Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

1 Dzulhijjah adalah hari bahagia bagi para pencinta Rasulullah saw. dan keluarganya. Adik-adik ada yang tahu kejadian bahagia apa yang terjadi?

Lupa atau tidak tahu?

Tanggal 1 Dzulhijjah adalah hari pernikahan dua manusia mulia kekasih Nabi Al-Musthafa saw., yaitu Sayyidah Fatimah dengan Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah.

Rasulullah saw bersabda, “Wahai Fatimah! Aku nikahkan engkau dengan orang pertama yang beriman kepada Allah dan kepadaku.”

Adik-adik ingin tahu lebih banyak tentang pernikahan mulia ini? Yuk simak baik-baik riwayat di bawah ini:

Tak terasa hari demi hari berlalu dengan cepat. Sayyidah Fatimah kecil kini tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Sebagian sahabat datang untuk melamarnya. Abu Bakar di antara orang yang datang menemui Rasulullah saw. untuk meminang putrinya. Namun Rasulullah saw. tidak menyambut pinangannya. Beliau saw. hanya diam lalu berkata, “Aku menunggu perintah dari Allah swt.” Abu Bakar pun pergi dengan sedih.

Setelah itu, Umar bin Khattab datang untuk melamar dan berharap dapat menjadi menantu Rasulullah. Namun Rasulullah saw. menjawab dengan  jawaban yang serupa.

Tidak mau kalah, Abdurrahman bin Auf pun mendatangi Rasulullah saw. untuk meminang Sayyidah Fatimah a.s. Namun jawaban Rasulullah saw. tetap sama seperti sebelumnya.

Sebagian kaum Muhajirin berkata kepada Ali as, “Mengapa engkau tidak melamar Fatimah, puteri Nabi saw.?”

Imam Ali a.s. menjawab, “Demi Allah! Aku tidak memiliki apa pun.”

Mereka berkata, “Rasulullah saw. tidak menghendaki apa pun darimu.”

Akhirnya, Imam Ali datang menemui Rasulullah saw. Namun Imam Ali tidak mampu mengutarakan niatnya karena rasa malu yang menghinggapinya. Beliau a.s. hanya duduk di hadapan Rasulullah saw.

Hingga akhirnya, Rasulullah memulai pembicaraan dan bertanya, “Apa yang ada di benakmu, wahai Ali?”

“Terlintas di benakku Fatimah, wahai Rasulullah,” jawab Imam Ali dengan mata yang berkaca-kaca.

Maka Rasulullah menjawab “Marhaban wa ahlan.

Imam Ali a.s. pun terdiam dan tersipu malu. Maka keluarlah Imam Ali dari rumah Nabi saw. Para sahabat telah menunggu di luar rumah dan bertanya, “Apa yang Rasulullah katakan kepadamu?”

Imam Ali menjawab “Rasulullah berkata ‘marhaban wa ahlan’”.

Para sahabat berkata “Wahai Ali! Seandainya Rasulullah berkata satu kata saja, itu sudah cukup bagimu, akan tetapi Rasulullah telah memberimu dua jawaban yaitu ‘marhaban wa ahlan’. Tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah saw. telah menyetujuinya.”

Imam Ali as sangat bahagia mendengarkan ucapan para sahabat, meskipun beliau belum mendapat jawaban yang sebenarnya dari Rasulullah saw.

Dalam sebagian riwayat, Rasulullah masuk ke kamar Fatimah untuk bermusyawarah dengannya dan berkata, “Wahai Fatimah! Sesungguhnya Ali ingin meminangmu. Engkau pun telah mengenal Ali dengan baik.”

Maka Sayyidah Fatimah diam dan tersipu malu. Rasulullah saw. faham bahwa diamnya Fatimah menandakan kerelaan dan persetujuannya. Maka dimulailah persiapan untuk menggelar acara pernikahan.

Dalam sebagian riwayat dijelaskan, Rasulullah berkata kepada Imam Ali, “Hai Ali! Apakah engkau memiliki sesuatu yang bisa dijadikan sebagai mahar?”

Imam Ali menjawab, “Wahai Rasulullah! Aku tidak memiliki sesuatu pun kecuali pedang dan baju perang.”

Imam Ali tumbuh besar dalam didikan Rasulullah. Seperti kita ketahui bahwa beliau a.s. hidup dalam kezuhudan dan keqanaahan.

Dikatakan kepadal Imam Ali, “Duhai Ali! Mengenai pedangmu, engkau harus tetap menggunakannya untuk berperang di jalan Allah. Sedang baju zirahmu juallah!”

Maka Utsman bin Affan membeli baju perang tersebut dengan harga 480 dirham, lalu Imam Ali menyerahkan hasil penjualan itu kepada Rasulullah saw.

Sebagian kaum Muhajirin mengeluhkan pernikahan dua cahaya ini, namun Nabi saw. mengatakan, “Saya tidak memberikan Fatimah kepada Ali, Allah yang memberikannya untuk Ali.”

Aisyah, istri Nabi saw. berkata, “Demi Allah! Aku tidak melihat pernikahan yang lebih mulia dari pernikahan Fatimah.”

Bagaimana bisa sebuah pernikahan dapat menandingi pernikahan Fatimah, sedangkan pernikahan Fatimah telah dirayakan di langit sebelum dirayakan di bumi dengan ridha Allah swt.

Lalu dimulailah perayaan pernikahan. Nabi saw. pun keluar dengan membawa binatang sejenis kuda dan berkata, “Naiklah, wahai putriku Fatimah.”

Lalu beliau memerintahkan Salman, “Bawa dan tuntun ia menuju rumah Ali!” Sementara itu, Rasulullah mengikuti dari belakang dengan Sayyidina Hamzah beserta keluarga Bani Hasyim dalam bentuk arak-arakan menuju rumah Imam Ali a.s.

Rasulullah saw. memberikan perintah kepada sebagian perempuan untuk mengarak Sayyidah Fatimah dengan disertai lantunan syair-syair pujian dan takbir kepada Allah serta menarik Sayyidah Fatimah dalam arak-arakan tersebut.

Sungguh pernikahan yang sangat indah dan mulia…

Pernikahan yang membuat seluruh alam riang gembira…

Pernikahan Sang Puteri yang akan menjadi pemimpin para wanita di surga…

Pernikahan yang akan menghasilkan para kesatria yang akan menjadi penghulu para pemuda di surga…

No comments

LEAVE A COMMENT