatlah mungkin sama, pahala bagi seorang yang bersedekah seribu dengan pahala bagi yang bersedekah satu juta. Sebab, keduanya sama-sama bersedekah mengeluarkan sebagian dari yang mereka punya, menurut kemampuan mereka. Bahkan, boleh jadi orang yang pertama lebih utama karena ketulusan hati dan imannya kepada Allah swt.
Telah disampaikan bahwa kecenderungan yang terkuat di antara semua kecenderungan pada diri manusia adalah iman kepada Allah dan hari akhir. Selain itu, kecenderungan spiritual ini adalah obat yang ampuh bagi segala penyakit batiniah, yakni sifat-sifat tercela dalam diri.[*]
Referensi: Angizeh oleh Ayatullah Syaikh Muhsin Qara`ati
Baca: “Kata “Maaf”, Kunci Kemuliaan“