Kondisi kegelisahan dan ketidakpuasan terhadap para khalifah pada masa Imam ke-lima Ahlulbait Nabi, yaitu Imam Muhammad al-Baqir a.s. mulai menggeliat. Banyak negeri Islam melakukan pemberontakan untuk menolak pemerintahan Bani Umayah. Meski kebanyakan pemberontakan ini tidak membuahkan hasil, namun tetap saja semua itu merepotkan para khalifah.
Dalam keadaan demikian, para Imam ‘alayhimussalam meraih kesempatan itu untuk menghidupkan kembali sunah Nabi Muhammad Saw.
Imam Muhammad al-Baqir a.s. mengawalinya dengan proses pengajaran dan pendidikan agama. Beliau menghabiskan usianya dalam urusan ini. Sehingga beliau tidak lagi memiliki waktu luang untuk beristirahat. Tanggung jawab yang beliau emban sangat besar dalam menyadarkan manusia dan memperkenalkan hakikat agama yang mulai dilupakan.
Baca: Profil Imam Muhammad al-Baqir a.s.
Madrasah Imam Baqir a.s. tercirikan sebagai madrasah moral dan kebajikan. Di tangannya, banyak pelajar yang telah tercetak dan tersebar.
Para Pelajar Lulusan Madrasah Imam Muhammad al-Baqir a.s.
Ada banyak tokoh yang menimba ilmu di madrasah Imam al-Baqir a.s. Di antaranya yang ternama adalah, Muhammad bin Muslim (80 -150 H), Zurarah bin A’yan (70-150 H), Abu Bashir (Yahya bin Abil Qasim al-Asadi [w. 150 H]), Buraid bin Mu’awiyah al-‘Ijli (w. 148 H), Jabir bin Yazid (w. 128 H), Humran bin A’yan (w. 130 H), Hisyam bin Salim al-Jawaliqi.
Dinukil dari Imam Ja’far as-Sadiq a.s., “… Buraid bin Mu’awiyah al-‘Ijli, Abu Bashir, Muhammad bin Muslim, dan Zurarah itu empat orang andalan dan tepercaya dalam hal halal dan haram. Andai mereka tidak ada, terputus dan punahlah jejak-jejak sunah Nabi.”
Baca: Kisah Teladan Kesabaran Imam Muhammad al-Baqir as
Ketundukan Para Ulama di hadapan Imam Muhammad al-Baqir a.s.
Abdullah bin ‘Atha’ menggambarkan keunggulan Imam Muhammad al-Baqir a.s. dalam bidang ilmiah, “Aku tidak pernah menyaksikan betapa kecil dan tunduknya para ulama Islam di setiap majelis sebagaimana majelis yang dihadiri Muhammad bin Ali (a.s.). Aku pernah menyaksikan al-Hakam bin ‘Utbah yang terkenal dalam bidang ilmu dan fikih sedang duduk di hadapan Imam al-Baqir a.s. bagaikan anak kecil di hadapan Guru Besar.”
Kegiatan ilmiah Imam Muhammad al-Baqir a.s. dan para siswa didik madrasah beliau turut andil dalam mewujudkan harapan Nabi Muhammad Saw yang beliau sampaikan kepada Jabir bin Abdullah r.a., tokoh penting pada permulaan Islam.
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda kepadaku, Engkau akan menemui seorang lelaki dariku, namanya sama denganku, dan karakteristiknya sama denganku. Dia akan memilah-milah bidang ilmu.”
Suatu hari ketika Jabir sedang menyusuri jalan-jalan di kota Madinah, Muhammad bin Ali a.s. lewat. Saat Jabir melihatnya, Jabir berkata kepadanya, “Wahai anak muda, ke sinilah.” Dia pun menghampirinya. Jabir berkata lagi, “Berpalinglah.” Dia pun berpaling.
“Penampilan Anda seperti Rasulullah. Demi Zat yang Jabir di tangan-Nya, siapakah nama Anda, Nak?”
“Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.”
Jabir pun segera mencium kepalanya seraya berkata, “Demi ayah ibuku, datukmu Rasulullah menyampaikan salam untuk Anda.
Baca: Mengapa Imam Kelima Saja yang Bergelar Al-Baqir?