Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Para Ulama Periwayat Hadis Ghadir Khum

Diriwayatkan Rasulullah Saw naik ke atas mimbar, beliau berbicara dengan khotbah yang sangat istimewa Rasulullah saw bersabda:

“Wahai sekalian manusia! Bukankan aku lebih utama dari kamu sekalian?”
Mereka menjawab, “Benar!”
Beliau berkata, “Barangsiapa menjadikan aku wali, maka inilah Ali sebagai walinya.”

Kemudian Nabi Saw mengangkat kedua tangannya menengadah ke langit dan berdoa untuk Imam Ali a.s. dan orang-orang yang mendukungnya, serta mereka yang menjadikannya sebagai wali. Rasulullah berkata: “Ya Allah… Utamakanlah orang yang mengutamakan Ali, dan musuhilah orang yang memusuhinya. Tolonglah orang yang menolongnya, hinakanlah orang yang menghinakannya.”

Baca: Kisah Perjalanan ke Ghadir

Selanjutnya Nabi Saw memerintahkan para sahabatnya agar menyediakan tempat bagi Ali, kemudian mendudukkannya di tempat itu. Nabi kemudian memerintahkan semua yang bersama beliau untuk mendatanginya, baik perseorangan ataupun berjamaah, untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya atas kepemimpinan Ali a.s. Kemudian mereka diperintahkan mambaiatnya. Rasulullah Saw berkata, “Tuhanku telah memerintahkan kepadaku tentang hal ini, dan menyuruh kamu sekalian untuk berbaiat kepada Ali a.s.”

Semua yang bersama Nabi Saw pada waktu Haji Wada telah membaiatnya, kemudian mereka keluar dari Khum dan melanjutkan perjalanannya menuju Madinah.

Jumhur ulama Islam dari berbagai mazhab telah mengakui bahwa Nabi Saw pada hari ke 18 Zulhijah sepulangnya dari Haji Wada menuju Madinah beliau berhenti di Ghadir, sebuah dataran yang bernama Khum. Beliau memerintahkan orang-orang yang mendahuluinya untuk kembali dan menanti orang-orang yang tertinggal di belakang. Sehingga semua orang yang bersama beliau berkumpul, jumlah mereka pada waktu itu 70.000 orang atau lebih. Dalam kitab tafsirnya al-Tsalabi dan Tadzkirah-nya Ibnu al-Jauzi disebutkan bahwa jumlah mereka pada saat itu adalah 120.000 orang, semuanya hadir di Ghadir Khum.

Baca: Kultur Perayaan Idul Ghadir

Tentang peristiwa ini banyak ulama dan ahli hadis baik Syiah maupun Sunni menyebutkannya dalam musnad dan kitab-kitab mereka. Kami sebutkan dari kalangan ulama-ulama besar Ahlusunnah yang telah meriwayatkan hadis tersebut, dari sekian banyak periwayat berikut di antara:

  1. Fakhrurrazi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib.
  2. Al-Tsalabi dalam tafsirnya Kasfu al-Bayyan.
  3. Jalaluddin al-Suyuti dalam al-Durr al-Mantsur.
  4. AI-Hafizh Abu Na’im dalam Hilyatu al-Awliya’.
  5. Abu al-Hasan al-Wahidi al-Naisaburi dalam Asbab al-Nuzul.
  6. Thabari dalam tafsirnya al-Kabir
  7. Nizhamuddin al-Naisaburi dalam tafsirnya Ghara’ib al-Qur’an.
  8. Muhammad bin Ismail al-Bukhari dalam Tarikh-nya, juz 1/375.
  9. Muslim bin al-Hajjaj dalam Sahih-nya, juz 2/325.
  10. Abu Daud al-Sajastani dalam Sunan-nya.
  11. Muhammad bin Isa al-Tirmizi dalam Sunan-nya.
  12. Ibnu Katsir al-Dimasyqi dalam Tarikh-nya.
  13. Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya, juz 4/281-371.
  14. Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya Sir al-‘Alamin.
  15. Ibnu Abdu al-Bar dalam al-Isti’ab.
  16. Muhammad bin Thalhah dalam Mathalib al-Su’al.
  17. Ibnu al-Maghazali dalam al-Manaqib.
  18. Ibnu al-Shibagh al-Maliki dalam kitabnya al-Fushl al-Muhimmah.
  19. Khatib al-Khawarizmi dalam al-Manaqib.
  20. Ibnu al-Atsir al-Syaibani dalam Jami’ al-Ushl.
  21. Al-Hafizh al-Nasa’i dalam al-Khasha’is, dan dalam Sunan-nya.
  22. Al-Hafizh Syaikh Sulaiman Hanafi al-Qunduzi dalam Yanab’ al-Mawaddah.
  23. Ibnu Hajar dalam al-Shaw’i al-Muhriqah.
  24. AI-Hafizh Ibnu Majah dalam Sunan-nya.
  25. Hakim al-Naisaburi dalam Mustadrak-nya.
  26. Al-Hafizh Sulaiman bin Ahmad Thabrani dalam al-Awsath.
  27. lbnu al-Atsir al-Jizri dalam kitabnya Usud al-Ghabah.
  28. Sabth lbnu al-Jauzi dalam kitabnya Tadzkirat Khawashi al-Ummah
  29. lbnu Abdi Rabbah dalam al-‘Aqdu al-Farid.
  30. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Minhaj al-Sunnah.
  31. lbnu Hajar al-‘Asqalani dalam Tahztbu al-Tahzib dan dalam Fathu al-Bari.
  32. Abu Sa’id al-Sajastani dalam kitabnya al-Dirayah fi Hadits al-Wilayah
  33. Allamah al-‘Abdari dalam kitab al-Jam’u baina al-Shihah al-Sittah.
  34. Fakhrurrazi dalam kitab al-Arba’in,
  35. Al-Suyuti dalam TarIkh al-Khulafa.
  36. Al-Munawi dalam Faidh al-Qadirfi Syarhi al-Jami’ al-Shaghir.
  37. Allamah al-Nawawi dalam kitab Tahdzib al-Asm’ wa al-Lughat.
  38. Syaikh al-Islam al-Humawaini dalam Fara’idh al-Samthin
  39. Abu al-Fath al-Syahrastani al-Syafi’i dalam al-Milal wa al-Nihal.
  40. Hafizh al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad.
  41. Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh al-Kabir.
  42. lbnu Abi al-Hadid Mutazili dalam Syarah Nahj al-Balaghah.
  43. lbnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya.
  44. Muttaqi al-Hindi dalam kitabnya Kanzu al-‘Ummal.
  45. Syamsuddin al-Dimasyqi dalam kitabnya Asna al-Mathalib.

Apabila dikumpulkan hadis-hadis tersebut, pasti membutuhkan berjilid-jilid dalam menyusun buku tersendiri tentang hadis kewalian ini, di antaranya adalah Ibnu Jarir al-Thabari, seorang  ahli tafsir dan sejarah yang terkenal. Beliau telah meriwayatkan hadis ini dari 75 jalan periwayatan dalam sebuah kitab yang ia beri nama al-Wilayah.

Baca: Tentang Idul Ghadir

Hafizh Ibnu ‘Uqdah, yang juga telah menulis sebuah kitab yang berkaitan dengan persoalan ini, yang juga diberi nama al-Wilayah. la telah mengumpulkan 125 jalan periwayatan yang dinukil dari 125 sahabat Rasulullah Saw disertai dengan penelitian dan komentar-komentarnya yang sangat berharga.

Al-Hafizh Ibnu Hadad al-Hiskani telah mengarang sebuah kitab yang ia beri nama al-Wilayah juga.   Beliau menerangkan hadis dan peristiwa al-Ghadir secara terperinci.

*Disarikan dari buku Mazhab Sang Pencinta Keluarga Nabi karya Ayatullah Sayyid Muhammad Al-Musawi

No comments

LEAVE A COMMENT