Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Keagungan Alquran menurut Ayat Alquran

Keagungan, Alquran,Ayat Alquran

 وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Jika kalian merasa ragu pada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami ‎maka buatlah sebuah surah yang menyerupainya, dan ajaklah saksi-saksi kalian ‎selain Allah, jika kalian merasa benar.‎ (Al-Baqarah:23)

Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, setiap Nabi harus menunjukkan ‎mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Salah satu mukjizat Rasulullah SAW ‎adalah Alquran. Dikatakan mukjizat karena manusia tidak mampu menciptakan sebuah kitab yang ‎menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun kehebatan isinya. ‎Berkali-kali Allah SWT mengajak para penentang Islam dan menantang mereka ‎dengan mengatakan bahwa jika mereka tidak mau menerima bahwa Kitab ini datang ‎dari sisi Allah SWT dan menganggapnya sebagai ciptaan manusia, maka buatlah ‎sebuah kitab yang menyerupainya. Bila mereka berhasil mendatangkan kitab ‎yang seperti itu, maka agama Islam akan musnah dengan sendirinya. ‎‎(Baca: Perpecahan di Tengah Umat Islam; Sebuah Telaah)

Yang menarik dari masalah ini, Alquran berkali-kali memberikan keringanan ‎kepada pihak musuh. Di satu ayat, Alquran mengatakan, “Buatlah kitab yang ‎menyerupainya”. Di tempat lain ia mengatakan, “Buatlah sepuluh surah yang ‎menyerupainya”. Sedangkan di dalam ayat ini Alquran mengatakan, “Buatlah ‎sebuah surah yang menyerupai salah satu di antara surah-surah Alquran”. Bukan hanya sampai di situ, Alquran juga menantang mereka untuk mengajak pihak-pihak yang sekiranya bisa membantu mereka dalam urusan pembuatan kitab semisal Alquran itu. Tetapi, sebagaimana yang memang telah terbukti, tak pernah ada yang mampu melakukannya.

Inilah nilai mukjizat Alquran. Dan sebagai mukjizat dari penghulu para nabi, Alquran juga menjadi mukjizat terbesar di antara mukjizat lain yang dimiliki para nabi lainnya. Berikut ini akan kita lihat secara singkat empat hal dari ‎keistimewaan Alquran.

Pertama, kekuatan Alquran. Mukjizat para nabi lain tidak memiliki ‘lidah’ untuk ‎menyatakan dirinya, sehingga para nabi tersebut harus menyertai mukjizat mereka ‎dan menyatakan bahwa yang mereka perbuat itu adalah mukjizat. Sedangkan Alquran tidak memerlukan seseorang untuk memperkenalkannya sebagai mukjizat, karena ia sendiri menyeru para penentangnya untuk bertanding sekaligus ‎mengalahkan mereka. (Baca: Kemukjizatan Sabda Nabi saw)

Kedua, keabadian Alquran. Mukjizat-mukjizat selain Alquran terjadi dan berlaku ‎pada zaman tertentu dan hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau ‎mendengarnya. Sedangkan Alquran tidak terbatas hanya untuk masa Rasulullah SAW. Ia juga berlaku sepanjang sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya ‎tidak menggoyahkan Alquran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan ‎yang‏ ‏terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti kebenarannya.

Ketiga, universalitas Alquran. Selain memiliki sifat abadi yang melintasi zaman‎, Alquran juga tidak terbatas pada tempat atau bangsa tertentu. ‎Sasaran Alquran bukan hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh ‎bangsa dari setiap kaum dan etnis di dunia. Oleh karena itu, Alquran sama sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal ‘‎Arab, umpamanya. Yang ada di dalam Alquran justru seruan-seruan umum kepada ‎seluruh manusia, seperti yaa ayyuhan naas, dan sebagainya.

Keempat, bersifat non-materi. Biasanya nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi ‎dan jasmani yang membuat kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan Alquran adalah ucapan dan kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabet biasa. ‎Tetapi ia mampu merasuk ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua ‎orang terpaksa mengagungkannya sekaligus menguasai hati manusia. (Baca: Imam Khomeini: Berhati-hatilah Kalau Anda Ditokohkan)

Beberapa Poin Penting

1) Keistimewaan terpenting yang membuat para nabi memperoleh kelayakan ‎untuk menerima wahyu ialah posisi mereka sebagai hamba atau budak Tuhan. Yang selama ini kita pahami, menjadi hamba atau budak adalah posisi yang sangat hina. Itu benar, jika kita menghamba kepada sesama manusia, atau menghamba kepada hal-hal lain. Akan tetapi, ketika kita menghamba kepada Zat yang Mahamulia, yaitu Allah SWT, derajat kita malah melejit menjadi makhluk paling mulia. Ini yang terjadi pada para nabi. Mereka menghambakan diri hanya kepada Allah ‎dan berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya. Di dalam ‎banyak ayat Alquran, Allah menyebut para nabi sebagai “ibaadinaa” yang artinya “‎hamba-hamba Kami”. Di dalam ayat ini, Alquran mengatakan “nazzalnaa ‘alaa ‎abdinaa” artinya: Kami telah menurunkan (Alquran) kepada “hamba” Kami.‎

2) Alquran adalah kitab argumentatif yang kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Tak ada keraguan dan ‎was-was yang dibiarkan tanpa jawaban. Oleh karena itu, Alquran mengatakan: jika kalian merasa ragu, maka ‎datangkanlah sebuah surah yang menyerupainya.‎ (Baca: Kehati-hatian Karena Takut Kepada Allah SWT)

3) Alquran adalah mukjizat ilahi bersifat kekal abadi yang terus menantang ‎setiap manusia di setiap zaman dan masa.  Tantangan agar para penentang membuat sesuatu yang mirip Alquran itu tidak hanya berlaku pada masa lalu, yaitu ketika Alquran diturunkan, melainkan juga berlaku bagi umat manusia sampai akhir zaman.‎

4) Islam adalah agama yang kekal dan universal. Oleh karena itu, mukjizatnya, yaitu ‎Alquran, juga bersifat kekal dan tidak terbatas pada masa dan generasi tertentu.‎

Kita tak boleh membiarkan segala bentuk keraguan dan kebimbangan ada di ‎dalam hati kita sehubungan dengan dasar-dasar agama. Jika muncul keraguan di ‎dalam hati kita, maka kita harus segera berusaha menghapusnya, sehingga tidak ‎akan mengguncang sendi-sendi agama kita.[*]

(Dikutip dari rubrik Tafsir, Buletin Al-Wilayah, edisi 23, Juni 2018, Ramadan 1439H)

Baca: Makna Rahasia dari Beragam Nama Surah Al-Fatihah


Share Post
Written by
No comments

LEAVE A COMMENT