Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Imam Khomeini: Sebab Kemalasan dalam Menunaikan Kewajiban dan Sunah

Sifat malas dalam menunaikan hal-hal yang wajib dan sunah, serta keengganan beribadah, sering menghampiri sebagian manusia. Apa sebenarnya penyebab hal itu, dan apa hukumnya orang yang menyepelekan urusan agama? Dan bagaimana cara menghilangkan kemalasan seperti itu?

Penyebab utamanya adalah karena kita belum sepenuhnya beriman kepada yang gaib. Dasar keyakinan dan keimanan kita masih lemah, serta kita belum meyakini janji-janji Allah dan para nabi dengan sepenuh jiwa. Lemahnya keyakinan ini mendorong kita untuk merendahkan dan mengentengkan semua ketetapan Ilahi dan syariat agama. Kelemahan ini secara perlahan menyebabkan kelalaian dan mengeluarkan kita dari lingkup agama, sehingga kita lupa sama sekali pada kepedihan dan kesulitan mati.

Namun, selama manusia masih berada di dunia ini, ia dapat menyelamatkan diri dari kegelapan dan membawa dirinya ke arah cahaya, dengan syarat ia bersemangat dan menyingkirkan kemalasan serta ketidakpedulian ini. Kita sering kali dibesarkan dengan sifat buruk dalam lingkungan pergaulan yang tidak sesuai serta tingkah laku yang kurang benar, dan akhirnya, hal tersebut dapat bertahan hingga usia senja. Seiring berjalannya waktu, dosa-dosa kita semakin bertumpuk.

Sering kali kita berpikir seolah-olah alam lain tidak ada, dan kehidupan abadi yang menanti juga tidak ada. Kita bersikap seolah-olah ajakan para nabi dan wali Allah tidak ada kaitannya dengan kita. Dengan sikap dan perbuatan yang demikian, kita akan dibangkitkan dalam bentuk apa dan di mana tempat kita kelak berada, menjadi pertanyaan besar. Saat kita akhirnya sadar, waktu sudah terlambat, penyesalan tidak berguna, dan kita hanya bisa menyalahkan diri sendiri.

Para nabi telah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan kepada kita. Ulama, para tokoh agama, dan ahli hikmah telah menguraikan ucapan para nabi untuk kita dengan berbagai cara untuk menyembuhkan berbagai penyakit batin. Para sarjana juga telah melakukan terjemahan ke dalam semua bahasa. Namun, semua itu tidak dapat masuk ke telinga dan hati kita karena telinga dan hati kita sudah tertutup. Oleh karena itu, kita sendiri yang patut dicela.

Segeralah berhijrah dari rumah gelap alam fisik ini, tempat persinggahan yang sempit dan gelap, lepaskan seluruh rantai dan rangkaian waktu yang menjeratmu. Bebaskan dirimu dari kurungan dan terbangkan burung suci menuju perjumpaan dengan Cinta.

Terdengar suara dari arsy
yang ditujukan untuk manusia,
Wahai gerangan, mengapa kau terpenjara
di alam yang hina?

Karena itu, kuatkan tekad (‘azm) dan mantapkan kemauanmu sebagai syarat pertama untuk bersuluk. Tanpa itu, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa dan tidak akan sampai kepada kesempurnaan. Rahmat Allah Swt yang terbesar ialah Al-Qur’an. Jika kalian haus akan rahmat-Nya yang luas, maka gunakanlah rahmat luas ini dan tempuhlah jalan menuju kebahagiaan. Bedakanlah jalan yang terang dengan lubang yang gelap agar kamu tidak menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam lubang atau terpelanting dari jalan yang lurus. Adakah kekurangan pada rahmat Allah?  Sekiranya mungkin jalan kebaikan dan kebahagiaan ini ditunjukkan dengan cara lain, pasti itu sudah dilakukan.

Wahai saudaraku! Apabila seorang anak berusia 10 tahun memberitahukan kepada kita bahwa rumah kita terbakar atau anak kita terseret arus sungai dan tenggelam, mungkinkah kita bergeming dan terus melanjutkan kesibukan atau malah mencari tahu lebih dahulu kebenaran dari berita menakutkan tersebut? Kini, tidakkah semua ayat, riwayat, dan argumentasi yang ada meninggalkan pengaruh serupa dengan berita dari seorang anak berusia sepuluh tahun itu? Jika memang semua itu memiliki pengaruh, tentu saja kita akan terusik dan berpikir: bagaimana cara mengobati kegelapan batin dan kebutaan hati yang menakutkan ini? Apakah penyakit hati ini perlu pengobatan dan bantuan dokter?

Khusus untuk kalangan muda, selagi usia kalian masih muda dan jiwa kalian masih bersih, serta fitrah kalian masih asli dan belum terkotori, segeralah berupaya untuk membersihkan dan menyucikan diri! Hilangkan akar-akar moral yang buruk dan sifat-sifat yang gelap dari hati kalian! Sebab, satu saja sifat moral yang tidak baik menjangkiti diri kalian, maka kebahagiaan kalian akan sangat terancam. Di hari-hari muda, kemauan dan tekad manusia juga masih muda dan kukuh. Oleh karena itu, pada masa seperti itu, manusia lebih mudah untuk memperbaiki diri. Lain halnya kalau manusia sudah beranjak tua, kemauan dan azmnya juga akan ikut menjadi tua dan lemah sehingga akan lebih sulit baginya untuk memanfaatkan potensi yang ada.

Tangga semua hakikat bagi seorang pesuluk adalah pengenalan diri. Capailah pengenalan diri sebagai kunci dan pelita utama dalam perjalanan menuju Allah. Karena, siapa saja yang telah mengenal dirinya, ia telah mengenal Tuhannya.

*Disadur dari buku Cahaya Sufi – Imam Khomeini

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT