Palestina adalah masalah paling nyata di Dunia Islam, yang menunjukkan betapa umat Muhammad ini menjadi objek kezaliman. Puluhan tahun lamanya bangsa Palestina berada di bawah kungkungan penjajahan Zionis yang disokong sepenuhnya oleh imperium internasional. Berbagai cara mereka lakukan demi melanggengkan sekaligus memperluas penjajahan dan kejahatan mereka. Berbagai proganda dengan menggunakan media dan uang hasil perampokan dibuat untuk membenarkan perilaku busuk itu.
Salah satu musibah dunia sekarang adalah dukungan para pengklaim pembela kebebasan, HAM, dan demokrasi terhadap kejahatan nyata rezim Zionis. Ini adalah hal yang sangat ironis. Rezim yang memberangus kemerdekaan bangsa Palestina, yang menginjak-injak HAM, serta yang mengabaikan aspirasi masyarakat internasional, kini dikesankan sebagai rezim yang punya hak kebebasan untuk hidup serta yang menjunjung HAM. Untuk itu, media yang dikontrol oleh Barat mencoba mengarahkan negara-negara dunia, organisasi internasional, LSM, bahkan kalangan internal Palestina agar mau berunding dengan Zionis Israel; agar mereka mendekati Zionis Israel dengan negosiasi. (Baca: Solidaritas Palestina, Salah Satu Pilar Persatuan Islam)
Lihatlah, bagaimana pemerintahan Otoritas di Ramallah, Palestina, berkali-kali bisa digiring agar mereka mau berunding dengan rezim penjajah Israel. Seperti perundingan-perundingan lainnya dengan rezim yang jahat, akibat dari negosiasi dengan Zionis adalah semakin diinjak-injaknya hak rakyat Palestina serta semakin bertambahnya motivasi Israel untuk melakukan penindasan dan kejahatan yang lebih besar.
Inilah salah satu petaka dunia modern, yaitu munculnya orang-orang yang secara terang-terangan mendukung kejahatan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, karena media berhasil menutupi wajah buruk mereka dengan topeng seolah-olah sebagai pihak pembela kebenaran. Penindasan bangsa Palestina oleh Zionis adalah contoh nyatanya. Selama posisi Zionis sebagai penjahat selalu mencoba dikaburkan; dan selama Amerika sebagai pendukung Zionis malah dikesankan sebagai pendekar HAM, petaka penindasan ini akan terus berlanjut. Lihatlah, bagaimana selama tujuh dekade ini, penindasan dan perampasan hak-hak bangsa Palestina belum berhenti. Dunia masih menyaksikan perusakan rumah-rumah, penangkapan tanpa sebab, dan pemisahan paksa antara orang tua dan anak-anaknya. (Baca: Agama Hanya Kedok, Tujuan Mereka adalah Dunia)
Para pejabat Otorita Palestina telah mengikuti sejumlah perundingan dengan harapan bisa mencapai jalan damai dengan Israel. Mereka berpikir bisa mengakhiri krisis Palestina dengan mengajak Israel duduk di satu meja dan berjabat tangan. Tapi lihatlah apa yang terjadi? Perundingan-perundingan damai selama ini tidak membuahkan hasil apapun bagi Palestina dan bangsa-bangsa Arab, kecuali perluasan pembangunan distrik Zionis dan semakin meningkatnya tekanan Israel terhadap Palestina.
Jadi, pertama-tama, kita harus menempatkan posisi Zionis Israel secara benar. Mereka adalah rezim yang didirikan untuk mewujudkan sebuah negara dengan cara menjajah sebuah kawasan. Sampai sekarang, mereka tidak pernah mundur dari tekad itu. Mereka menganggap diri sebagai kaum terpilih serta pemilik hak sepenuhnya atas tanah yang sangat luas itu, yang saat ini dihuni oleh kaum Muslimin. Dengan klaim yang sangat imperialis dan rasis itu, tidak diragukan bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan Palestina dan satu-satunya resep untuk menyembuhkan luka rakyat Palestina adalah perlawanan.
Memang benar bahwa perjuangan bangsa Palestina tersebut selalu menghadapi tantangan besar, di antaranya pengkhianatan dan kemunafikan beberapa negara Arab kawasan serta konspirasi jahat mereka dalam mengikuti Setan Besar. Ini adalah fakta yang dirasakan oleh rakyat Palestina sebagai pejuang garda terdepan dalam melawan tekanan, kezaliman, dan kejahatan musuh. Tugas kitalah untuk selalu memberikan dukungan kepada para pejuang Palestina. Ini adalah tugas agama dan kemanusiaan kami. Sebaliknya, berdamai dengan penjajah adalah bentuk penentangan terhadap agama dan kemanusiaan. (Baca: Maulid Nabi dan Persatuan Umat Islam)
Lembaga-lembaga internasional sampai sekarang juga belum mampu berbuat banyak atau justru sengaja membiarkan penindasan itu. Dari sisi inilah, Dunia Islam memikul tugas penting terhadap masalah Palestina. Kami percaya bahwa Dunia Islam tidak akan mengabaikan isu Palestina. Hanya Dunia Islam dan beberapa pihak minoritas di dunia yang masih punya hati nurani, sehingga hanya merekalah yang akan selalu mengutuk rezim penjajah dan para pendukungnya.
Saya percaya bahwa kaum Muslimin di seluruh dunia masih punya hati nurani. Mereka akan mampu memikul tugas besar ini dengan serius, heroik, dan matang, yang akan memaksa musuh untuk mundur ke titik ketiadaan.[*]
[Dikompilasi dan disadur dari pidato Imam Ali Khamenei, Agustus 2013, serta surat beliau kepada Ismail Haniyeh pada April 2018, sumber: IRIB dan ABNA]
(Dikutip dari rubrik Pesan Spiritual Imam Ali Khamenei, Buletin Al-Wilayah edisi 24, Agustus 2018, Dzulqadah 1439H)
Baca: “Ekstremisme dalam Agama“