وَالضُّحَىٰ ﴿١﴾ وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ ﴿٢﴾ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ ﴿٣﴾ وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ ﴿٤﴾ وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ ﴿٥﴾ أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ ﴿٦﴾ وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ ﴿٧﴾ وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ ﴿٨﴾ فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ ﴿٩﴾ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ ﴿١٠﴾ وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾
- Demi waktu ketika matahari naik sepenggalan
- dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
- Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
- Dan sesungguhnya hari akhir itu lebih baik bagimu daripada yang awal.
- Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu engkau menjadi rela.
- Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
- Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang ‘tersesat’, lalu Dia memberikan petunjuk?
- Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?
- Sebab itu, terhadap anak yatim, janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah engkau menghardiknya. - Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebutkan (ingat)
Baca: Sehari Satu Ayat: Mahakuasa
Tantangan dan Kesulitan yang Dihadapi Rasulullah
Saat menjalankan tugas risalahnya, Rasulullah SAW banyak menghadapi tantangan yang tidak main-main. Diriwayatkan bahwa pernah selama sekitar 15 hari, tak ada wahyu turun kepada Nabi. Kaum musyrikin yang mengetahui situasi tersebut lalu menjadikan hal ini sebagai alasan untuk menghina Rasulullah, dengan mengatakan bahwa Allah sudah tak lagi peduli kepada beliau. Kemudian, turunlah surah ini, dalam rangka menegaskan bahwa Allah, yang selama ini selalu memberi petunjuk, tidak mungkin akan mengabaikan rasul-Nya (lihat Tafsir An-Nur terkait dengan surah ini).
Para mufasir mengatakan bahwa tujuan tidak turunnya wahyu selama beberapa hari itu adalah dalam rangka menunjukkan bahwa ayat-ayat Al Quran adalah wahyu Allah, bukan kata-kata Nabi. Buktinya, ketika Allah memang tidak berkehendak untuk menurunkan wahyu-Nya, Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak mampu mengucapkan ayat apapun. Artinya, jika Al-Qur’an adalah kata-kata yang merupakan kreasi Nabi, beliau akan mengucapkannya kapan pun beliau mau.
Baca: Ahlulbait Adalah Rasulullah, Fatimah, Ali, Hasan dan Husain
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari surah Adh-Dhuha ini. Di sini, kita akan melihat salah satu di antaranya saja, yaitu yang terkait dengan beragam tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi, justru keberhasilan Rasul dalam menghadapi kesulitan itulah yang membuatnya tampil menjadi sosok yang agung dan mulia.
Rasulullah adalah orang mengalami masa kanak-kanak yang sangat sulit. Sejak lahir, beliau sudah menjadi anak yatim, karena ayahandanya, Abdullah, sudah meninggal saat beliau masih di dalam kandungan ibundanya, Aminah. Kemudian, di usia enam tahun, ibunya juga meninggal. Lalu, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutthalib. Dua tahun kemudian, yaitu saat usia beliau baru delapan tahun, kakeknya juga meninggal. Sejak saat itu, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Meskipun Abu Thalib memiliki kedudukan sosial yang terhormat di kalangan orang-orang Quraisy, tapi kehidupan dunianya terhitung sangat pas-pasan.
Bisa dibayangkan, betapa sulitnya masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, masa-masa sulit itu berhasil dilalui Rasulullah dengan sangat baik. Itu semua berkat penjagaan yang dilakukan Allah terhadap Nabi. Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa tak mungkin Allah, yang selama ini terbukti selalu menjaga Rasul-Nya dari derita keyatiman, kemudian begitu saja meninggalkan atau mengabaikan beliau.
Dari Kesulitan, Terbitlah Kemuliaan
Menurut para ulama, salah satu hikmah terbesar dari keyatiman Rasulullah dan masa sulit yang dihadapi oleh beliau semasa kanak-kanak adalah kesiapan beliau untuk mengemban beban risalah sangat berat. Rasulullah telah teruji mampu melewati masa-masa yang sangat sulit, sejak masih kecil. Maka, beliau lebih mungkin untuk bisa menanggung beban yang lebih berat lagi di masa dewasanya.
Hikmah lainnya adalah kedekatan beliau dengan orang-orang miskin yang akan diperjuangkannya. Sebagai orang yang pernah menjadi yatim sejak kanak-kanak, tentulah Rasulullah sangat memahami betapa beratnya kehidupan tersebut. Ini akan memberi motivasi berlebih kepada Rasulullah saat memperjuangkan orang yatim (miskin) agar kehidupan mereka berubah menjadi lebih baik.
Baca: Kata “Maaf”, Kunci Kemuliaan
Pada akhirnya, setelah melewati beragam kesulitan itu, Allah memberikan ganjaran sangat besar dan anugerah terbesar kepada Rasulullah SAW di dunia dan di akhirat, sampai Rasulullah betul-betul puas dan rela. Di dunia, salah satu kerelaan Rasulullah terlihat saat permintaan Rasulullah untuk mengubah kiblat shalat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram dikabulkan oleh Allah (lihat surah Al-Baqarah: 144). Adapun di akhirat, Allah akan memberi otoritas syafaat kepada Rasulullah. Siapapun yang dikehendaki oleh Rasulullah agar selamat dari siksa api neraka (meskipun orang tersebut berlumuran dosa), pasti akan selamat. Dalam kitab Bihar Al-Anwar jilid 8, halaman 57, riwayat dari Imam Baqir secara tegas menyatakan bahwa keridaan Rasulullah ada pada syafaatnya, sampai tak ada satu pun muwahhid yang tertinggal di neraka.
Tahadduts bin-Ni’mah
Ayat terakhir surah ini berisikan perintah agar kita senantiasa menyebut-nyebut nikmat dari Allah. Jadi, tahadduts bin ni’mah adalah salah satu perintah Allah kepada manusia. Imam al-Shadiq a.s. bersabda, “Tahadduts bin-ni’mah adalah: engkau senantiasa menyebut (mengingat) apa yang telah Allah berikan kepadamu; bahwa betapa Allah memberimu banyak kelebihan; menganugerahkan kepadamu rezeki yang melimpah; bahwa Allah berbuat baik kepadamu; dan Allah telah memberimu petunjuk.” (Lihat Tafsir Majma’ Al-Bayan dan Tafsir Al-Amtsal terkait surah ini).
(dikutip dari rubrik Tafsir, Buletin Al-Wilayah, edisi 20, Januari 2018, Jumada Al-Ula 1439)