Mazhab Ja’fari menyebar dengan kekuatan dan sendi-sendinya sendiri. Tempat lahirnya adalah Hijaz. Tepatnya adalah Madinah Munawwarah. Lalu menyebar ke Syam, yang benih-benihnya dibawa dan ditebar di sana oleh Abu Dzar. Ia memiliki tempat istimewa di Sharfand, yang kemudian dibangun di sana sebuah masjid yang ramai dan makmur.
Ibnu Jubair, dalam kunjungannya ke Syam di abad ke-6 H, mengatakan: “Jumlah pengikut Syi’ah lebih banyak daripada pengikut Ahlusunnah. Mereka telah memenuhi negeri ini dengan mazhab mereka.” (Ibnu Jubair, ar-Rihlah, hal. 252)
Kurd Ali berkata: “Sejarah Syi’ah di Syam berujung pada abad pertama Hijriah.” Dia juga menyinggung desa-desa mereka di Himsh dan selainnya. (Kurd Ali, Khuthath al-Syam, 6/252)
Mazhab Syi’ah juga menyebar di Afrika sampai muncul seorang penguasa yang mendorong untuk pembasmian kaum Syi’ah pada tahun 407 H. Pasukan militer pun bergabung dengan masyarakat umum dalam pembantaian ini. Mereka bahkan tetap saja membunuh orang Syi’ah meskipun mereka berlindung di dalam Masjid Jamik Qirwan. (Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, 9/123)
Baca: Rasionalisme Mazhab Syiah
Mazhab Syi’ah masuk ke India melalui para pendakwah Syi’ah yang kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Mayoritas kaum Syi’ah di India berpusat di kota Lucknow, selain kota-kota lain seperti Lahore dan Punjab. (Tarikh al-Syi’ah, hal. 258)
Di Mesir, Syi’ah disebarkan oleh para sahabat yang menyaksikan penaklukan (fath). Sedangkan Mazhab Syi’ah berkembang di Turki hingga Sultan Sulaiman I (w.966 H) naik tahta. Dia membunuh 40.000 orang Syi’ah. Syekh Mufti Turki mengeluarkan fatwa pemberian hadiah bagi orang yang membunuh Syi’ah. (Miskhah as-Sari wa Nuzhah al-Qari, hal. 123-124)
Di Qatif dan Ihsa, bagian dari Hijaz, terdapat pengikut mazhab Syi’ah dengan jumlah yang mencolok. Sedangkan di Afganistan jumlah mereka diperkirakan lebih dari sepuluh juta jiwa. Demikian pula di Cina, Rusia, Irak dan Iran. Di negeri Persia ini, mula-mula mazhab Syi’ah tumbuh di kota Qom, lalu berkembang dan menyebar ke seluruh negeri.
Di Yaman, penduduknya bermazhab Syi’ah Zaidi. Sangat disayangkan ucapan Syahristani yang mengatakan bahwa mereka itu (Zaidiyah Yaman) lebih mengagungkan imam-imam Muktazilah daripada para Imam Ahlulbait a.s. (Al-Milal wa al-Nihal, 1/84)
Baca: Fakta tentang Eksistensi Mazhab Syiah
Akan tetapi lihatlah karya-karya ulama mereka yang penuh dengan nyanyian-nyanyian kecintaan kepada Ahlulbait a.s. Allamah penulis al-Hidayah al-Lulu’iyah berkata: “Sungguh aku mencintai Nabi dan keluarganya, yang telah bersemayam di balik tulang-tulang igaku. Allah tidak menghendaki untukku selain Syi’ah sebagai mazhab. Siapa pun yang mencelaku karena ini, maka aku tak kan peduli.” (Al-Badr al-Thali, 1/26)
*Dikutip dari buku karya Dr. Asad Haidar – Universitas Imam Ja’far Shadiq