Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Rahasia Di Balik Salat Awal Waktu (Bag. Pertama)

Malam itu langit terlihat indah. Cahaya rembulan dan kerlap-kerlip bintang menambah keindahannya. Hasan dan teman-temannya yang baru saja selesai salat berjamaah tidak langsung pulang. Mereka duduk di halaman masjid menikmati keindahan malam itu.

Tiba-tiba Imam Masjid menyapa mereka dan berkata, “Anak-anak, mau denger cerita ustaz?”

“Mau,” jawab Hasan dan teman-temannya serempak.

“Saya punya seorang sahabat. Profesi awalnya sopir angkot. Setiap hari, dia menyupir angkot dengan sistem setoran kepada pemiliknya.

Suatu hari, majikannya bangkrut, karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya sahabat saya ini, namanya Rahim, tidak punya pekerjaan lagi, karena angkot majikannya sudah dijual.

Rahim bukan tipe orang yang gampang putus asa. Dia terus berusaha mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya.

Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang istri di sebuah rumah kontrakan kecil. Tidak ada yang istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari penumpang dan sorenya pulang.

Namun setelah dicermati, ada satu hal yang membuat Rahim berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Rahim selalu menjaga salat awal waktu.

Di mana pun dia berada, selalu menyempatkan bahkan memaksakan salat awal waktu. Setiap mendekati waktu salat, jika tidak ada penumpang, dia mangkal di tempat terdekat dengan masjid.

Dia tidak pernah ketinggalan salat wajib awal waktu, bahkan selalu dengan berjamaah di masjid. Itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Istri dan ketiga putrinya pun begitu, selalu salat di awal waktu.

Suatu hari Rahim sedang mangkal di salah satu hotel berbintang di Bandung. Tiba-tiba ada seorang ibu, sebut saja Khadijah, turun dari mobil Mercy dan mendekatinya. Dia meminta untuk diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di kawasan alun-alun kota.

Ketika si Ibu itu bilang minta diantar dengan becak, Rahim malah balik bertanya, “Tidak salah, Bu, naik becak?”

“Tidak Bang, jalanan macet, biar mobil diparkir di hotel saja, sekaligus sopir saya istirahat,” jawab Bu Khadijah.

Maka diantarlah Bu Khadijah ke pusat perbelanjaan yang diinginkan. Rahim pun mengayuh becak sambil terheran-heran. Ketika mendekati alun-alun, terdengarlah suara azan zuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.

Rahim langsung membelokkan becak ke pelataran Masjid. Bu Khadijah pun heran dengan kelakuan Rahim.

“Bang, kok berhenti disini?” kata Bu Khadijah.

“Iya Bu, sudah azan. Allah memanggil kita untuk salat. Saya mau salat dahulu. Ibu turun di sini saja, tokonya sudah dekat kok, di belakang Masjid ini. Ibu tidak perlu bayar,” jawab Rahim.

“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.

“Kalau Ibu mau saya antar, saya salat dahulu, ya Bu?” kata Rahim.

Setelah selesai salat, Rahim pun kembali ke becaknya. Ternyata Bu Khadijah masih menunggu di sana. Maka diantarlah Bu Khadijah ke pusat perbelanjaan tersebut.

“Bang tunggu di sini ya, nanti antar lagi saya ke hotel,” kata Bu Khadijah.

“Iya Bu, tapi kalau Ibu balik lagi ke becak bersamaan dengan azan asar dikumandangkan, Ibu tunggu di sini, saya jalan kaki ke masjid,” sahut Rahim.

Bu Khadijah kembali ke becak pada pukul 15:30. Kemudian di becak dia bertanya di mana Rahim tinggal. Dia penasaran dengan kebiasaan Rahim. Demi salat di awal waktu, Rahim berani meninggalkan penumpang di becak, tidak perduli dibayar atau tidak.

“Saya ingin tahu rumah Abang,” kata Bu Khadijah.

“Waduh memangnya kenapa, Bu?” tanya Rahim kaget.

“Saya ingin mengenal keluarga Abang,” lanjut Bu Khadijah.

“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagi pula di rumah saya tidak ada apa-apa,” ujar Rahim.

Bu Khadijah terus memaksa. Akhirnya Rahim menyerah. Setelah Bu Khadijah salat jamak zuhur dan asar di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Rahim. Tapi kali ini Rahim menaiki becaknya dan Bu Khadijah mengikuti dengan mobil Mercy terbaru di belakangnya.

Setibanya di rumah kontrakan Rahim, Bu Khadijah kaget, karena rumah Rahim sangat kecil dan serba kekurangan, tapi kok berani tidak dibayar demi salat di awal waktu.

Karena penasaran, Bu Khadijah bertanya, “Bang, kok berani tidak dibayar?”

“Rezeki itu bukan dari pekerjaan kita Bu, tapi datangnya dari Allah. Saya yakin itu. Makanya kalau Allah memanggil, kita harus datang menghadap,” sahut Rahim.

Hayya ‘alal falaah, kan jelas Bu, marilah kita menuju kemenangan, kesejahteraan, kebahagiaan. Saya sudah berusaha berikhtiar dengan menarik becak, hasilnya kita serahkan kepada-Nya. Yang penting kita bertakwa, ya kan Bu?” kata Rahim.

Bu Khadijah pun terdiam sambil meneteskan air mata.

Setelah diperkenalkan dan berbincang-bincang dengan keluarga Rahim, Bu Khadijah pamit sambil berpesan untuk mengantarkannya kembali minggu depan.

“Insya Allah, saya siap Bu,” kata Rahim.

Sebelum pergi, Bu Khadijah memberikan ongkos becak ke istri Rahim, Zahra. Setelah Bu Khadijah pergi, ongkos becak yang dimasukan ke amplop dibuka oleh Rahim. Mata Rahim terbelalak dan diam tercengang. Ternyata isinya satu juta rupiah.

“Terima kasih, ya Allah,” ucap Rahim.” (Kisah ini masih berlanjut)

Inilah realisasi dari hadis Nabi saw. yang berbunyi, “Salat di awal waktu dapat memperluas rezeki dan memberikan keberkahan di rumah.”

Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah swt. adalah salat di awal waktu, berbakti kepada kedua orang tua, kemudian  jihad di jalan Allah swt.[*]

Penasaran dengan lanjutan cerita diatas? Tunggu di kids corner selanjutnya…(Bersambung)

Baca: “Rahasia Di Balik Salat Awal Waktu (Bag. Terakhir)

 

No comments

LEAVE A COMMENT