Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Ramadan dan Pembentukan Kepribadian Islami

Setiap tahun, umat Islam merayakan bulan suci Ramadan dengan cara istimewa karena bulan ini menuntut mereka untuk menjalankan kewajiban puasa. Selain mengubah pola makan dan perilaku, bulan Ramadan juga menciptakan suasana spiritual yang begitu indah. Kewajiban puasa ini telah membentuk tradisi baru dalam kehidupan sosial masyarakat, menjadi ciri khas bulan mulia ini baik di lingkungan khusus maupun umum.

Ibadah puasa memiliki dimensi material dan spiritual yang saling terkait. Secara material, puasa mengharuskan kita menahan diri dari makan, minum, dan kenikmatan tertentu. Namun, dari sisi spiritual, puasa merupakan tindakan untuk mendekatkan diri pada Allah. Gabungan dari kedua makna ini menciptakan kesadaran spiritual yang mendorong kita untuk mengendalikan diri terhadap segala kenikmatan. Dengan menghindari kelezatan dunia dan mendalami makna kedekatan pada Allah, kita dapat membentuk kepribadian yang positif di segala aspek kehidupan. Pendidikan Islam bertujuan untuk membina kepribadian Muslim yang sesuai dengan ajaran Allah.

Ketika kita mengarahkan perhatian pada Allah, kita hanya akan bergerak dengan cara yang menghormati-Nya dan menjunjung tinggi kecintaan serta takut pada-Nya. Inilah rahasia tauhid Islam yang menghubungkan kita dengan keesaan Sang Pencipta. Sebagai Muslim, kita harus mengikuti jalan ini dan bergembira dengan surga yang dijanjikan-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat: Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian beristikamah, maka malaikat turun kepada mereka dan menyeru, “Janganlah kalian takut dan bersedih, bergembiralah kalian dengan surga yang dijanjikan untuk kalian.” (QS. Fushilat: 30)

Baca: Keunikan dan Berkah Bulan Ramadan

Allah juga berfirman: Katakan, “Sesungguhnya salatku, hidup, dan matiku semua untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan dan aku orang yang yang pertama-tama berserah diri.” (QS. al-An’am: 162-163)

Dalam perspektif kemanusiaan, puasa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran sosial seorang Muslim. Dengan merasakan kelaparan, seseorang akan secara otomatis merasa empati terhadap masyarakat miskin yang juga merasakan penderitaan yang sama. Munculnya kesadaran ini akan membawa seseorang untuk bertanggung jawab dan berusaha mengentaskan kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat miskin tersebut. Hal ini dapat dilakukan secara individu atau melalui usaha bersama-sama dengan orang lain, atau bahkan secara politik dengan cara mengupayakan perubahan sistem yang berlaku.

Puasa juga dapat membangkitkan kecenderungan spiritual manusia untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Melalui lapar dan haus, seseorang akan teringat pada kelaparan dan kehausan yang terjadi di hari Kiamat saat berada di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatan buruknya. Oleh karena itu, di kehidupan dunia, ia akan berusaha melakukan sesuatu yang dapat mengantisipasi hal tersebut dengan menghindari perilaku buruk, memperbaiki kesalahan, dan mengambil langkah yang benar dengan tujuan yang jelas. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah Saw di awal khotbahnya untuk menyambut bulan suci Ramadan, bahwa rasa lapar dan haus akan mengingatkan kita pada kelaparan dan kehausan pada hari Kiamat.

Dengan demikian, ibadah puasa memiliki makna dan kesadaran yang sangat luas, bahwa Allah menghendaki manusia hidup dalam kebaikan, ketakwaan, dan kebenaran.

Membaca Al-Qur’an di Bulan Ramadan

Bulan Ramadan menegaskan pentingnya membaca Al-Qur’an, tidak hanya sebagai ritual, tetapi juga dalam suasana spiritual yang dapat memperkaya pikiran dan jiwa. Pengaruh membaca Al-Qur’an terhadap jiwa sangat dipengaruhi oleh suasana jiwa pembacanya. Jika dibaca dengan semangat untuk memahami kedalamannya, Al-Qur’an dapat memberikan inspirasi dan kecenderungan untuk melakukan kajian ilmiah. Namun, jika dibaca dengan semangat spiritual, pengaruh yang ditimbulkan adalah kebulatan hati untuk melangkah mendekat kepada Allah dengan diiringi pemikiran, kesadaran, dan perenungan.

Bacaan Al-Qur’an dalam konteks spiritual tidak hanya untuk dijadikan bahan pemikiran atau renungan belaka, tetapi juga dapat menjadi sarana peleburan pikiran dan spirit dalam suasana keimanan yang luhur. Islam menganjurkan membaca Al-Qur’an setelah salat dan dalam keadaan berpuasa karena pengaruh spiritual yang timbul dari membaca Al-Qur’an jauh berbeda bila dibandingkan dengan bacaan selainnya. Al-Qur’an dapat menjadikan kita sadar dan membentuk sosok pribadi islami yang berpikiran dan berjiwa tenang serta penuh semangat.

Namun, jika pembacaan Al-Qur’an dilakukan hanya secara ritual, hanya sebatas kuantitas bukan kualitas, maka itu tak akan meningkatkan pemikiran dan kesadaran. Hal ini hanya akan menimbulkan kesan kejumudan dan kebekuan pikiran. Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an dengan kualitas spiritual yang memperkaya pikiran dan jiwa merupakan satu-satunya jalan untuk meraih hasil yang dikehendaki; yaitu tergalinya potensi pemikiran dan terbitnya kesadaran insaniah.

Meningkatkan Kualitas Doa di Bulan Ramadan

Di bulan Ramadan, doa menjadi ibadah yang paling menonjol dilakukan oleh orang-orang beriman. Terdapat berbagai jenis doa di waktu siang dan malam hari, saat salat, buka puasa dan sahur, serta cara berdoa dan kandungan isinya. Sebuah doa yang efektif adalah yang menggugah kesadaran diri akan dosa-dosa dan mempertegas keyakinan tauhidnya kepada Allah, ajaran rasul, serta keimanan kepada hari akhir.

Baca: Berbagai Berkah di Bulan Ramadan

Selain itu, doa juga dapat bermuatan sosial, mengetuk kesadaran manusia akan problem orang lain dan tanggung jawab sosialnya saat bersimpuh di hadapan Allah. Sebuah doa politik dapat menumbuhkan kesadaran akan pelbagai masalah yang dihadapi Islam secara umum, sehingga seseorang termotivasi untuk melakukan perubahan agar sistem politik yang ada selaras dengan keinginan Allah Swt. Inilah yang kita jumpai dalam Doa Sahur yang diriwayatkan Abu Hamzah al-Tsumali dari Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad.

Oleh karena itu, di bulan Ramadan ini mari meningkatkan kualitas doa kita dengan menggugah kesadaran diri akan dosa-dosa dan mempertegas keyakinan tauhid kita, serta mengembangkan kesadaran sosial dan politik dalam doa kita.

*Disarikan dari buku karya Sayid Husain Fadhlullah – Persembahan Untuk Tuhan

No comments

LEAVE A COMMENT