Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Pidato tentang Fitnah yang Disampaikan Rasulullah Saw pada Saat Sakit Menjelang Wafatnya

Di dalam kitab al-Irsyad, Syekh al-Mufid menyebutkan bahwa Rasulullah Saw pergi ke masjid dalam keadaan kepalanya diikat dan tangan kanannya bersandar kepada Amirul Mukminin Ali a.s. sementara tangannya kirinya bersandar kepada Fadhl bin Abbas, hingga beliau menaiki mimbar dan duduk di atasnya. Kemudian Rasulullah Saw bersabda:

“Wahai manusia, telah tiba waktunya aku pergi dari tengah-tengah kalian. Siapa saja yang mempunyai tagihan janji di sisiku silakan datang, biar aku memberinya. Siapa saja yang mempunyai piutang atasku tolong beritahu aku.

Wahai manusia, tidak ada sesuatu di antara Allah dengan seorang hamba yang menyebabkan Allah memberi kebaikan kepadanya dan menyingkirkan keburukan darinya selain amal perbuatan.

Wahai manusia, janganlah seorang penuntut hanya menuntut dan janganlah orang yang berharap hanya berharap. Demi Dzat Yang telah mengutusku dengan kebenaran, tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang kecuali amal perbuatan dengan rahmat. Sekiranya aku membangkang niscaya aku binasa. Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan.”

Baca: Rasulullah Saw adalah Akal Semua Manusia

Kemudian Rasulullah Saw turun dari mimbar dan salat, lalu masuk ke rumahnya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa tatkala Rasulullah Saw menderita sakit yang membawa kepada kematiannya, beliau keluar rumah dengan kepalanya diikat sambil berpegang kepada tangan Amirul Mukminin a.s. dan tangan Fadhl bin Abbas. Sementara orang-orang mengikutinya. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Wahai manusia, telah tiba waktunya bagiku untuk pergi. Aku telah diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi penghuni Baqi’.”

Kemudian Rasulullah mendatangi dan memasuki pekuburan Baqi’, lalu bersabda:

“Salam sejahtera atasmu wahai penghuni tanah. Salam sejahtera atasmu wahai orang-orang yang berada di tempat terasing. Aku mengucapkan selamat dengan apa yang telah kalian alami sementara manusia lain belum mengalaminya. Sungguh, akan datang banyak fitnah tidak ubahnya potongan-potongan malam yang gelap gulita. Fitnah yang pertama akan diikuti fitnah berikutnya.”

Kemudian Rasulullah Saw memohonkan ampun bagi mereka, dan berlama-lama dalam memohonkan ampun. Setelah itu Rasulullah Saw kembali menaiki mimbar sementara orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Rasulullah Saw memuji Allah Swt, lalu berkata:

“Wahai manusia, telah tiba waktunya bagiku untuk pergi. Sesungguhnya Jibril telah mendatangiku. Biasanya setiap tahun Jibril membandingkan Alquran denganku sebanyak sekali, namun tahun ini dia telah membandingkannya denganku sebanyak dua kali. Aku tidak dapat mengatakan itu kecuali telah tibanya saat ajalku. Siapa saja yang mempunyai piutang atasku hendaknya dia menyebutkannya supaya aku membayarnya. Siapa saja yang mempunyai tagihan janji di sisiku hendaknya dia menyebutkannya biar aku memberinya.

Wahai manusia, janganlah seorang penuntut hanya menuntut dan janganlah orang yang berharap hanya berharap. Demi Dzat Yang telah mengutusku dengan kebenaran, tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang kecuali amal perbuatan dengan rahmat. Sekiranya aku membangkang niscaya aku binasa.”

Kemudian Rasulullah Saw mengangkat wajahnya ke arah langit lalu berkata: “Ya Allah, aku telah menyampaikan.”

Baca: Pendusta di Zaman Rasulullah Saw

Hadis ini diriwayatkan oleh kedua kalangan (Syiah dan Sunni) namun dengan redaksi yang berbeda-beda. Ucapan Rasulullah Saw “Sungguh, akan datang banyak fitnah”, yang dimaksud ialah fitnah khilafah, dan perbuatan yang menyakiti Ahlulbaitnya terutama Fathimah a.s., serta merampas tanah Fadak dari tangannya dan mengusir pekerjanya dari tanah tersebut. Mereka mengklaim bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan.” Kita berlindung kepada Allah dari apa yang mereka katakan terhadap Rasulullah Saw padahal Rasulullah sama sekali tidak mengatakannya, apalagi jika hal itu bertentangan dengan apa yang dikatakan Alquran bahwa para nabi meninggalkan warisan.

Di samping itu, tanah Fadak telah Rasulullah Saw hadiahkan kepada Fathimah a.s. semasa Rasulullah Saw masih hidup, dan Fatimah telah mengurus dan mengembangkannya. Mereka menolak kesaksian yang diberikan Imam Ali, Ummu Aiman, Hasan, dan Husain. Serta perbuatan mereka menyakiti kaum Anshar.

*Dikutip dari kitab Madinah Balaghah – Syekh Musa Zanjani

No comments

LEAVE A COMMENT