Padang pasir semakin panas dan gersang. Kuda-kuda tidak lagi kuat berjalan. Pasukan yang letih dan berdebu sangat kehausan. Jika mereka tidak menemukan air maka mereka dan kuda-kuda mereka akan mati karena kehausan.
Mereka berjalan ke depan, tiba-tiba mereka melihat beberapa penunggung kuda menuju ke arah mereka. Hur[1] mengangkat tangan memberi isyarat untuk berhenti. Salah seorang dari mereka dengan lantang berkata: Saya kira ini adalah Husain bin Ali yang sedang menuju Kufah bersama kafilahnya. Beruntung kita bertemu dengan mereka.
Lelaki bermata satu yang menyeka keringat di wajahnya berkata: Aku hampir mati kehausan. Mungkin mereka membawa air.
Seorang pemuda yang sedang duduk di atas kuda putih dan mengambil tameng untuk melindungi diri dari sengatan matahari, berkata: Apa yang kamu katakan, mereka adalah musuh kita. Aku tidak mengira mereka akan memberikan air walaupun setetes, kecuali kita mengambil air dengan pedang.
Lelaki bermata satu berkata: Akan tetapi sejauh yang saya tahu, saat ini kita tidak diizinkan berperang. Kita diperintahkan untuk membawa Husain bin Ali bersama rombongan ke Kufah, ke hadapan Ibnu Ziyad supaya Husein bin Ali berbaiat kepadanya.
Salah seorang prajurit berkata: Bila ia tidak memberikan air bagaimana? Kita dan kuda-kuda kita tidak akan hidup di tengah padang pasir tandus ini, kita tidak dapat membawa mereka ke istana Ibnu Ziyad.
Lelaki bermata satu berkata: Jangan khawatir tentang air, bila Husain bin Ali punya air, ia akan memberi kita.
Pasukan berkata: Dari mana engkau sedemikian yakin?!
Lelaki bermata satu menjawab: Dia adalah putera Ali.
Pemuda berkata: Aku tidak mengerti engkau berbicara apa, tetapi aku bertaruh bahwa dia tidak akan memberikan setetes air kepada kita.
Hur memberikan perintah untuk bergerak. Perlahan-lahan mereka mendekati kafilah Husain as. Pasukan Imam Husain yang berjumlah sedikit, berbaris menghadapi pasukan Hur dan menghunuskan pedang. Pasukan Hur pun berbaris di hadapan kafilah Imam Husain.
Imam Husain memandang pasukan Hur. Beliau mengerti para tentara dan kuda-kuda mereka sangat kehausan. Imam Husain memberikan isyarat kepada sahabat-sahabatnya dan berkata: Berilah air kepada mereka dan kuda-kuda mereka.
Beberapa orang sahabat Imam Husain memberikan air kepada tentara Hur. Mereka bahkan membawa bejana untuk diisi air. Kuda-kuda mereka juga telah minum.
Pasukan Hur sangat terkejut melihat cinta kasih Imam Husain as dan memandang lelaki bermata satu seraya berkata: Dari mana engkau mengetahui bahwa Husain bin Ali akan memberikan air kepada kita yang adalah musuhnya?
Lelaki bermata satu menjawab: Sebagaimana aku katakan, dia adalah putera Ali.
Pemuda berkata: Aku tidak mengerti maksudmu.
Lelaki bermata satu berkata: Di perang Shiffin, aku berada di barisan tentara Muawiyah. Pada perang itulah aku kehilangan satu mataku. Antara kami dan pasukan Ali terdapat sungai Efrat.
Pada awal peperangan, kami menguasai sungai. Atas perintah Muawiyah kami memblokir air dari pasukan Ali dan kami tidak membiarkan mereka mengambil air. Akan tetapi ketika pasukan Ali dengan pimpinan Husain bin Ali membebaskan sungai, Ali memberikan izin untuk mengambil air kapan saja dan seberapa banyak yang kami inginkan.
Ya, Husain yang sekarang engkau lihat ini adalah putera Ali bin Abi Thalib yang sangat baik itu.
Semoga kisah di atas menambah kecintaan kakak dan adik-adik semua kepada Imam Husein as dan semoga kita mampu menteladani akhlak mulia beliau dengan menebar cinta kasih diantara sesama.
Salam sejahtera atasmu Ya Aba Abdillah….
Sampai jumpa di Kids Corner selanjutnya.
[1] Hur bin Yazid Riyahi, semula adalah salah seorang tentara pasukan Yazid. Setelah itu, ia memilih jalan yang benar, bergabung dengan Imam Husein as dan berperang melawan pasukan Yazid pada hari Asyura serta meraih kesyahidan.