Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Merawat Keharmonisan Keluarga dengan Silaturahmi


Termasuk hal yang sangat diperhatikan Islam adalah silaturahmi atau beranjangsana kepada kaum kerabat dari pihak ayah dan ibu serta siapa pun yang punya pertalian darah. Allah Swt menginginkan manusia bersilahturahmi. Ini mengingat lembaga keluarga memiliki kepekaan tertentu, yang menjadikannya memiliki ikatan yang khusus. Dengan begitu, ikhtiar menjalin hubungan di antara mereka menjadi sebuah kebutuhan. Allah Swt menginginkan kita melenyapkan segenap hal negatif yang muncul di tengah kehidupan keluarga. Dan cara paling efektif yang diinginkan Allah untuk itu adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Bila demikian adanya, niscaya sebuah keluarga hidup di atas fondasi cinta dan kasih sayang.

Dia juga ingin agar mereka saling memuliakan, melayani, dan bertanggungjawab satu sama lain. Salah seorang sahabat Imam Jakfar Shadiq a.s. bernama Jamil bin Darraj menanyakan tentang maksud firman Allah Swt: Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. al-Nisa: 1)

Imam a.s. menjawab: “Yang dimaksud adalah sanak keluarga. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan untuk menjalin ikatan dengan mereka serta memuliakannya. Tidakkah engkau melihat bahwasanya Allah menyebutkan mereka sejajar dengan dirinya sendiri dalam perintah untuk bertakwa: Dan bertakwalah kepada Allah… dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Ini lantaran kedudukan mereka sangat luhur dan mulia.”

Balasan Kebajikan

Imam Abu Abdilah a.s. meriwayatkan bahwa seseorang datang menemui Nabi Saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, keluargaku enggan (berhubungan denganku); mereka selalu menzalimiku, memutuskan hubungan denganku, dan memakiku. Karenanya, aku lantas menjauhi dan memutus hubungan dengan mereka.”

Rasulullah bersabda: “Jika demikian, Allah akan menolak kalian semua.”

Ya, mereka (keluarga) telah memutuskan hubungan silaturahmi dan berbuat jahat kepadanya, lalu ia memutuskan hubungan silaturahmi dengan mereka. Namun begitu, Allah Swt tetap akan menolak semua pihak sekalipun sanak keluarganyalah yang berbuat zalim.

Orang itu kemudian bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang harus kuperbuat?”

Beliau menjawab: “Engkau bersilahturahmi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi (sesuatu) kepada orang yang (bertekad untuk) tidak memberimu (apa pun), serta memaafkan orang yang menzalimimu; kunjungilah orang yang tidak mengunjungimu, berikanlah (sesuatu) kepada orang (yang bertekad tidak memberimu apa pun), dan maafkanlah orang yang bersalah padamu. Bila engkau melakukan semua itu, Allah akan menjadikanmu teladan dan tumpuan mereka.”

Baca: Berkeluarga, Sarana Mendidik Diri dan Orang Lain

Maksudnya, Allah Swt akan memeliharanya dari (gangguan) mereka. Ya, reaksi yang harus dilakukan bukanlah dengan memutuskan hubungan silaturahmi melainkan dengan melakukan kebaikan dan menyampaikan nasihat. Dengannya, Allah Swt akan menyertai kita dan mengangkat derajat kita di sisi-Nya.

Imam Ali bin Musa al-Ridha a.s. berkata: “Mungkin saja itu (menyertai dan mengangkat derajat manusia) menjadi ganjaran dan keuntungan yang diberikan di dunia ini kepada orang yang menjaga ikatan kekeluargaan dengan bersilahturahmi; Allah Swt melakukan apa yang dikehendaki-Nya, karena Dia dapat memanjangkan dan memutus umur seseorang.”

Tidakkah itu butuh banyak pengorbanan, akhlak mendalam, kesabaran, serta usaha maksimal?

Abu Hamzah Tsumali mengatakan bahwa Imam Muhammad al-Baqir berkata: “Silahturahmi memperbanyak harta kekayaan dan menolak bencana (juga) dapat memudahkan perhitungan di akhirat kelak dan menunda datangnya ajal.”

Tidakkah engkau menginginkan dirimu diridai dan dimudahkan di hari kiamat nanti? Serta umurmu ditambah atau ajalmu ditunda dalam ketaatan kepada Allah?

Imam Muhammad al-Bagir a.s. mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Aku nasihati orang yang hadir dan yang tidak hadir di antara kalian, baik yang berasal dari tulang sulbi laki-laki maupun dari rahim-rahim wanita sampai (datangnya) hari Kiamat (kelak), agar bersilahturahmi walaupun hanya sebatas sunah (tidak wajib). Namun itu termasuk ajaran agama yang berasal dari kedalamannya.”

Imam Jakfar Shadiq a.s. berkata: “Silahturahmi itu memperbaiki akhlak.”

Baca: Tugas-tugas dalam Keluarga yang Tidak Boleh Diabaikan 

Bersilahturahmi kepada orang yang berlaku buruk seraya bersabar, akan melapangkan dada dan menjadi pemaaf. Silahturahmi juga dapat menjadikan seseorang dermawan. Maksudnya, silaturahmi itu menyebarkan kedermawanan di tengah umat manusia. Sebab jika kita memberikan sesuatu pada orang yang mengharamkan dirinya tidak memberi kita apa pun, maka Allah akan memperbanyak pemberian padanya. Silahturahmi juga dapat membersihkan jiwa manusia, sehingga menjadi suci dari segenap penyakit dengki, permusuhan, dan iri hati. Silahturahmi menunda ajal serta menambah rezeki. Dengan silaturahmi, seseorang akan panjang umur dan menjadi manusia Ilahi dalam memberi, berderma, bersabar, dan selalu hidup dalam limpahan karunia-Nya.

*Disarikan dari buku karya Sayid Husain Fadhlullah – Persembahan Untuk Tuhan

No comments

LEAVE A COMMENT