Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Wanita… tubuhnya lembut, lemah, cengeng dan penakut. Itulah beberapa kriteria wanita yang ada di benak sebagian orang. Apakah adik-adik juga berfikir bahwa wanita seperti itu?

Jika kita buka kembali lembaran sejarah, kita lihat di antara pahlawan kemerdekaan negara kita tercinta terdapat banyak sekali sosok pahlawan wanita, antara lain Cut Nyakdin, Raden Ajeng Kartini, Raden Kartika dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan wanita lainnya.

Maka dengan tegas kita bisa mengatakan pernyataan “Wanita… tubuhnya lembut, lemah, cengeng dan penakut,” di atas itu tidak benar.

Sejarah menceritakan bahwa keberanian para wanita dan peran wanita dalam masyarakat sangat dibutuhkan. Kehidupan akan pincang tanpa kehadiran para wanita, bahkan di belakang setiap pria yang sukses ada sosok wanita hebat. (Baca: Nusaibah, Pahlawan Perempuan di Perang Uhud)

Salah satu pria sukses yang disebut dalam sejarah adalah Habib bin Mazhahir. Namanya tidak asing bukan?

Benar, ia adalah salah satu sahabat setia Imam Husein a.s. yang berusia sekitar 80 tahun. Pilihannya untuk mempertaruhkan nyawa demi cucunda Nabi saw. terkasih semakin bulat, karena dukungan dan motivasi dari istri tercintanya.

Untuk mengenal lebih jauh tentang beliau berdua, yuk simak kisah berikut ini:

Di bulan Muharram tahun 60 H. di sebuah rumah tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Habib beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu. Di balik pintu ada seseorang yang mengaku utusan Imam Husein, putra Sayyidah Fatimah Az-Zahra a.s. Utusan itu menyerahkan surat Imam Husein a.s. yang ditujukan kepada Habib.

Setelah menerima surat itu, Habib duduk di samping istrinya dan membacanya. Isi suratnya sebagai berikut:

“Surat ini dari Husein bin Ali bin Abi Thalib untuk orang yang pandai, Habib bin Mazhahir. Wahai Habib! Engkau mengetahui hubungan kekeluargaanku dengan Rasulullah saw. dan engkau adalah orang yang mengenalku dengan baik. Engkau orang merdeka dan peka terhadap Islam. Karena itu, janganlah engkau enggan menolongku. Di hari kiamat kelak datukku Rasulullah saw. akan memberikan balasan pahala kepadamu.”

Istrinya bertanya, “Sekarang apa yang akan engkau lakukan?”

“Aku sudah tua, apa yang bisa dilakukan oleh orang lanjut usia sepertiku?” jawab Habib.

Dengan penuh sedih dan kecewa istrinya berdiri dan melepas kerudung di kepalanya lalu meletakkannya di atas kepala Habib seraya berkata, “Bila engkau enggan pergi menyambut panggilan Husein a.s., tinggallah di rumah seperti kaum wanita.”

Kemudian ia berteriak, “Wahai Husein! Seandainya aku lelaki, aku akan datang ke pangkuanmu, berjuang bersamamu, dan kupersembahkan jiwa ragaku untukmu.”

Habib berkata, “Aku khawatir jika anak-anakku menjadi yatim dan engkau menjadi janda.”

Istinya menjawab, “Kami akan meneladani wanita-wanita, puteri-puteri, dan yatim-yatim Bani Hasyim. Cukuplah Allah swt. sebagai pelindung kami.”

Tatkala Habib melihat kecintaan istrinya yang sangat luar biasa kepada Imam Husein a.s., hatinya menjadi tenang. Selanjutnya ia berkata, “Tenanglah istriku, aku akan membuatnya bahagia dan janggut yang memutih ini akan kuwarnai dengan darah dari leherku… tenangkanlah dirimu!”

Hari perpisahan pun tiba, Habib harus pergi meninggalkan keluarganya demi membela keluarga Nabi tercinta. Saat itu istrinya berkata, “Aku hanya meminta satu hal.”

“Apa itu?” Tanya Habib

“Tatkala engkau sampai di hadapan Imam Husein a.s., ciumlah tangan dan kakinya untuk mewakiliku dan sampaikan salamku kepada beliau a.s.,” pinta istrinya.

Nabi saw. bersabda:

اِستَوصُوا بِالنِّساءِ خَيرا

“Saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.”

Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata:

“أَكثَرُ الخَيرِ فِى النِّساءِ”

“Kebanyakan kebaikan (keberkahan) terdapat pada wanita.”

[*]

Baca: “Persamaan Perempuan dan Laki-laki Dalam Perspektif Islam (Bag. 1)

No comments

LEAVE A COMMENT