Syekh Shaduq (w. 381 H) menyampaikan sebuah riwayat dengan sanad yang sahih dari Imam as-Sajjad a.s. dalam kitabnya, Ikmal ad-Din wa Itmam an-Ni’mah. Imam as-Sajjad a.s. berkata,
“Al-Qaim dari kami (Ahlulbait) mewarisi sunah-sunah para Nabi a.s., sunah Nabi Adam a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., Nabi Ayub a.s., dan Nabi Muhammad SAW. Adapun sunah Nabi Adam a.s. dan Nabi Nuh a.s. ialah panjang usia. Sunah Nabi Ibrahim a.s. ialah kelahiran yang rahasia dan mengisolasi diri dari manusia. Sunah Nabi Musa a.s. ialah rasa takut dan kegaiban. Sunah Nabi Isa a.s. ialah manusia berselisih tentangnya. Sunah Nabi Ayub a.s. ialah kebahagiaan setelah aneka ujian. Sedangkan sunah Nabi Muhammad SAW ialah keluar dengan pedang.”
Imam Mahdi a.f berusia panjang sebagaimana Nabi Adam a.s. dan Nabi Nuh a.s.
Di antara para nabi, Nabi Nuh a.s. dijuluki dengan Syekh para Nabi mengingat usianya yang paling panjang. Alquran menyebutkan bahwa masa dakwah kenabiannya sebelum peristiwa banjir besar adalah 950 tahun (QS. Al-‘Ankabut [29]: 14), sementara para sejarawan menghitung usia keseluruhannya mencapai 1500 tahun, bahkan sebagian mencatat 2000 tahun.
Sesungguhnya Allah SWT Mahakuasa memanjangkan usia Imam Mahdi a.f. sebagaimana usia Nabi Nuh a.s. hingga 2000 tahun. Demikian pula dengan Ashabul Kahfi yang tidur panjang selama 300 atau 309 tahun di dalam gua saat melindungi diri mereka dari intaian Raja yang zalim di masanya (QS. Al-Kahfi [18]: 25). Lebih dari itu, pakaian mereka tidak berubah kondisinya sama sekali.
Lain halnya dengan kisah Nabi ‘Uzair a.s. yang makanan dan minumannya tetap utuh saat dihidupkan kembali setelah 100 tahun bersama keledainya yang telah menjadi tulang belulang (lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam pembahasan QS. Al-Baqarah [2]: 259).
Imam Mahdi a.f. dilahirkan sembunyi-sembunyi sebagaimana Nabi Ibrahim a.s.
Imam Mahdi a.f dilahirkan secara tersembunyi sebagaimana Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan secara sembunyi-sembunyi. Lebih dari itu, Imam Mahdi a.f luput dari pandangan mata manusia biasa selain orang-orang saleh yang dekat dengan Imam Hasan al-Askari a.s., ayah Imam Mahdi a.f.
Para ahli nujum di masa kelahiran Nabi Ibrahim a.s. melaporkan tentang kelahiran bayi laki-laki yang kelak akan menghancurkan kekuasaan sang Raja Namrud. Oleh karena itu, mata-mata kerajaan segera membunuh bayi laki-laki mana pun yang lahir saat itu. Serta merta ibunda Ibrahim a.s. pergi ke gunung dan menitipkan Ibrahim a.s. yang masih bayi di dalam gua. Setelah beberapa hari sang ibu menjenguk kondisinya, dia menyaksikan Ibrahim a.s. sedang meminum susu dari jempol sang bayi.
Baca: “Perjalanan Salman Menemukan Nabi saw.“
Sementara Imam Mahdi a.f. dilahirkan dalam kondisi sembunyi-sembunyi saat khalifah Abbasi di masa itu yang senantiasa mengintai kehidupan para Imam Ahlulbait Nabi SAW. Sebagaimana diketahui Imam Ali al-Hadi a.s. dipaksa pindah dari Madinah ke Samarra, Irak agar gerak-geriknya bisa diawasi oleh khalifah Abbasi, bahkan Imam Hasan al-Askari a.s., ayah Imam Mahdi a.s. pun lahir dalam rumah tahanan ayahnya. Riwayat yang masyhur di masa itu adalah tentang Imam Mahdi a.f dari keturunan Rasulullah yang kelak akan memenuhi bumi dengan kebenaran dan keadilan. Sehingga musuh-musuh keadilan senantiasa mengintai, mengawasi dan mereka-reka siapakah imam yang dimaksud dalam hadis dan riwayat yang masyhur tersebut, demi mencegah keruntuhan kerajaan mereka.
Imam Mahdi a.f. Gaib dari pandangan manusia sebagaimana Nabi Musa a.s.
Nabi Musa a.s. berulang kali digaibkan dari pandangan umatnya. Salah satunya selama 28 tahun, sehingga Bani Israil tidak mengetahui kabar Nabi Musa a.s selama itu. Mereka mencari-cari ke berbagai tempat hingga ke padang pasir namun tak berhasil menemui Nabi Musa a.s.
Saat Nabi Musa a.s. hadir di hadapan umatnya setelah 28 tahun terjadilah pembunuhan terhadap seorang Mesir (Qibthi) sehingga beliau harus gaib kembali ke Madyan selama 10 tahun.
Selain Nabi Musa a.s. yang gaib dari pandangan umatnya, Alquran juga menyebutkan tentang kegaiban Nabi Yusuf a.s dari pandangan mata saudara-saudaranya. Mereka tidak mampu mengenali rupa Nabi Yusuf a.s. saudaranya sendiri bahkan Bunyamin, saudara kandungnya.
Dia (Yusuf) berkata, “Tahukah kamu apa yang telah kalian perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kalian tidak menyadarinya?” Mereka berkata, “Apakah engkau sejatinya adalah Yusuf?” (QS. Yusuf [12]: 89-90)
Syekh Shaduq menerangkan bahwa Nabi Ya’qub a.s., ayah Nabi Yusuf a.s. sangat yakin bahwa Nabi Yusuf a.s. sesungguhnya masih hidup meskipun putra-putranya menyatakan Yusuf telah dibunuh. Hal ini tak jauh beda dengan keimanan kaum beriman terhadap Imam Mahdi a.f.
Lebih jauh terkait kegaiban para nabi, dari Nabi Adam a.s. hingga penutup para Nabi, Muhammad SAW, Syekh Shaduq r.a telah membukukannya dengan judul Ikmal ad-Din wa Itmam an-Ni’mah. Demikianlah Syekh Shaduq menyimpulkan bahwa setiap nabi mengalami masa gaib dari kaumnya.
Manusia berselisih pendapat dalam hal Nabi Isa a.s
Sebagaimana kita ketahui, manusia berselisih tentang Nabi Isa a.s. apakah dia disalib ataukah tidak, apakah dia masih hidup ataukah telah wafat. Alquran menegaskan bahwa,
Mereka tidaklah membunuhnya, atau pun menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka. (QS. An-Nisa’ [4]: 157)
Demikian halnya pada Imam Mahdi a.f., manusia tentunya hingga hari ini bertanya-tanya apakah dia telah dilahirkan ataukah belum, apakah dia dari keturunan al-Hasan a.s. ataukah al-Husain a.s.
Kepercayaan tentang adanya sang juru selamat diyakini bahkan oleh seluruh agama dan kepercayaan, seperti konsep Ratu Adil dalam filosofi Jawa. Sementara sosok Imam Mahdi a.f. yang diyakini oleh setiap Muslim telah diingkari oleh sebagian kalangan dengan menyatakan, ‘Andai Imam Mahdi a.f. telah lahir, berarti dia telah mati saat ini.’ Sedangkan sebagian lain meyakini bahwa Imam Mahdi telah lahir tahun 255 H/869 M dan masih hidup karena Allah Yang Mahakuasa juga Mahamampu membuat hal itu terjadi.
Namun demikian sebagai sebuah kesepakatan, umat Islam meyakini bahwa kelak Nabi Isa a.s. pada akhir zaman akan salat di belakang Imam Mahdi a.f.
Imam Mahdi a.f. Menghunus Pedang dan Menegakkan Tauhid sebagaimana Rasulullah SAW
Perkataan Imam Ali as-Sajjad yang diriwayatkan oleh Syekh Shaduq di atas ditutup dengan sunah Nabi Muhammad SAW yang diwariskan kepada Imam Mahdi a.f. kelak. Bahwa Imam Mahdi akan menghunus pedang sebagaimana datuknya Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam. Sehingga kemusyrikan niscaya muspra dari muka bumi dan berganti dengan keadilan di jagad raya.
Tersebarnya Islam adalah sebuah janji Alquran, ‘Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.’ (QS. Al-Fath [48]: 27)
Pertanyaannya adalah apakah hadis tersebut dapat dipahami secara tersurat bahwa Imam Mahdi a.f. kelak bakal menghunus pedang ataukah pedang yang dimaksud adalah kiasan untuk perangkat penegakan tauhid? Wallahu a’lam.[*]
Disadur dari buku Al-Mahdi Al-Maw’ud, Sayid Abdul Husein Dastaghib, Dar at-Ta’aruf, Beirut, Lebanon, 1989)
Baca: “Tauhid dalam Penjelasan Imam Khomeini (1)“