Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Bagaimana AlQuran Menjelaskan Ciri-ciri Ibu? (3)

Pada persalinan Sayyidah Maryam yang diabadikan dalam AlQuran, Allah Swt dengan mengisyaratkan perawatan ibu pasca melahirkan:

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Surah Maryam ayat 25 & 26)

Segera terbebas dari kesulitan fisik dan psikologis merupakan salah satu hal penting bagi ibu pasca bersalin. Sebagaimana diketahui bahwa selama mengandung dan melahirkan ibu banyak mengalami kesulitan. Terbebasnya ibu dari kesulitan fisik dan psikologis berarti setidaknya ibu kembali pada keadaan normal. Allah Swt memperhatikan kondisi Sayyidah Maryam dan kebutuhan fisik pasca bersalin serta tuntutan psikologisnya. Sayyidah Maryam dianjurkan makan kurma (فَكُلِي ), minum air (وَاشْرَبِي ) dan bersuka ria (وَقَرِّي عَيْنًا ).

Baca: SafinahQuote: Peran Ibu Menjadikan Anak-anaknya Bahagia

Perdarahan pasca melahirkan menjadi salah satu penyebab kematian para ibu khususnya pada negara berkembang. Penelitian melaporkan bahwa terdapat 13 jenis mineral dan 5 vitamin pada kurma. Karena itu, kurma menjadi sumber makanan yang kaya gizi dan disarankan bagi ibu bersalin. Setelah melahirkan ibu banyak membutuhkan makanan penambah energi dan kaya vitamin. Berdasarkan hal tersebut, AlQuran menganjurkan makanan terbaik kepada Sayyidah Maryam. Quthubi dalam tafsirnya menyatakan: “Berdasarkan ayat ini, tidak ada makanan yang lebih baik dari kurma bagi ibu yang baru melahirkan. Diantara banyaknya makanan Allah Swt mengajurkan kepada Sayyidah Maryam saat setelah bersalin untuk memilih kurma”[1].

Melewati menanggung kesulitan pasca bersalin terhitung sebagai pengantar bagi kesempurnaan perempuan. Begitu pula karakter biologis lainnya seperti haidh dan kesulitan saat hamil dan melahirkan. Kesempurnaan ini bisa diraih dengan kesabaran dan keyakinan sehingga ruh terasah berada dalam cahaya kehendak Ilahi. Kesempurnaan yang termanifestasi dalam akhlak mulia seperti memaafkan dan altruistik.

Perspektif  Islam tentang kesulitan masa kehamilan dan melahirkan perlu dibandingkan dengan perspektif lain. Salah satu dari Rabbi Yahudi menyatakan ada 9 penderitaan perempuan yang diberikan Tuhan karena dosa perempuan pertama kepada-Nya. Penderitaan tersebut antara lain: menanggung kesulitan masa haidh, darah keperawanan, sakit ketika hamil, sakit ketika bersalin, kesulitan mengasuh anak dan seterusnya. Perspektif ini memandang bahwa karakteristik kodrati yang mengawali penerimaan peran ibu merupakan azab. Kodrat ini justru dianggap sebagai dosa pertama perempuan.

Baca: Fikih Quest 127: Hak Waris Istri dari Suami yang Meninggal tanpa Anak

Sebagian kelompok feminis juga menganggap hal tersebut di atas sebagai hal yang menakutkan dan tidak berguna. Mereka menyikapi proses reproduksi dengan menyatakan aborsi dan penggunaan kontrasepsi sebagai hak perempuan. Keyakinan seperti ini akan membuahkan hasil yang tak diinginkan bagi perempuan dan menimbulkan gangguan. Angka kehamilan menurun khususnya pada kelompok umur yang aktif bekerja dan mereka yang berada pada kondisi tertentu. Hari ini mereka menjadi pasien klinik kesuburan yang menghabiskan jutaan dolar agar bisa memiliki anak.

2. Karakteristik ibu secara psikologis

Selain dari karakteristik secara biologis, AlQuran juga menjabarkan karakteristik psikologis ibu sebgai berikut:

  • Keinginan memiliki anak

Semangat mengasuh dan menjadi ibu merupakan salah satu dari kebutuhan dan potensi penting bagi perempuan. Para psikolog menyatakan bahwa insting untuk menjadi ibu merupakan insting yang paling natural. Kesempurnaan dan kebahagiaan perempuan dapat tercapai dengan menjadi ibu. Manifestasi rasa keibuan dan kebutuhan untuk memiliki keturunan terlihat nyata pada sebagian besar perempuan. Kuatnya perasaan dan kelembutan merupakan sifat yang menonjol pada perempuan. Menjadi ibu menjadi medan manifestasi terpenting dari kelembutan dan dominannya aspek emosional perempuan. Hanya dengan menjadi ibu lah perempuan dapat mengaktualisasikan potensi kelembutannya. Demikian alamiahnya insting ini pada manusia sehingga setelah bereproduksi, tahapan kedua berupa memperbanyak keturunan masih dianggap bereproduksi.

Baca: Any Quest 8: Ridha Orang Tua Tidak Mutlak Melainkan Bersyarat

AlQuran juga mendukung adanya insting untuk memiliki anak pada perempuan. Kabar gembira tentang kelahiran Nabi Ishaq disampaikan kepada Nabi Ibrahim as di masa tuanya. Pada saat itu digambarkan kegembiraan istrinya yang juga sudah tua[2]:

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ

قَالَتْ يَا وَيْلَتَىٰ أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَٰذَا بَعْلِي شَيْخًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ

Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”.

Kegembiraan Sarah yang tiada tara menunjukkan keinginannya memiliki anak meskipun pada usia senja. Ayat ini dapat dijadikan argumen bahwa rasa ingin memiliki anak pada wanita tidak terbatas waktu tertentu saja. Namun demikian, rasa ini lebih kuat pada perempuan muda karena mereka memiliki kemampuan untuk mengandung dan menjadi ibu. Begitu bahagianya Sarah ketika mendengar kabar bahwa ia akan menjadi ibu sampai ia melakukan sesuatu yang tak biasa.

فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ

Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”.

Bukti lain atas adanya insting perempuan untuk memiliki anak dapat disaksikan pada kisah istri Imran, ibu dari Sayyidah Maryam. Referensi tafsir mengisahkan Hanna dan Asya’ sebagai dua saudara sekandung. Hanna menjadi istri Imran yang merupakan tokoh terkemuka Bani Israil dan Asya’ menikah dengan Nabi Zakaria as. Hanna istri Imran telah lanjut usia, namun belum juga memiliki putra. Suatu hari ia duduk di bawah pohon dan pada saat yang sama seekor burung sedang memberi makan anaknya. Menyaksikan pertunjukan peran ibu ini, keinginan untuk memiliki anak menjadi bergelora di dalam dadanya. Dari lubuk hati yang paling dalam, ia pun memohon kepada Allah agar diberi keturunan. Tak lama kemudian doa ini mendapat jawaban dan ia mengandung[3]. Agar doanya terkabul ia sempat bernazar untuk mempersembahkan anaknya menjadi pelayan di Baitul Maqdis[4].

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Bersambung…

Baca: Bagaimana AlQuran Menjelaskan Ciri-ciri Ibu? (4 -Tamat)

Catatan kaki:
[1] Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, j. 11, h. 9
[2] Ayatullah Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, j. 9, h. 172
[3] Zamakhsyari, Tafsir al-Zamakhsyari al-Kasyaf, j. 1, h. 355
[4] Fakhruddin Ar-razi, Tafsir ar-Razi Mafatih al-Ghaib, j. 8, h. 203


No comments

LEAVE A COMMENT