Amirul mukminin Ali as berkata: Syiah kami adalah orang-orang yang -arif- mengenal Allah.
Allamah Syaikh Misbah Yazdi di dalam penjelasannya mengatakan bahwa: terlepas dari makna yang biasa berlaku pada umumnya, sesungguhnya seorang arif itu bukan sebagaimana menurut makna yang dipahami oleh kebanyakan orang. Tetapi adalah (yang memiliki) hakikat makrifat, dan adalah yang benar-benar mengenal Allah. (Baca sebelumnya: Ciri Khas Syiah 1)
Sebuah soal yang beliau lontarkan: Apa relasi pentingnya mengenal Allah bagi sifat-sifat keutamaan lainnya? Beliau membawakan satu contoh sifat keutamaan yang diketahui semua orang, ialah sifat yang tidak dikhususkan bagi muslimin, bahkan kaum non muslim pun memilikinya, dan tidak juga khusus bagi kaum Syiah, yaitu berkata jujur. Diterangkan dalam riwayat dengan penekanan atas itu, bahwa Kenalilah Syiah kami dengan kejujuran dan istiqamah mereka!
Di sana ada orang-orang yang berkepribadian jujur, amanat terpecaya dan konsisten dalam amal mereka. Mereka tidak mengkhianati amanat, tidak melampaui batas terhadap hak-hak orang lain. Mereka komitmen dengan keadilan, dan bila diharuskan menunaikan hak semua orang. Harta benda orang-orang dititipkan kepada mereka. Mereka tidak akan merampas hak seorang pun. Semua ini adalah sifat-sifat keutamaan. (Baca: Hakikat Cinta)
Misal lainnya, sifat keberanian. Kita memandangnya sebagai salah satu sifat keutamaan Imam Ali as, misalnya. Lalu, apakah seorang arif billah memiliki keutamaan itu selain keutamaan-keutamaan lainnya? Artinya, bahwa seseorang apabila ingin mensifati keutamaan-keutamaan itu, maka menjadi syiah yang sejati, atau apabila menjadi jujur dan konsisten di dalam amalnya; atau yang memiliki marifat kepada Allah atau sifat pemberani.
Jika satu yang dimiliki di antara semua itu, apakah telah mencapai sebuah tingkatan di antara tingkatan-tingkatan kesyiahaan, dan menjadi pengikut sejati bagi Ahlulbait as? Jadi, apa hubungan antara marifat mengenal- Allah dan sifat-sifat keutamaan atau kesempurnaan lainnya? Ini sebuah pertanyaan.
Level-level Makrifatullah
Allamah mengungkapkan: Kita membaca (dan membahas) riwayat tentang Syiah Ahlulbait as, tujuannya ialah supaya kita dapat menyerupai, meniru dan meneladani mereka. Sifat-sifat yang disebutkan Amirul Mukminin Ali as, kepada orang-orang yang disebut Syiah, bermaksud bahwa hendaklah mereka memiliki sifat-sifat itu. Klaim bahwa kita adalah Syiah, maka kita harus menyerupai mereka dengan sesuatu dari (sifat-sifat)nya.”
Faktor apakah yang mendorong kita untuk mengkaji makrifatullah? Amirul Mukminin as berkata, Syiah kami adalah yang bermakrifatullah.. Faktor apakah yang mendorong kita untuk mengenal Allah? (Baca: Doa Imam Sajjad untuk Putra Putrinya)
Allamah sebelum menjawab pertanyaan itu, ingin menjelaskan satu masalah bahwa: Apa makna makrifatullah, ketika Imam mengatakan: Syiah kami adalah ahli makrifatullah..? Cukupkah dengan pengetahuan, ada Tuhan? Kita semua, Syiah dan Ahlussunnah mengetahui adanya Tuhan. Lalu, keistimewaan apakah yang beliau katakan bahwa Syiah kami adalah para ahli makrifatullah..?
Apakah marifat itu merupakan ilmu? Bahwa kita semua mengetahui Tuhan dan mengetahui bahwa Allah ada, dan bahwa Dia esa, Maha mengetahui, Maha kuasa, Maha hidup dan sifat-sifat lainnya bagi Allah. Ya, ini adalah marifat level awal, yang harus diketahui manusia sebelum sampai keimanan. Artinya bahwa ia harus memiliki pengetahuan ini, kemudian mengimani-Nya, bahwa Allah lah pencipta alam ini, dan di tangan-Nya segala urusan dunia dan akhirat. Yakni, harus ada padanya marifat dalam kadar demikian itu, untuk kemudian ia mengimani-Nya.
Adanya marifat di tahap awal itu adalah sebelum semua keutamaan tersebut, bahkan sebelum keislaman dan keimanan. Selama seseorang tidak sampai pada pengetahuan adanya Tuhan dan sifat-sifat yang Dia miliki, iman takkan terwujud pada dirinya.
Adalah jelas bahwa kadar (makrifat) yang diperoleh tersebut bukanlah pada kadar marifat yang dikatakan oleh Amirul Mukminin as, bahwa Syiah kami adalah para arif yang mengenal Allah.. Kadar (makrifat) tersebut dimiliki olek semua pemeluk agama-agama ketuhanan. (Baca: Salahkah Menjadi Muslim Syiah?)
Satu tangga lebih tinggi dari kadar marifat tersebut, ialah ketika seseorang mengetahui sifat-sifat positif (tsubutiyah) dan sifat-sifat negatif (salbiyah). Di sana terdapat pembahasan teologis seputar bahwa sifat-sifat Allah adalah Dzat-Nya itu sendiri. Dibahas di dalamnya, ada sifat-sifat esensi (dzat) dan sifat-sifat fi’il (perbuatan). Demikian ini level marifat naik sedikit bagi seseorang. Namun ia belum meninggalkan jejak yang jelas di dalam akhlak dan amal perbuatannya.
Makrifat yang memberikan peningkatan bagi kehidupan manusia dan (plus) meninggalkan sebuah jejak di dalam akhlaknya, adalah suatu peningkatan yang lebih tinggi (dari minus jejak akhlaqi). Bahwa, dengan konsep-konsep dan argumen-argumen tidak niscaya melahirkan keakhlakan itu.
Apa yang harus diusahakan seseorang untuk meraih sifat Syiah, yang merupakan langkah awal untuk pencapaian keutamaan ini, ialah mengetahui hakikat hubungan dia dengan Tuhannya. Ia mengenal Allah Azza wa Jall, artinya mengetahui: relasi apakah yang dia dan alam semesta miliki dengan Allah? Apakah peran Allah bagi dia, dan bagaimana seharusnya dia terhadap Allah?
Kita mengatakan, Allah ada, dan kendati mengagungkan Dia dan menyebut nama-Nya, tetapi seakan Dia tidak memiliki suatu hubungan dengan kita; seakan kita menjalani hidup kita sendiri, dan Dia sibuk dengan ketuhanan-Nya sendiri!?
Sebenarnya apa peran Allah, dan hubungan Dia dengan kita? Mengapa kita harus mengenal Allah dan harus berhubungan dengan-Nya? Semua ini tidak berkaitan erat dengan konsep-konsep tersebut seperti dikatakan: bahwa sifat-sifat Allah adalah Dzat-Nya itu sendiri; dan bahwa sifat-sifat esensial (dzatiyah), sifat-sifat dalam perbuatan (fi’liyah), sifat-sifat positif dan negatif (bagi Allah).[*]
Baca: Makrifatullah Asas Kemanusiaan